NovelToon NovelToon
Reina: Become Trouble Maker

Reina: Become Trouble Maker

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Pembaca Pikiran
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah dituduh sebagai pemuja iblis, Carvina tewas dengan penuh dendam dan jiwanya terjebak di dunia iblis selama ratusan tahun. Setelah sekian lama, dia akhirnya terlahir kembali di dunia yang berbeda dengan dunia sebelumnya.

Dia merasuki tubuh seorang anak kecil yang ditindas keluarganya, namun berkat kemampuan barunya, dia bertemu dengan paman pemilik tubuh barunya dan mengangkatnya menjadi anak.
Mereka meninggalkan kota, memulai kehidupan baru yang penuh kekacauan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Paman, aku bosan. Bisakah Paman mengajakku keluar pagi ini?" Reina menatap Chakra yang sedang memandang jauh ke luar jendela apartemen dengan ekspresi kosong.

"Kau bosan? Baiklah, ayo kita keluar," jawab Chakra dengan senyum tipis yang terlihat langka, namun penuh kehangatan. Tanpa banyak bicara, pria itu segera mengambil jaket dan kunci mobilnya.

Reina mengamati pemandangan yang berlalu di luar jendela mobil, matanya berbinar penuh semangat. Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah taman wisata yang ramai, dipenuhi oleh berbagai suara tawa dan percakapan orang-orang yang sedang menikmati hari mereka.

Tiba-tiba, sebuah suara menyapa pendengaran mereka.

"Chakra?"

Suara seorang wanita membuat Reina mengalihkan perhatian. Gadis kecil itu menatap seorang wanita dengan pakaian ketat sepaha, penuh perhiasan yang bergelantungan di tubuhnya. Wanita itu terlihat seperti pamer kekayaan yang mencolok.

"Aku tak menyangka bisa melihatmu lagi. Kau terlihat..." Wanita itu memandang Chakra dengan tatapan merendahkan, menilai penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki sebanyak dua kali, diakhiri dengan senyum mengejek. "Menyedihkan sejak terakhir kali bertemu," lanjutnya dengan nada menghina.

Reina memperhatikan dengan seksama. Mata gadis kecil itu berpindah ke Chakra, yang kini menatap wanita di depannya dengan pandangan dingin. Sebelah alis Reina terangkat sedikit, bingung dengan situasi ini.

"Lalu?" Suara datar Chakra akhirnya terdengar, tidak menunjukkan emosi sedikit pun.

Wanita itu terlihat geram, bibirnya mengerucut. Namun, Reina mendengar suara batin wanita itu yang penuh keangkuhan.

'Kenapa reaksinya seperti itu? Apakah ini trik untuk menarik perhatianku? Seharusnya dia memohon padaku, menangis dan melakukan apa saja demi diriku.'

Reina menyeringai mendengar pikiran tersebut. Pandangannya tajam menyipit saat melihat aura jiwa wanita itu yang berwarna gelap.

Ingatan Reina melintas.

"Aku memberikan kemampuan membaca pikiran dan melihat cahaya jiwa orang lain. Jiwa hitam itu adalah jiwa kotor. Kau bisa memberikannya pada kami," suara Jeremy bergema di pikirannya, sebuah percakapan yang terjadi setelah dia terbangun di rumah sakit.

"Apa yang aku dapatkan?" Reina bertanya skeptis dalam ingatannya.

"Kekuatan. Kekuatanmu akan meningkat setiap kali kau memberikan jiwa gelap kepada kami."

Reina menggeleng dalam ingatan itu. "Aku tidak tertarik," jawabnya tegas.

Namun Jeremy tetap santai, seperti selalu siap dengan argumennya. "Jiwa gelap itu adalah jiwa yang sudah terpengaruh roh jahat. Roh jahat itu tidak pantas berkeliaran, Reina sayang~"

Reina mendengus keras waktu itu. Namun akhirnya dia setuju, setelah meminta penawaran lebih. "Asalkan aku memiliki kemampuan tambahan. Setidaknya sesuatu untuk berjaga-jaga, seperti kemampuan mengendalikan kupu-kupu untuk mata-mata atau sihir perlindungan."

"Tentu saja, Reina~"

Reina kembali ke realitas saat suara bernada dingin terdengar dari Chakra.

"Apa aku harus berlutut padamu?" ucap Chakra, membuat Reina dan wanita itu sama-sama menoleh.

"Apa aku harus menangis memohon padamu seperti seorang pengemis? Rendahan sekali," lanjut Chakra dengan nada tajam.

Wanita itu tampak menahan emosi. Wajahnya memerah, tapi dia tidak berani membalas.

Reina memperhatikan Chakra dengan kagum. Pria itu begitu tegas dan tidak membiarkan dirinya diinjak-injak, meskipun dia tahu reputasinya telah hancur di mata orang-orang. Di sisi lain, Reina melirik wanita itu dengan tatapan dingin, merasa bahwa jiwa hitam miliknya harus segera disucikan.

