NovelToon NovelToon
QUEEN MAFIA : REVENGE

QUEEN MAFIA : REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.

Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Jebakan Tak Terduga

Ketika Quenn, Rina, dan Vincent berhasil melarikan diri dari gedung yang runtuh, mereka tak punya banyak waktu untuk merayakan kemenangan kecil itu. Ledakan yang mereka tinggalkan di belakang bukan hanya membuka celah—ia memicu reaksi yang jauh lebih besar. Suara tembakan dan langkah-langkah berat pasukan yang mengejar semakin mendekat, menandakan bahwa mereka belum sepenuhnya bebas.

Quenn menatap ke arah jalan yang terbuka lebar di depan mereka, berusaha untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdegup kencang. "Kita harus mencari tempat aman, sekarang!" katanya, sambil melirik ke belakang untuk memastikan tidak ada pasukan yang mengikuti mereka terlalu dekat.

Rina menggenggam tablet yang masih ada di tangannya dengan erat. "Aku mencoba menghubungi pusat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, tapi komunikasi mereka mulai terganggu. Sepertinya mereka mengatur pemutusan sinyal di sekitar sini."

Vincent, yang sudah mengamati setiap gerakan di sekitar mereka, menambah dengan suara keras, "Kita harus bergerak cepat, mereka akan memblokir jalan utama dalam waktu singkat. Kita tidak bisa berharap mendapatkan bantuan dari luar, kita harus mengandalkan diri sendiri."

Quenn mengangguk, matanya tajam menatap jalanan yang penuh dengan reruntuhan. Setiap sudut yang mereka lewati seolah menjadi ancaman, dengan bayang-bayang pasukan yang terus mendekat. Namun, satu hal yang membuat Quenn merasa sedikit lebih tenang adalah mereka masih punya satu keuntungan—pengetahuan. Mereka tahu lebih banyak daripada yang Dmitri dan pasukannya kira. Rina dengan tablet-nya, Vincent dengan insting perangnya, dan Quenn dengan strategi yang tak terduga.

Mereka terus berlari, melewati lorong-lorong yang hancur dan reruntuhan bangunan yang seolah menambah rasa takut. Namun, semakin lama mereka bergerak, semakin jelas bahwa mereka terperangkap dalam jaring yang lebih besar. Pasukan Dmitri tidak hanya mengejar mereka, tapi mereka juga menutup setiap kemungkinan jalan keluar.

"Ini jebakan," kata Quenn dengan suara yang serak. "Mereka tidak hanya mengejar kita, mereka mengelilingi kita."

Rina yang merasa semakin terpojok menatap layar tablet dengan cemas. "Ada lebih banyak pasukan yang menuju ke arah kita, mereka juga telah mengerahkan pesawat drone untuk memantau pergerakan kita. Kita tidak punya banyak waktu."

Tiba-tiba, sebuah ledakan kembali mengguncang tanah di sekitar mereka. Pintu besi yang mereka coba masuki untuk berlindung terhantam begitu keras, memaksa mereka mundur. Suara tembakan memborbardir dinding di sekitar mereka, memperjelas betapa cepatnya pasukan Dmitri datang.

Vincent yang sudah siap dengan senjatanya langsung bergerak, mencoba mencari posisi untuk menyerang balik. "Kita harus menyerang dulu sebelum mereka mendekat terlalu jauh. Ini adalah satu-satunya cara."

Quenn memandang situasi dengan cermat. Setiap detik yang berlalu terasa seperti durasi yang panjang. Dalam keadaan terjepit seperti ini, dia tahu mereka harus berpikir cepat. "Kita serang balik, tetapi hanya untuk membuka jalan. Kita harus menuju ke tempat yang lebih aman, ke pusat kota. Ada tempat di sana yang mungkin bisa membantu kita."

Vincent mengangguk, dan segera mengambil posisi. "Ayo, kita lakukan ini."

