Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Jingga sudah ingin meninggalkan perusahaan, ia takut bertemu Mantan kekasih Danish ia takut tak bisa menahan diri dan malah berakhir mempermalukan dirinya sendiri, Ia bukan ingin berontak atau melabrak namun Jingga tak ingin Air matanya sampai jatuh dihadapan wanita pemilik hati suaminya itu.
Namun saat hendak melangkah lebih Jauh ia justru memutuskan untuk sekedar mengajak Danish makan siang bersama. Kembali lagi saat saat terakhir mereka bukankah harus berkesan.
Jingga sudah tak mendapati Sella dimejanya, kemungkinan Sekertaris suaminya itu tengah makan siang. Dan itu artinya suaminya juga mungkin sedang tidak diruangan. Bagaimanapun ini sudah jam istirahat.
Tapi karena sudah terlanjur sampai tidak ada salahnya Jingga memeriksa dulu. Dan ternyata Jingga Salah suaminya itu masih duduk dikursinya, dengan seorang wanita bergerak didepan meja sambil menata makan siang untuk berdua. Sepertinya sebuah bekal yang disiapkan khusus dari rumah.
Romantis sekali! Pikir Jingga...seketika sekujur tubuh Jingga terasa beku dan lemas. namun ia terus melafalkan doa didalam hati.
'Bantu aku tuhan....bantu aku....jangan biarkan aku menangis disini....aku mohon....'
Jingga membenci dirinya yang lemah, namun ia tetap berusaha terlihat tegar. Hari sial memang tidak ada dalam kalender, susah payah ia menyembuhkan luka hatinya hanya karena melihat kebersamaan sang suami dengan wanita lain melalui media sosial ia justru dihadapkan dengan kenyataan didepan mata.
Kedua orang itu nampak kaget. Danish segera berdiri sedangkan Alea nampak salah tingkah dan terus menunduk.
"Ah...maaf mengganggu..." Suara Jingga terdengar bergetar. Pada akhirnya ia memanglah Jingga yang akan mengalah pada hubungan ini.
"Kenapa tidak bilang mau kekantor?"Danish tak kalah gugupnya. Ia hendak melangkah namun alea terlebih dahulu berinisiatif. Wanita itu mendekat penuh rasa hormat.
"Maaf Nyonya saya permisi, silahkan masuk." ujar Alea gugup padahal Jingga nyatanya sudah berada dalam ruangan itu. ia tak berani menatap Jingga. Selama ini ia hanya melihat potret Jingga Dihari pernikahannya. Ia tak menyangka hanya dengan memandangnya sekilas tadi Alea bisa melihat kecantikan Jingga yang begitu nyata. Ia merasa rendah diri, Nyatanya Aura sebagai Putri keluarga keluarga terhormat begitu kental pada wajah dan pembawaan Jingga yang tenang.
Jingga menatap Alea, ia masih berusaha meredam amarah dan rasa sakit yang mendekapnya.
Wanita dihadapannya terlihat dewasa dan cantik, Tubuhnya kurus dengan tinggi badan yang melebihi Jingga beberapa centi, membuat Alea terlihat seperti model. Tapi Alea tidak lebih cantik darinya, ini yang membuat Jingga semakin Insecure karena segala sesuatu yang ada pada dirinya tidak bisa memenangkan hati Danish.
"Silahkan lanjutkan makan siang kalian saya yang akan keluar."
Namun saat hendak berbalik Danish kembali memanggil Jingga dengan nada sedikit sendu dan memelas.
"Jingga kumohon jangan pergi." Danish bisa melihat pendar kekecewaan dari kedua netra Istrinya.
"Maafkan saya Nyonya. Saya akan......"
"Jangan memanggilku seperti itu." Jingga sudah berhasil menguasai perasaanya, "Para karyawan memanggilku dengan sebutan Ibuk. Nyonya terdengar sangat mulia ditelingaku, Seakan mempertegas posisiku yang tinggi dan orang yang memanggilku berada dikasta terendah. Bukankah begitu?" Jingga tersenyum getir.
Alea mengangkat wajahnya dengan tangan gemetar yang mengepal disisi rok span pendek yang ia gunakan. Perkataan Jingga barusan seperti sebuah hinaan berbalut nasihat.
"Ba-Baik I-ibuk...., Maaf saya permisi." Alea sedikit kecewa karena Danish sama sekali tak menahannya.
Saat Alea sudah keluar Danish menghampiri Jingga dan membawanya untuk duduk di sofa tempat ia biasa menjamu rekan rekan bisnisnya.
"Abang....makanannya dingin, kasian Mbak Alea sudah repot repot masak buat Abang."
Danish tak menjawab, ia menyelami sorot mata Jingga yang tanpa asa, terlihat begitu lemah sehingga tak didapatinya lagi tatapan memuja dan mendamba seperti sedia kala.
"Jingga......"
"Aku sudah melepas alat yang abang maksud, tapi itu tidak berarti apa apa," Jingga mengusap wajah suaminya dengan tangan yang bergetar....
Bibir tebal Danish yang terlihat begitu segar.
"Abang tolong jangan lagi menyentuhku jika semua yang abang dapat dariku bisa abang dapat dari Mbak Alea, aku bukan wanita yang baik baik saja ketika harus berbagi Tubuh ini...." Jingga berakhir dengan usapan pada lengan Danish.
"Jangan Bodoh Jingga! Aku sama sekali tidak pernah menyentuh Alea, satu satunya wanita yang tidur denganku hanya kau Istriku!" tak ada lagi rasa gugup dalam diri Danish selain kemarahan. Ia tak terima Jingga menolak disentuh. Apalagi menuduhnya sembarangan.
