NovelToon NovelToon
Vano Axelion Abraham

Vano Axelion Abraham

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dosen / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:398
Nilai: 5
Nama Author: fadhisa A Ghaista

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus Universitas Citra, Vano, seorang mahasiswa hukum yang cerdas dan karismatik, ditemukan tewas di ruang sidang saat persidangan penting berlangsung. Kematian misteriusnya mengguncang seluruh fakultas, terutama bagi sahabatnya, Clara, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang diam-diam menyimpan perasaan pada Vano.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadhisa A Ghaista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jejak Balqis 2

Malam itu terasa semakin mencekam. Andra, Rai, dan Rizky kembali ke kosan mereka, pikiran mereka berputar-putar tentang informasi baru yang didapat dari Balqis. Meskipun mereka telah mendapatkan banyak petunjuk, rasa cemas dan ketidakpastian masih menyelimuti mereka.

“Jadi, kita harus kembali ke galeri seni dan mencari tahu lebih banyak tentang lukisan-lukisan yang ada di sana,” ujar Andra sambil menyandarkan punggungnya di dinding kosan. “Apalagi yang bisa kita gali dari cat merah itu?”

“Setuju. Kita juga perlu bicara dengan Rai tentang apa yang terjadi antara dia dan Vano sebelum kematian Vano. Ada banyak ketegangan di antara mereka,” Rizky menambahkan, teringat saat mendengar Balqis membahas pertikaian antara Rai dan Vano.

“Aku rasa kita perlu melihat apakah ada yang bisa kita gali dari komunitas seni,” Rai mengusulkan. “Mungkin ada orang lain yang tahu tentang lukisan itu atau mungkin bisa memberi kita lebih banyak informasi tentang Rai yang mungkin belum kita ketahui.”

Keputusan itu diambil, dan keesokan harinya mereka berangkat menuju galeri seni tempat pameran lukisan diadakan. Ruangan itu masih menyisakan kesan misterius, dengan sisa-sisa kertas label dan cat yang berceceran. Mereka menjelajahi setiap sudut, berharap menemukan petunjuk yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

“Mari kita lihat lukisan yang ada cat merahnya,” Rizky berkata, menarik perhatian mereka ke arah lukisan potret Rai yang terpapar di dinding.

Mereka mendekat, dan Andra tertegun melihat lukisan itu. Di wajah Rai, cat merah membentuk garis melingkar di bibirnya, dan kalung rosario terlihat jelas, terbuat dari kristal yang memancarkan cahaya halus. “Kenapa ini terlihat seperti lukisan yang penuh makna?” Andra berbisik, merasa seolah lukisan itu berbicara kepadanya.

“Dari cat merah ini, sepertinya ada lebih banyak yang ingin disampaikan,” Rai berkomentar, menyentuh permukaan lukisan dengan hati-hati. “Ini sangat mencolok, terutama mengingat Vano baru saja ditemukan tewas.”

“Apakah kalian tahu siapa yang melukis ini?” Rizky bertanya, mencoba mencarikan jalan keluar dari kebingungan yang melanda mereka.

“Kalau tidak salah, ini lukisan Rai yang dipamerkan saat dia berdebat dengan Vano. Mungkin kita bisa bertanya kepada kurator galeri,” Andra menyarankan.

Mereka beralih ke bagian belakang galeri, di mana kurator berada. “Maaf, boleh kami bertanya sedikit?” Andra meminta izin, dan kurator mengangguk dengan ramah.

“Lukisan ini, bisa ceritakan sedikit tentang siapa yang melukisnya?” tanya Andra.

“Lukisan ini dibuat oleh Rai Naizelyn, salah satu mahasiswa seni kami yang berbakat. Dia sering menggunakan warna-warna mencolok untuk mengekspresikan emosi dalam karyanya,” kurator menjelaskan.

“Anda tahu kenapa dia memilih cat merah untuk lukisan ini?” Rizky bertanya, berharap mendapatkan informasi lebih lanjut.

“Cat merah adalah simbol emosi yang kuat, seringkali terkait dengan cinta, kemarahan, atau bahkan pengorbanan. Mungkin saja Rai ingin menyampaikan perasaannya terhadap seseorang,” jawab kurator dengan penuh perhatian.

Andra dan Rizky saling pandang. “Seseorang… seperti Vano?” Rai berkomentar, merasakannya.

“Benar. Keduanya terlihat saling berhubungan, dan saya ingat ada ketegangan di antara mereka saat pameran,” kurator menambahkan. “Tapi saya juga ingat ada diskusi hangat antara Vano dan Rai. Saya tidak tahu apa yang terjadi di belakang layar, tetapi tampaknya emosi mereka sangat kuat.”

Andra merasa ada benang merah yang menghubungkan semua ini. “Apakah Anda tahu di mana Rai sekarang?” tanyanya.

“Dia belum kembali ke kampus sejak hari pameran. Beberapa orang mengatakan dia membutuhkan waktu untuk diri sendiri,” jawab kurator.