Namun, Reina menahan diri. Wanita itu hanyalah langkah kecil dalam rencana besar yang harus dia jalani. Untuk saat ini, dia memilih untuk hanya tersenyum tipis, menyembunyikan niatnya.

“Kau!” tunjuknya marah.

“Apa? Bukankah kau sudah menikah? Kenapa aku harus menangisi istri orang?” balas Chakra dingin, membuat wanita itu semakin geram.

Reina menyeringai tipis. Wanita di depannya adalah Clara, putri kesayangan keluarga Asaga yang terkenal ikut menyiksa pemilik tubuhnya dulu.

“Paman, bibi itu juga sering menyiksaku dulu. Dia mengatakan kalau aku ini anak pembawa sial,” ucap Reina dengan suara lirih, sambil memasang ekspresi ketakutan. Tubuh kecilnya bergetar hebat, memperlihatkan kepanikan yang sangat meyakinkan.

Clara mendelik marah, matanya menyala penuh emosi. “Diam kau! Kau memang anak sialan!” bentaknya.

“Dia juga mengatakan kalau dia ingin menghancurkan dan menguasai harta Paman. Katanya setelah Paman masuk penjara, usaha Paman akan diambil alih olehnya. Hiks...,” lanjut Reina dengan suara bergetar, seolah memendam trauma.

Chakra menatap Clara tajam, membuat wanita itu gemetar ketakutan. Tatapan itu... Tatapan yang tak pernah dia lihat saat berpacaran dengan Chakra dulu.

“Paman, aku takut! Ampuni aku, bibi! Jangan pukul aku!!” Reina menjerit sambil memeluk Chakra sangat erat. Jeritan itu langsung menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka.

“Jangan cambuk aku, bibi!! Aku janji akan makan sisa makanan kalian!! Aku memang anak pembawa sial! Aku memang anak idiot! Paman, aku tidak mau pulang! Tidak mauuu!!! Bawa aku pergi!!!”

Wajah Clara langsung memucat saat semua orang di tempat itu mulai menatapnya dengan pandangan penuh tuduhan. Bisik-bisik terdengar di antara kerumunan, menghakimi wanita itu tanpa ampun.

“Wanita itu... menyiksa anak kecil?”

“Astaga, bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu?”

Reina yang mendengar bisik-bisik itu diam-diam menyeringai puas. Salah satu orang yang sering menyiksa pemilik tubuhnya berhasil dipermalukan di depan umum.

Dalam ingatan pemilik tubuh ini, Clara selalu memperlakukannya seperti binatang. Dia diberi makanan yang telah diinjak atau sengaja ditumpahkan, dan jika menolak, Clara akan memukul atau menyiksanya tanpa ampun.

Chakra memeluk Reina erat sambil menepuk-nepuk punggungnya. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan, mendengar penderitaan yang dialami gadis kecil itu.

“Kau aman, Nak. Sekarang kau sudah aman. Aku yang merawatmu mulai sekarang,” bisik Chakra, mencium pucuk kepala Reina dengan penuh kasih sayang, meskipun dadanya terasa sesak oleh rasa bersalah.

Dia lalu menatap Clara dengan tatapan yang begitu dingin hingga membuat wanita itu menggigil. “Kau memenjarakanku lalu menyiksa keponakanku? Kau benar-benar sampah. Aku menyesal pernah mendengar rengekanmu yang mengancam bunuh diri agar aku tidak pernah menjenguk keponakanku. Bahkan aku tidak pernah melihat kakakku untuk terakhir kalinya.”

Clara tidak bisa berkata apa-apa, hanya berdiri kaku di tempat.

“Kau akan menuduhku menculik anak seseorang setelah sebelumnya menuduhku menabrak kakakku dan melakukan kejahatan lainnya? Apa kau mau menuduhku menculik keponakanku yang ditelantarkan oleh keluarganya?!” Chakra berteriak dengan suara menggelegar, membuat Clara tersentak ketakutan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Clara berlari meninggalkan tempat itu. Kerumunan akhirnya perlahan bubar, dan Reina melepaskan pelukannya dari Chakra.

Dalam hatinya, Reina merasa puas. ‘Akhirnya, dia akan menjadi wanita hina. Tapi, kau tidak bisa selamat dariku, Clara.’

Reina yang tertidur di kursi taman mengerjapkan matanya saat mendengar suara bentakan. Gadis kecil itu menengok ke sekeliling dan melihat seorang pria paruh baya tengah membentak Chakra, bahkan mendaratkan pukulan di perut pria itu.

Ah, mereka adalah orang-orang yang menyiksa pemilik tubuh ini dulu.

Reina dapat melihat bagaimana wajah tak suka yang ditunjukkan pada Chakra. Gadis kecil itu memutuskan membantu pria yang mengaku sebagai pamannya yang kini menahan serangan dari pria tua di depannya itu.