"Abang menciumnya? Please jangan berbohong bang..." Jingga tak peduli lagi, ia tak ingin sakit setengah setengah. Jika dunianya memang hancur maka harus hancur lebur sekalian.
"Aku......."Danish tak melanjutkan perkataannya.
"Bagaimana mungkin abang ingin memiliki anak dariku saat diluaran sana Abang mencoba tidur dengan wanita lain."
"Jingga! Ciuman itu tak berarti apa apa!" Danish benar benar marah...namun ia tak sanggup ketika melihat netra Jingga yang berkaca kaca.
"Please bang....abang jangan egois, Kebahagiaan abang bukan sama Aku tapi sama Alea," Jingga berdiri dan berjalan kearah meja Danish. Ada berbagai macam makanan barat kesukaan Danish disana. Jingga tersenyum getir, ternyata ada wanita lain selain dirinya yang begitu paham dengan kesukaan sang suami.
"Alea bahkan tahu semua kesukaan Abang....Aku yakin Abang juga tahu semua kesukaan Alea. Kalian ditakdirkan bersama. namun karena kehadiran gadis bodoh sepertiku yang berharap dicintai menghancurkan segalanya!" Jingga mulai geram.
"Jingga berhenti bicara seperti itu! Ayo pulang!" Danish mengambil jas yang tersampir pada sandaran kursinya.
"Apa abang tahu makanan kesukaanku? tempat kesukaanku? Suhu Ac idealku? Abang bahkan lupa Jurusanku saat kuliah!" Jingga sudah lama memendam hal ini, "Abang ingat awal pernikahan setiap malam aku memakai pakaian tidur yang terbuka tapi Abang selalu beranggapan aku mencoba menggoda Abang, padahal aku suka suhu yang dingin tapi Abang tak pernah mau jika suhu kamar Abang dibawah 25 derajat. Abang akhirnya menyentuhku setelah setahun pernikahan kita dan aku yakin itu karna Abang kasihan padaku gara gara Ayah Sudah meninggal! Abang baru sadar jika satu satunya yang kumiliki saat itu hanya Abang."
"Jingga berhenti bicara yang bukan bukan!"Sentak Danish kuat.
Jingga menggeleng lemah.... Ia menjatuhkan tubuhnya dalam posisi berlutut dihadapan Danish.
"Apa Abang tahu setiap malam aku merindukan ayah, setiap malam aku membutuhkan tempat bersandar untuk menceritakan keluh kesahku tapi aku terlalu takut menyentuh abang, aku takut memeluk abang duluan, bercerita duluan, bersandar dipundak Abang yang kokoh, berlindung dalam dekapan Abang....aku takut Abang ilfil dan berubah tak ingin menyentuhku lagi." Jingga mengusap air mata sialan yang sejak tadi ditahannya.
"Aku tak mengapa Abang Dingin, tak apa jika Abang tidak mencintaiku! Asal Abang tetap pulang kerumah dan menyentuhku itu sudah lebih dari cukup! Seumur hidup pun aku tak apa apa hidup seperti itu. Tapi saat mengetahui Abang kembali menjalin hubungan dengan Alea aku.........aku......Tidak tahu harus bagaiamana. Semua sudah kulakukan tapi hubungan kalian semakin dekat. Lantas....apa aku salah jika meminta dilepaskan? aku berkorban hingga berdarah darah demi kalian! Demi kebahagiaan kalian! Tapi kenapa Abang masih Egois?Kenapa Bang?"Jingga terisak pilu hingga memukul mukul dadanya. Nafasnya seakan tertahan disana sampai terasa begitu sesak.
"Maafkan aku Jingga....."Hati Danish bagai diremas remas melihat kesakitan Jingga. Ia memeluk erat tubuh sang Istri seakan enggan melepasnya. Dibiarkannya Jingga menangis hingga lemas dan tak berdaya. Sampai suara nafasnya pun terdengar terputus putus.
Jingga membenarkan tindakannya, Seharusnya memang sudah sejak lama ia mengutarakan semua yang mengganjal di dalam hatinya itu.
Andai Jingga masih memiliki keinginan untuk tinggal mungkin detik ini juga ia akan menyuruh Danish memilih antara dirinya dan Alea. Sayangnya Harapan itu sudah berhamburan entah kemana.
Danish menggendong tubuh Jingga Menuju kamar pribadi dibelakang Meja kerjanya. Dengan Sangat hati hati Danish membaringkan tubuh sang istri lalu mengatur Suhu Ac melalu pengatur yang menempel pada dinding.
dua puluh derajat celcius.... Danish merasa bersalah selama ini tak pernah tahu mengenai kebiasaan Jingga.
"Keluarlah Bang, aku ingin istirahat!" titah Jingga tanpa menoleh sedikitpun kearah sang suami Berdiri. Danish tak banyak protes ia keluar dan membersihkan meja kerjanya dengan membuang semua makanan yang dibawa Alea dengan wadahnya ditempat sampah.
Danish sama sekali tak pernah meminta Alea membawakan makan siang, itu inisiatifnya sendiri.
Jingga terbangun pukul empat sore, yang artinya ia melewatkan waktu dzuhur. Tapi Jingga memberi pemakluman pada dirinya sendiri. Ia membersihkan wajahnya dikamar mandi dan kembali memoles make up tipis agar wajahnya tidak nampak berantakan.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)
But , sedih banget pas baca kalau kemungkinan novel ini menjadi novel terakhir kakak di Noveltoon 😭
Kakak mau pindah kemana?