Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?
Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Flashback 1.2
Sudah 45 menit berlalu, para tamu yang tadinya ramai keluar dari lift sekarang hanya tinggal beberapa orang saja, namun kedua orang tua mereka masih tak kunjung datang ke lobby.
"Ayah dan ibu kenapa belum turun?" Tanya Evander pada Nathan.
"Entahlah, mereka juga belum membalas pesanku"
"Kita susul saja keatas, meeting nya juga kan sudah selesai, pasti boleh" Ucap Livia.
"Iya kak" Jawab Evander yang menyetujui saran Livia.
"Oke"
Akhirnya mereka bertiga berjalan menuju lift untuk naik ke lantai 4, tempat dimana orang tuanya berada.
Resepsionis yang melihat Nathan, Evander dan Livia mau memasuki lift langsung beranjak dari tempatnya dan segera menghampiri mereka bertiga.
"Maaf tuan dan nona, tapi kalian belum di izinkan untuk pergi ke ruang meeting"
"Loh, kenapa? Meetingnya juga kan sudah selesai." Tanya Nathan dengan nada sedikit marah.
"Iya, daritadi juga kita sudah melihat beberapa tamu turun kok" Evander tiba-tiba ikut menyaut obrolan Nathan dan resepsionis itu.
"Betul tuan, tapi belum-"
"Dengar nona resepsionis, kami tamu disini. Orang tua kami yang juga tamu disini masih berada diatas, tadi juga anda bilang kalau meeting nya tinggal 20-30 menit lagi. Tapi ini sudah lewat dari 45 menit dan mereka masih belum turun, apa kami masih tidak boleh menyusul mereka?!" Nathan yang dari tadi sudah menahan diri akhirnya tak dapat membendung kesabarannya lagi dan langsung memarahi resepsionis itu.
"Benar, memangnya kami terlihat mencurigakan? Atau ada yang kalian sembunyikan sampai kami tidak boleh pergi keatas?!" Tanya Evander yang juga terlihat kesal.
Livia yang tak tau harus berbuat apa hanya bisa diam dan melihat kedua kakaknya itu berdebat dengan resepsionis. Ia dibuat bingung dengan situasi ini, padahal mereka hanya ingin segera bertemu dengan kedua orang tuanya, tapi kenapa harus sampai berdebat dan dipersulit.
Karena perdebatan diantara mereka tak kunjung selesai dan malah semakin chaos, petugas keamanan pun sampai datang untuk melerai mereka.
"Maaf tuan, jika kalian masih membuat keributan disini maka terpaksa kami harus mengusir kalian dari sini" Ucap petugas kemanan yang tiba-tiba datang tanpa bertanya terlebih dahulu masalah yang sedang terjadi.
"Apa?! Bapak pikir itu masuk akal?!" Teriak Nathan pada petugas keamanan itu.
"Bapak tiba-tiba datang dan berkata seperti itu tanpa mengetahui permasalahan kami. Saya tidak akan pergi dari sini dan akan tetap ke atas!"
Petugas keamanan itu langsung menahan tubuh Nathan dengan keras agar dia tidak pergi keatas.
Bugh!!
Nathan langsung menghantamkan tinjunya ke wajah petugas keamanan itu yang membuatnya langsung terhuyung kehilangan keseimbangan. Orang-orang yang ada di lobby holtel langsung berkumpul untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, ada juga beberapa orang yang mencoba untuk memisahkan mereka berdua termasuk Evander.
"Jangan konyol! Apa-apaan semua ini?!"
"Pasti ada sesuatu yang terjadi di atas kan?! Jangan halangi aku!" Teriak Nathan pada siapapun yang mencoba menahan dia untuk pergi ke atas.
Di sisi lain, Livia yang melihat semua kejadian tersebut tanpa ia sadari mulai menangis dan tak bisa berbuat apapun. Dalam situasi itu secara tiba-tiba Livia merasakan kalau ada seseorang yang mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh Livia. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu, Livia langsung menyambut pelukan dari orang tersebut. Pelukan itu sedikit membuat perasaannya lebih tenang.
Evander yang melerai Nathan juga ikut marah karena semua kejadian ini, ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat untuk menahan amarahnya.
"Jangan khawatir nak, kamu tunggu disini saja dengan tante. Suamiku pasti akan membantu kalian"
Livia langsung mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang memeluknya itu. Pandangannya beradu dengan seorang wanita paruh baya yang usianya sekitar 40 tahun, wajah wanita itu masih terlihat cukup muda untuk wanita seusianya. Ia menatap lembut kearah gadis yang sedang dipelukya itu, tangannya juga mengusap-usap kepala Livia untuk membuatnya merasa lebih tenang.
"Nak, pergilah keatas. Biar saya yang akan menahan dia disini" Tiba-tiba ada seorang pria yang datang menghampiri Nathan dan Evander lalu menyuruh mereka untuk pergi ke atas.
Tanpa menunggu lagi, mereka berdua langsung berlari ke arah tangga untuk naik ke lantai 4. Tak perlu menggunakan lift, karena itu hanya akan menghambat mereka, bisa saja nanti ada orang yang sengaja mematikan sistem liftnya agar mereka terjebak di dalam.
"Mau dipikirkan bagaimanapun ini tidak masuk akal! Ada apa sebenarnya semua ini?!" Tanya Evander pada Nathan yang berlari menaiki tangga di depannya.
"Aku juga tidak tau, yang paling penting kita harus cepat bertemu dengan ayah dan ibu! Kita harus memastikan kalau mereka baik-baik saja" Jawab Nathan yang terlihat semakin mempercepat lariannya.
"Hosh...hosh..lantai 3, sebentar lagi" Gumam Evander yang nafasnya mulai tersengal.
Tinggal beberapa anak tangga lagi untuk mereka sampai di lantai 4, begitulah pikir mereka sebelum...
DUARR!!
Terdengar suara ledakan yang cukup besar dari arah ruangan yang ada di lantai tersebut.
.
.
.
.
.
.
Bersambung...
Panjangin lah thorr/Whimper/