Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Tamu Tak di Undang
Seno mulai berjalan menuju pintu depan, di lihatnya dari jendela beberapa orang berpakaian serba hitam sudah menunggu di depan rumahnya, dengan hati yang begitu pasrah pria itu nekad keluar rumah untuk menghadapi para orang-orang tersebut.
"Krieet." Pintu dibuka.
"Kalian mau apa datang kemari?" tanya Seno dengan nada datarnya.
"Maaf Tuan kami datang ke sini untuk menjemput Tuan," ucap dari salah satu orang tersebut.
"Apa! Menjemput, segampang itu," sinis Seno.
"Iya kami memang ingin menjemput anda dengan baik-baik, kalau memang anda mau di ajak kerja sama dan tidak menyulitkan kami, ya anda pulang dengan selamat. Tapi? Jika anda menyulitkan kami, maka jangan salahkan kami jika anda harus kami beri pelajaran sedikit," ancam Baron, salah satu ketua preman tersebut.
"Lakukan saja jika kalian bisa," tantang Seno.
"Baiklah kalau memang ini keinginan anda," sahut Baron lalu mulai mengerahkan anak buahnya.
Seno mulai mengatur taktiknya, untuk melawan para musuh dihadapannya yang lebih dari satu orang, dia mulai melawannya satu persatu, beruntung pria ini jago ilmu bela diri sehingga masih bisa beradaptasi dengan lawan yang lebih dari satu orang itu bahkan sampai lima orang.
Ketika Seno mulai menghajar satu orang dengan secara brutal, rupanya dari arah belakang, musuh mulai menggunakan kecurangan untuk menghajarnya, beruntung pria itu cepat menyadari hanya dengan menggunakan satu kakinya Seno bisa menendang lawan yang ingin melakukan kecurangan terhadap dirinya.
Perkelahian ini tidak hanya cukup sampai di sini saja, beberapa lawan yang sudah tumbang kini mulai mencoba bangkit, dan mengelilingi Seno, saat ini Seno harus benar-benar teliti dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki untuk menghadapi orang-orang ini.
"Sekarang kamu sudah kita kepung jadi serahkan saja dirimu itu kepada Bos kami, agar dirimu tidak membuang-buang waktu untuk meladeni kami," ejek dari salah satu anak buah Baron.
"Aku tidak akan menyerah, bilang saja sama bos kalian, kalau aku tidak takut bahkan sampai titik darah penghabisan," tantang Seno dengan senyum yang terbesit.
"Dasar pria sombong sudah kehabisan tenaga masih saja ngotot ingin bergelut, mana mungkin kamu bisa menghadapi kita yang berjumlah banyak seperti ini," ucap Baron dengan menyombongkan dirinya.
Mendengar pertikaian di luar sana hati Shafina begitu khawatir atas nasib yang menimpa suaminya saat ini, bahkan ibu muda itu dari tadi tidak bisa berkutik hanya bersembunyi di balik jendela usang kamarnya.
"Ya Allah berikanlah pertolongan kepada suami hamba, agar dia mampu menghadapi lawannya yang berjumlah banyak itu, kirimkan bantuan untuk dirinya Ya Rob." Hanya doa yang mampu dia lakukan di saat situasi terjepit seperti ini.
Sedangkan di sisi lain Seno mulai mengatur strategi, matanya mulai melihat ke sekeliling wajah-wajah manusia yang saat ini ingin menyerangnya, mungkin untuk saat ini dia akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi diri, anak dan juga istrinya.
Dengan tekat yang kuat akhirnya Seno mulai melompat menendang satu persatu dada mereka, tapi setelah itu mereka mulai menyerang Seno dengan cara keroyokan sehingga Seno mulai di buat jerah dan kewalahan.
Mereka pun berhasil menyerang Seno, pria kuat ini sekarang sudah terkapar ke tanah tenaganya yang hanya satu orang mana mungkin mampu melawan lima orang, hingga pada akhirnya bantuan tiba-tiba datang dari arah belakang.
Siapa sangka di saat kondisi seperti ini Gilang datang dengan tepat waktu membawa semua anak buahnya, untuk menyerang para musuh.
"Hentikan!" teriak Gilang, sehingga para orang-orang berhenti memukuli Seno.