“Terima kasih banyak,” Andra mengucapkan terima kasih, menyadari bahwa mereka harus segera menemui Rai dan menggali lebih dalam tentang apa yang terjadi di antara dia dan Vano.

Mereka bergegas menuju kosan Rai, berharap menemukan jawaban. Saat mereka tiba, suasana di kosan Rai terasa sunyi. Andra mengetuk pintu dengan pelan, merasakan ketegangan di udara. “Rai, kamu ada di sini?” dia memanggil.

Setelah beberapa detik, pintu terbuka dan Rai muncul, wajahnya tampak lelah. “Ada apa?” tanyanya, matanya mencerminkan keraguan.

“Kami butuh bicara denganmu tentang Vano,” Rizky berkata, langsung menuju inti masalah.

“Vano?” Rai terkejut, wajahnya seolah menunjukkan emosi yang campur aduk. “Saya sudah bilang saya tidak tahu apa-apa.”

“Kami hanya ingin tahu apa yang terjadi di antara kalian sebelum dia meninggal. Ada banyak yang menghubungkan kamu berdua, dan kami merasa ini penting,” Andra menegaskan, melihat ke dalam mata Rai dengan penuh perhatian.

Rai menghela napas, terlihat bingung. “Kami berdebat. Saya tidak ingin hubungan kami terpengaruh oleh agama kami, tetapi Vano terus mempertanyakan itu. Saya tidak bisa menerima beberapa hal yang dia bicarakan.”

“Seperti apa?” Rizky bertanya, mencoba mengungkap lebih dalam.

“Dia mulai mendekati Balqis dan bertanya tentang keyakinan saya. Dia bilang, seharusnya kami tidak bersama karena kami berbeda. Itu membuat saya merasa terpojok,” Rai menjelaskan, suaranya bergetar.

Andra merasakan beban yang ada di dalam kata-kata Rai. “Apakah ada hal lain yang terjadi setelah itu?”

“Vano semakin menjauh, dan saya merasa kehilangan dia. Lalu dia bilang dia ingin bertemu dengan saya, tetapi saya tidak bisa, saya merasa sudah tidak ada harapan lagi,” Rai menuturkan, menundukkan kepala.

“Rai, kami menemukan cat merah di lukisanmu. Apakah itu ada hubungannya dengan Vano?” Andra bertanya langsung.

Rai terkejut, matanya membesar. “Cat merah itu… itu adalah simbol bahwa saya tidak ingin kehilangan dia, tetapi saya tidak tahu bagaimana untuk mengungkapkan perasaan saya,” jawabnya, terisak.

Andra dan Rizky saling pandang. “Jadi, apa yang sebenarnya terjadi malam itu?” Andra bertanya.

“Dia datang ke kosan saya, tetapi saya tidak ada di rumah. Saya sedang keluar mencari jawaban untuk diri saya sendiri,” Rai menjelaskan. “Saya sangat merasa bersalah. Dia mengirimi saya pesan, tetapi saya tidak membalasnya.”

Kegelisahan mulai menyelimuti mereka. “Jadi, kamu tidak tahu di mana Vano berada setelah itu?” Rizky bertanya.

“Tidak, saya tidak tahu. Tetapi… ada satu hal yang membuat saya khawatir,” Rai menambahkan, mengerutkan dahi.

“Apa itu?” Andra menantikan.

“Ketika saya memeriksa lukisan setelah pameran, saya menemukan satu lembar catatan di baliknya. Namun, saya tidak bisa membacanya,” Rai menjelaskan, wajahnya menunjukkan ketakutan.

“Catatan?” Rizky menanyai, merasakan ketegangan. “Bisa kita lihat?”

Rai mengangguk dan segera pergi ke dalam kamarnya. Beberapa detik kemudian, dia kembali dengan kertas catatan yang usang. “Ini dia,” katanya, menyerahkan kertas itu kepada Andra.

Andra membuka kertas itu, dan saat matanya menyapu tulisan di sana, jantungnya berdegup kencang. Tulisan itu berbunyi: “Maafkan aku, tapi aku harus pergi. Ada sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan, dan aku berharap kamu mengerti. Cat merah itu adalah simbol perasaanku, dan aku berharap kita bisa bertemu lagi.”

Satu kalimat terakhir membuat mereka tertegun: “Jika aku tidak kembali, carilah aku di tempat yang paling kita sukai.”

“Tempat yang paling kita sukai?” Rai bertanya, bingung. “Di mana itu?”

“Di tempat kita pertama kali bertemu. Di tepi danau,” jawab Rizky, tiba-tiba teringat akan kenangan tersebut.

Andra merasakan semangat baru. “Kita harus segera pergi ke danau itu. Mungkin di sana ada petunjuk lain yang bisa menjelaskan semuanya,” ujarnya, penuh harapan.

Mereka segera bersiap dan menuju tempat yang dimaksud. Di tengah perjalanan, Andra terus berpikir tentang kebenaran yang tersembunyi di balik kata-kata Vano. Mungkin, di danau itu, semua misteri akan terjawab.

1
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga👋💪💪💪👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!