"Paman."

Serentak mereka menoleh ke arah Reina dengan tatapan kebencian. Sementara Chakra tampak meringkuk kesakitan.

"Dasar anak iblis! Keberadaan kalian benar-benar menjadi hari sial untuk kami!" Salah satu wanita berjalan mendekatinya dan sebuah pukulan melayang di wajah gadis kecil itu.

Reina tidak menghindar. Dia membiarkan dirinya menjadi bualan mereka, sehingga mengundang kerumunan di sana.

Wanita itu menyiram Reina dengan sebotol air hingga tubuhnya basah kuyup.

"Anak iblis sepertimu harusnya tau diri, dong! Ibumu yang miskin itu tidak bisa mendidik anaknya dengan baik sehingga menyusahkan orang saja!" ucapnya sambil menatap Reina dengan merendahkan.

Reina menatapnya dalam diam, tidak terusik sama sekali. Umpatan wanita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan umpatan sang iblis selama menjalani penyiksaan di sana.

Reina menggali ingatan pemilik tubuh ini. Wanita di depannya itu, Clara, adik kesayangan ayah pemilik tubuh ini. Dia sering menyiksa ibu dan pemilik tubuh ini dengan kejam lalu memutar balikkannya seakan dirinya yang menjadi korban.

'Ha! Lucu sekali. Kau bertingkah seperti tidak punya otak. Harus ku apakan orang ini? Meksi dikatakan dia lebih tua dari pemilik tubuh ini, dia jauh lebih muda ribuan tahun dariku,' Reina membatin sambil menatap Clara dengan tenang.

Clara kembali menampar Reina dengan kencang, menimbulkan bunyi nyaring yang membuatnya tertoleh ke samping. Sudut bibir gadis kecil itu mengeluarkan darah.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?! Kau itu benar-benar anak sialan!" Dengan kalap Clara menjambak rambut Reina dengan brutal.

Reina menatap wanita itu dingin yang sukses membuatnya gemetar. Perlahan jambakannya melonggar dan menatap Reina dengan geram.

'Wuusshhh'

Waktu terasa berhenti. Clara melihat orang-orang di sekitarnya tidak bergerak. Seakan berubah menjadi patung.

Reina menatap Clara dengan seringaiannya. Gadis kecil itu mengeluarkan aura hitam pekat diiringi sulur-sulur berduri berwarna hitam keluar dari tubuhnya.

Sulur itu melesat cepat melilit tubuh Clara yang kini menangis hebat.

"Lepaskan aku! Kau anak iblis!"

"Aku? Bukankah kau yang selalu menyiksaku?" Reina bertanya dengan nada datar sambil memasang senyum psycho.

Clara mengumpat. Dengan santai Reina memperkuat lilitan sulur yang berisi diri tajam ke tubuh Clara hingga menjerit putus asa.

"Carvina sayang~" Suara pria diiringi kekehan riang menyapa pendengarannya. Terlihat seorang pria tampan dengan tanduk hitam bertengger di kepalanya. Mata merahnya menatap Clara dengan tatapan menghina.

Clara tidak bisa melihat dan mendengar suara itu.

Reina menghempaskan tubuh Clara dengan keras.

"Sekarang namaku Reina, Tuan," Reina berkata acuh.

"Hihihi~ Baiklah."

Sosok itu, Jeremy menatap Clara dengan penasaran, "Siapa manusia ini? Menjijikkan sekali."

"Penyiksa tubuh ini. Kau berniat memainkannya, Tuan?"

"Awh!" Jeremy memasang wajah jijik sambil menutup hidungnya, "Dia manusia kotor! Bukankah dia sering mengatakan bangsa kita hingga membuatnya jelek? Keluarkan dia dari sini! Aku tidak mau bermain dengannya!"

Reina memilih angkat bahu tak acuh.

"Lepaskan aku! Dasar anak gila!" Clara mengumpat saat melihat Reina berbicara seorang diri. Dia tidak ingin berlama-lama berada di ruangan gelap yang tampak menyeramkan.

"Wah~ Manusia ini mulutnya bau sekali, ya~" Jeremy menatapnya malas. Dia ingin sekali menyumpalkan sesuatu ke mulut manusia itu.

"Biarkan dia hidup untuk kali ini, Tuan. Karena sampah sepertinya lebih cocok dalam keadaan hina." Reina berkata datar dan membalikkan tubuhnya.

Clara menatap punggung Reina dengan benci.

"Sayang sekali. Aku ingin melihatmu bermain dengan manusia itu." Iblis itu merangkul Reina, "Ah, aku jadi ingin memberikanmu hadiah tambahan."

"Menyebalkan. Tapi aku tidak tertarik bermain dengannya." Reina kembali menatap Clara yang terduduk, "Karena dia sampah."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!