Kebohongan Istriku

Dilamar? Petter menelan ludahnya. Tuan mudanya benar-benar serius akan menikahi Giovani? Satu kata untuk menggambarkan segalanya. Gila!

Menghela napas kasar, ada perasaan aneh di dadanya. Namun sekali lagi, segalanya benar-benar beresiko kala Candra mengetahui segalanya. Tuntutan hukum yang akan menantinya, karena pemalsuan identitas.

Berusaha tersenyum berucap dengan nada normal. Melangkah masih mengenakan earphonenya, meraih tab, memesan segalanya untuk Giovani sesuai dengan permintaan Candra.

"Giovani belum bersedia berkomitmen." Petter mencoba mencegah segalanya. Bagaimana pun majikan sudah keterlaluan, diberi hari minta jantung. Setelah jantung malah minta seluruh tubuh.

"Dia selalu mengatakan mencintaiku. Tapi perasaan manusia dapat berubah dengan mudah. Bagaimana jika suatu hari nanti dia jatuh cinta pada pria lain." Ucap Candra yang tengah tersenyum membayangkan keluarga bahagianya tinggal di tempat yang nyaman.

"Sudahlah! Menemukan donor dulu, operasi, baru memikirkan untuk menikah!" Petter menyandarkan punggungnya di lift.

Tidak menyadari seorang wanita tersipu meliriknya. Wanita yang merapikan rambutnya sendiri."Boleh berkenalan?" pintanya mengulurkan tangannya.

Tapi tidak ada jawaban, Petter hanya sedikit melirik kemudian kembali fokus pada handphone dan panggilannya.

"Giovani tidak akan menerima lamaranmu. Jika kamu belum dapat melihat." Alasan yang diucapkan Petter.

"Petter, apa kamu mencintainya?" Tanya Candra dengan nada sendu."Saat dengan Titania kamu tidak pernah menurunkan semangatku. A...apa kalian menjalin hubungan di belakangku?"

"Mana mungkin aku jatuh cinta pada Giovani! Secantik apapun dia, sebaik apapun dia, walaupun ukuran bagian depannya 36B, walaupun dia jenius sekalipun. Satu-satunya orang yang tidak akan membuatku jatuh cinta adalah Giovani!" Teriak Petter murka.

"Kalimatmu seperti pencuri yang dituduh mencuri." Kalimat Candra dari seberang sana, menbuat Petter sedikit melonggarkan dasinya.

"Ada begitu banyak pria, kenapa kamu hanya cemburu padaku?" Tanya Petter bertepatan dengan lift terbuka. Wanita yang ada dalam lift terlihat kecewa, tidak dapat berkenalan dengan pencuri hatinya.

"Karena pria lain seperti ubur-ubur, jika disandingkan denganmu. Hanya kamu yang memiliki potensi merebut Giovani dariku." Kecurigaan tidak berdasar dari majikannya.

Hal yang membuat Petter benar-benar menghela napas."Jadi jika aku mendukung hubungan kalian kamu tidak akan mencurigaiku lagi?"

"Tentu saja, kamu seperti ingin memisahkanku dengan Giovani tanpa alasan yang jelas. Satu kemungkinan yang terjadi, kamu cemburu." Segalanya memang sesuai logika, untuk pertama kalinya Petter menentang perintahnya.

"Baik! Aku akan mempersiapkan segalanya. Tapi jika ditolak---" Kalimat Petter disela.

"Tidak bisakah kamu mengalah padaku? Aku buta, jika tidak ada Giovani, apalagi yang akan menjadi motivasi hidupku. Petter, aku tau jika aku ditolak, kemungkinan besar karena Giovani jatuh cinta padamu." Suara Candra bergetar, apa pemuda itu menangis.

"Sial!" Bentak Petter untuk pertama kalinya menyemprot majikannya."Aku akan melakukannya! Mempersiapkan lamaran gila, kemudian memastikan Giovani menerima lamaranmu."

Geram Petter mematikan panggilannya sepihak. Kembali merapikan dasinya seorang diri. Melangkah menuju ruang rapat.

Gila bukan? Mempersiapkan lamaran pernikahan untuk Giovani. Konsep romantis, yang diidamkan setiap wanita. Menghela napas kasar, dirinya harus benar-benar bersabar menghadapi segalanya.