Gilang dan para anak buahnya mulai beraksi melawan satu persatu anak buah Baron sehingga mereka tumbang satu persatu, kali ini lawan yang dibuat kewalahan karena anak buah Gilang sangat banyak dan tidak seimbang dengan jumlah anak buah Baron.
"Sialan kau berani-beraninya mencelakai sahabatku sampai seperti ini!" geram Gilang sambil melayangkan bogeman mentahannya ke tubuh Baron beberapa kali.
"Ampun, tolong ampuni saya, saya hanya menjalankan perintah saja," mohon Baron.
"Enak saja kau sudah membuat sahabatku babak belur seperti ini kau masih berani untuk meminta maaf!" geram Gilang sambil menendang kuat perut Baron.
Baron pun teriak kesakitan, sedangkan Gilang masih diliputi oleh amarah seakan tidak terima melihat temannya tergeletak tak sadarkan diri akibat pengeroyokan yang di alami oleh Seno.
"Kali ini, aku tidak akan mengampuni kalian," desis Gilang.
"Anak buah bereskan mereka semua di tempat yang aman," pinta Gilang terhadap anak buahnya.
Setelah anak buahnya berhasil membawa Baron beserta antek-anteknya, netra Gilang mulai menatap tubuh Seno yang sedang tidak sadarkan diri, segera pria berkulit hitam manis itu membopong tubuh sahabatnya itu untuk dibawa masuk ke rumahnya.
"Sen, Seno!" pekik Gilang sambil menepuk pipi Seno agak sedikit keras.
"Kamu harus sadar Sen, karena keberadaan mu sangat dibutuhkan oleh istri dan anakmu," ucap Gilang menarik baju sahabatnya itu.
Setelah menidurkan Seno di kursi tamu, Gilang mulai mencari-cari keberadaan istri dan juga anak Seno karena sedari tadi mereka berdua tidak terlihat batang hidungnya, karena merasa khawatir Gilang mulai memanggil nama Shafina dengan suara yang sedikit keras.
"Shafina ... Shafina," panggil Gilang, sedangkan gadis itu masih bersembunyi di kamar.
Mendengar namanya di panggil oleh seseorang yang dia kenal Shafina pun mulai hati-hati untuk membuka pintu kamarnya, dia masih teringat pesan dari sang suami untuk tidak membuka pintu, tapi ketika dia membuka pintu kamar betapa tidak terkejut melihat suaminya yang sedang berbaring di sofa panjang dengan wajah yang penuh dengan luka.
"Astaga Mas Seno!" pekik Shafina sambil berlari ke arah Seno.
"Shafina kamu tenang dulu, jangan terlalu dipikirkan nanti bisa berpengaruh dengan bayimu," tegur Gilang.
"Gimana aku bisa tenang lihat wajah Mas Seno penuh dengan luka, ini semua gara-gara dia melindungi aku," tangisnya pecah ketika ingat bagaimana suaminya itu melawan banyak orang hanya karena ingin melindungi istri dan anaknya.
"Itu sudah menjadi kewajiban Seno sebagai kepala keluarga, jadi aku mohon kamu tenang ya, ini semua demi kebaikan bersama, kalau kamu tenang maka anak yang ada di gendongan mu juga ikut tenang kita selesaikan masalah ini satu persatu," ucap Gilang menasehati.
Shafina pun mulai menurut apa yang dikatakan Gilang karena biar bagaimanapun kalau dirinya tenang pasti bayinya tidak akan rewel, karena di saat kejadian seperti ini yang di butuhkan adalah ketenangan agar supaya dirinya bisa membersihkan luka yang ada di wajah suaminya itu.
Shafina mulai menidurkan bayinya setelah itu langkahnya mulai menuju dapur untuk memanaskan air hangat untuk mengompres luka lebam yang ada di wajah suaminya itu, langkahnya kian di percepat agar supaya luka suaminya segera dia tangani.
"Sayang," panggil Seno yang sudah tersadar dari pingsan.
"Mas, kamu sudah sadar?" tanya Shafina sambil meletakkan baskom yang berisi air diatas meja.
"Sudah Sayang, kamu tidak apa-apa kan, dimana putri kita?" Seno langsung memberondong istrinya dengan berbagai pertanyaan.
🌹 Bersambung 🌹
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