"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Vandra dan luka masalalu
Paras secantik Zea, mampu membangunkan sesuatu dari dalam diri Kaiden, persetan dengan apapun Kaiden mau Zea menjadi miliknya sekarang. Miliknya.
"Kai.." lirih Zea memanggil
Kaiden menatap wajah mantan pacarnya, matanya terfokus bada bibir sexi yang sedikit terbuka, ingin sekali rasanya ia cumbu, ia lumat ah Zea kali ini sangat menggiurkan.
Kaiden mengelus pipi Zea, hingga beralih ke bibirnya. Jakunnya bergerak naik turun, dengan deru nafas yang memburu. "Ze, aku pengen." ucapnya lirih
"Kai?"
"Halo?... Kai..." Zea melambaikan tangannya di udara, apa yang sedang mantan pacarnya pikirkan saat ini.
Zea melambaikan tangannya tepat didepan wajah Kaiden, "Lah melamun?"
Kaiden tak kedip sama sekali, ia melongo menatap wajah Zea. "Ya Allah ini beneran melamun. Ckk!"
Zea menoleh kesamping kirinya, siapa tahu ada wanita lain yang Kaiden lihat dari dalam mobil sini.
"Kai!" sentak Zea saat Kaiden tak bergeming dengan panggilan nya. Ia menepuk pundak Kaiden cukup kuat.
"Kamu nih kenapa sih! Udah sore ayo pulang. Dari tadi lihatin aku! " ketus Zea melipat kedua tangannya didepan dada
Kaiden mengusap wajahnya dengan kasar, "Aku melamun?" tanyanya
Zea memutar bola matanya malas, "Sedari tadi waktu kamu masuk kedalam mobil. Kamu diam aja. Gak ada ngomong sama sekali. Malah liatin aku!"
"Njir berarti tadi gue gak kokop-kokopan sama Zea dong." Batin Kaiden.
Ia melirik kearah dua pegunungan Zea yang tak terlihat, karena Zea pakai kaos oblong oversize. "Tadi itu gede banget." batinnya lagi
"Kita pulang." putus Kaiden yang langsung melajukan mobilnya, keluar dari parkiran luas salon kecantikan.
Waktu juga sudah menjelang sore, Zea juga harus menyiapkan apa yang harus ia kerjakan dirumah.
Suasana didalam mobil terasa begitu senyap, baik Kaiden dan Zea sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.
Drtt.... Drttt...
Ponsel milik Kaiden bergetar lama, ia meletakan hpnya di dashboard mobil dan enggan untuk mengangkat. Hingga berulang kali.
"Angkat aja." ucap Zea datar
"Males." jawab Kaiden ketus
Zea menoleh menatap wajah Kaiden yang merah. "Kamu marah sama aku?" tanya Zea pelan
Kaiden tak menanggapi, ia juga bingung. Ia tadi merasa benar-benar melakukan itu dengan Zea. Ah kalau dipikir-pikir Zea itu gadis yang polos. Lamunan Kaiden saja yang kejauhan.
"Balikan yuk' Ze." Ajak Kaiden
Zea mengangkat wajah kaget, kemudian ia tersenyum tawar, "Aku gak mau ngerusak hubungan kamu sama Nesha Kai. Aku gak mau jadi selingkuhan kamu."
Kaiden tertawa. "Yang mau jadiin kamu selingkuhan siapa? Aku mau kita balikan. Masalah Nesha biar aku putusin dia."
Zea melotot kaget, "Kamu gila ya, cewek kayak Nesha kamu putusin?"
"Dia cuman cinta uangku Ze, dia cuman mau derajat dan martabat keluarga nya meninggi Ze. Intinya dia itu gak cinta sama aku." jelas Kaiden sambil menatap Zea sesaat.
"Tapi yaudah lah, kamu juga kayaknya gak mungkin balik lagi ke aku, kan sekarang udah sama Vandra." celetuk Kaiden sambil terkekeh pelan
Zea tersenyum remeh, "Cemburu?"
Kaiden mendengus malas, "Ngapain juga cemburu!"
Zea ber 'o' ria saja.
"Kalau aku sama Nesha kamu cemburu gak Ze?"
Deg
Pertanyaan apa ini? Waktu itu yang ingin mendapatkan kesempatan kedua siapa? Bukankah ia yang berjanji? Lalu apa sekarang?