Saat mereka mulai bergerak untuk menyerang, tembakan bertubi-tubi terdengar, memecah keheningan yang menekan. Pasukan Dmitri sudah semakin dekat. Namun, tepat ketika mereka siap untuk melawan, Quenn mendengar sesuatu yang lebih mengerikan: suara helikopter yang semakin mendekat, melayang di atas mereka. Angin yang dihasilkan mesin helikopter itu hampir membuat mereka terjatuh.

"Helikopter!" seru Rina, matanya melirik ke langit yang semakin gelap. "Mereka membawa pasukan udara juga?"

Tepat saat itu, Quenn melihat sesuatu yang membuat hatinya berdebar—di langit, dua helikopter besar berputar-putar, turun ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Di bawah helikopter, pasukan dengan perlengkapan tempur lengkap mulai turun, siap untuk menyerang mereka dari segala arah.

Quenn merasakan ketegangan yang lebih berat dari sebelumnya. Mereka benar-benar terjebak dalam sebuah perangkap yang tak ada jalan keluarnya. Pasukan darat dan udara sudah mengepung mereka, dan bahkan kekuatan mereka yang paling kuat sekalipun tampaknya tidak akan cukup untuk keluar hidup-hidup.

"Rina, coba temukan celah di sistem ini! Ada tempat kita bisa berlindung?" teriak Quenn, suaranya penuh dengan ketegangan.

Rina mengetuk tablet dengan cepat, mencari celah dalam sistem pertahanan yang dikendalikan oleh Dmitri. Wajahnya yang tegang mulai menunjukkan tanda-tanda frustrasi. "Aku tidak tahu. Mereka sudah menutup setiap kemungkinan! Kita akan terjebak!"

Saat itulah Quenn mendengar suara langkah kaki dari belakang mereka—seseorang mendekat. Tapi bukan pasukan biasa. Quenn menoleh, matanya langsung terkunci pada sosok yang sangat dikenalnya.

Dmitri.

Dia berdiri beberapa langkah dari mereka, mengenakan jas hitam yang rapi, wajahnya tanpa ekspresi, namun ada kilatan kemenangan di matanya. Dia seolah sudah mengantisipasi semua yang mereka lakukan, dan kini dia berdiri di depan mereka seperti seorang raja yang siap menghancurkan siapa saja yang berani menantangnya.

"Ini adalah jalan tanpa kembali, Quenn," kata Dmitri dengan suara rendah dan mematikan. "Kalian sudah mencapai akhir permainan. Tidak ada yang bisa kalian lakukan lagi."

Quenn menatap Dmitri dengan mata yang penuh kebencian. "Kau pikir, kau bisa mengalahkan kami hanya dengan jebakan dan pasukanmu? Kami sudah menghadapimu lebih dari sekali. Dan kami masih hidup. Itu akan terjadi lagi."

Dmitri tersenyum tipis, senyuman yang penuh dengan rasa superioritas. "Kalian mungkin bertahan untuk sementara, tapi ini bukan hanya tentang kalian. Ini tentang kontrol. Dan dunia ini tidak lagi punya tempat untuk orang-orang seperti kalian."

Dengan gerakan cepat, Quenn menarik senjatanya dan mengarahkannya ke Dmitri. Namun, Dmitri hanya berdiri diam, tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Sesaat sebelum dia bisa menarik pelatuknya, helikopter yang ada di atas mereka melepaskan hujan peluru, membuat Quenn dan yang lainnya terpaksa berlindung.

Rina, yang sudah putus asa, akhirnya berbicara dengan suara yang penuh ketegangan, "Kita tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kita harus bertindak sekarang, atau semuanya akan berakhir."

Tapi saat itu juga, Quenn menyadari satu hal: mereka tidak hanya berperang melawan Dmitri dan pasukannya. Mereka juga melawan waktu. Jika mereka tidak segera melawan balik dan mencari jalan keluar, mereka akan terkunci dalam permainan maut yang tak ada akhirnya.

"Mereka pikir ini akhir dari segalanya," kata Quenn dengan suara yang dipenuhi tekad, "Tapi kita baru saja memulai."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!