Tak ingin menjawab pertanyaan, karena dirasa Kaiden hanya ingin mengetes dirinya. Zea pun memilih diam tanpa mau menatap Kaiden, meskipun ekor mata Zea dapat melihat jika Kaiden terus memperhatikan nya.
Mobil mewah berwarna putih itu melambatkan lajunya saat sampai di depan rumah putih besar keluarga Maverick.
Zea melangkah turun, dan mengambil beberapa paper bag yang berisi dress, sepatu dan tas.
Tak pedulikan tatapan Kaiden, ia langsung melenggang masuk kedalam rumah lewat pintu garasi.
"Dasar manusia aneh, ngajak balikan pas punya pacar." Gerutu Zea sambil berjalan masuk kedalam kamarnya.
***
"Ada apa Pah?" Tanya Vandra yang berada diruangan Elias.
Elias menipiskan bibirnya, "Kamu ingat dengan Geisha?"
Dahi Vandra mengerut dalam. "Geisha anaknya om Haidar?"
Elias tersenyum tipis dan disusul anggukkan, "Wahyu, anak buah Haidar sudah menemukan keberadaan Rumi."
"Rumi si pembantu om Haidar?" Tanya Vandra menggebu
Elias menangguk, membuat senyum lebar tercetak dibibir Vandra.
Kemudian terdengar helaan nafas kasar yang keluar dari dalam mulut Elias. "Tapi Geisha tidak ada."
Vandra menatap bingung. "Kok bisa Pah? Tadi katanya sudah ketemu!"
"Mereka bilang Geisha sudah meninggal dua bulan yang lalu."
Vandra menggeleng kuat. "Gak! Gak mungkin Pah. Gak ini pasti bohong!"
Elias maju merangkul bahu Vandra yang bergetar. "Sudah tidak ada harapan lagi Van. Geisha sudah tidak ada."
Vandra langsung melepas rangkulan papanya, ia melengos menyembunyikan air matanya yang menetes, tak mengatakan apapun ia langsung meninggalkan ruangan Elias dengan perasaan terluka.
Vandra melangkah masuk kedalam ruangannya, ruang manager, ia masuk kedalam kamar pribadi yang ada di ruangannya. Ia mendudukan pantatnya dengan kasar di sofa single yang ada di ruangan pribadi nya.
Wajahnya memerah, ia menangis.
Tubuhnya bergetar hebat, keringatnya bermunculan membasahi dahinya. Ia beranjak berdiri untuk mengambil air minum, dan duduk di lantai bersandaran dengan sofa. Ia membuka laci meja yang ada disamping sofa, mengambil obat yang sudah biasa ia konsumsi.
Matanya terpejam, mencari ketenangan setelah mengonsumsi obat yang seharusnya menenangkan.
Azkanara Fageisha, gadis cantik yang menjadi teman satu-satunya Vandra. Gadis yang selalu menjadi penyemangat hidup Vandra disaat Vandra sedang bertarung dengan sakitnya. Dekat sedari kecil membuat Vandra dan Geisha tak pernah terpisahkan.
"Sha, nanti kita masuk SD duduknya sebangku ya." ucap Vandra kecil yang tengah mewarnai gambarannya
Geisha gadis cantik berambut pendek itu menoleh, "Iya nanti kita sebangku." jawabnya.
"Kalau kita main dirumah selalu dirusuhin sama dek Iden. Tapi kalau ditempat les kita bisa main berdua kan Sha." Vandra berpendapat
Geisha mengangguk. "Iya. Namanya juga dek Iden masih kecil."
"Besok les kamu pakai baju apa Sha? Aku besok pakai baju superhero." ucap Vandra antusias
Geisha terlihat sedang berfikir, ia melihat bajunya sendiri. "Yang pasti warna ping. Kan aku suka warna ping."
Kepingan kenangan yang masih Vandra ingat begitu melekat dalam hidupnya.
Vandra kecil tak tahu betul apa yang terjadi saat itu yakin karena yang dia tahu Geisha sudah pergi dan tak kembali.
Namun beranjak ia tumbuh dewasa, ia jadi tahu semuanya. Tentang Geisha yang ternyata diculik dalam aksi perampokan, dan hilang hingga saat ini.