Tujuannya saat ini? Rapat pemegang saham Sky J Company. Langkahnya terhenti kala menyadari seseorang berdiri di hadapannya. Putra kedua pemilik Sky J Company.

"Terimakasih..." Itulah yang diucapkan Romero.

"Aku melakukan ini untuk uang. Bukan untukmu." Petter melangkah melewatinya.

Namun Romero tidak henti-hentinya menatap punggungnya. Jantungnya berdegup cepat, apa ini wajar? Tentu saja tidak. Dirinya seorang pria normal, playboy yang memiliki kekasih.

Tapi disekap oleh beberapa hari musuh bisnis ayahnya, mengalami berbagai siksaan. Siapa yang menyelamatkannya? Petter datang saat itu. Mengulurkan tangannya, bahkan membawanya ke rumahnya. Mengobati luka Romero, mengingat situasi yang kurang aman di rumah Romero.

Gila bukan? Hatinya bergetar untuk pria."Aku normal..." Romero ingin menolak semua perasaannya.

Tapi entah kenapa dirinya ingin menatap ke arah Petter. Pria dingin yang tidak mempedulikan apapun selain majikannya.

Apa Petter memiliki perasaan yang sama padanya?

"Aku bukan pecinta sesama jenis." Romero mengepalkan tangannya. Sebelumnya dirinya normal, tapi kenapa hanya karena pertolongan dan diobati. Berbicara beberapa kali dengannya tanpa sentuhan fisik perasaannya jadi seperti ini.

Melangkah mengikuti Petter yang belakangan jarang terlihat.

Pintu rapat pemegang saham terbuka. Romero selaku salah satu dari calon penerus melakukan presentasi bagaimana jalannya perusahaan kedepannya.

Diantara banyak pemegang saham dirinya ingin tampil terbaik di hadapan Petter. Hingga menghela napas mengungkapkan program kedepannya dengan lancar.

Melihat wajah Petter yang sesekali mendengarkan. Membuat dirinya menelan ludah. Betapa bahagianya hari ini, tidak! Dirinya tidak boleh bahagia, ada banyak wanita di luar sana. Mengapa dirinya harus merindukan seorang pria?

Orang-orang bertepuk tangan setelah mendengarkan presentasinya tentang jalannya perusahaan kedepannya. Kecuali Petter, orang itu meraih microphone."Lumayan bagus, tapi aku kurang puas. Kamu bisa menambahkan program untuk bekerja sama dengan perusahaan asal China. Tidak ada salahnya mengirim orang untuk mencari relasi baru."

Kalimat yang terdengar begitu cerdas. Sebuah usulan tanpa celah. Petter benar-benar mendengarkan presentasinya?

"Aku akan berusaha lebih baik lagi!" Ucap Romero, membungkuk 90 derajat.

"Aku menantikannya." Dua kata terdengar dingi keluar dari mulut Petter. Melangkah pergi meninggalkan ruang rapat."Tentang hal lainnya, aku akan membaca dari laporan." Hanya itulah yang diucapkan Petter, tidak memiliki banyak waktu.

18% saham yang dimiliki Candra di perusahaan ini, bukanlah jumlah yang sedikit. Salah satu pemegang saham terbesar, itulah Candra yang selalu diwakili Petter dalam setiap tindakannya.

Ayah Romero selaku CEO Sky J Company tersenyum bangga pada putra bungsunya untuk pertama kali. Sementara sang putra sulung, hanya mengernyitkan keningnya merasa tersaingi.

Pujian dari Petter begitu berarti. Jemari tangannya mengepal, menghela napas kasar. Apakah perasaannya pada Petter adalah dosa?

Entahlah, dirinya akan berusaha memendam segalanya. Sebuah penyimpangan yang gila.

*

Malam menjelang, satu? Tidak beberapa perusahaan tempat dirinya menginvestasikan uang Candra menjadi tujuannya. Tidak hanya itu persiapan gila untuk melamar Giovani esok hari.

"225 ribu dollar!" Ucapnya menghadiri pelelangan sepasang cincin berlian.

"225 ribu dollar pertama! 225 ribu dollar kedua! 225 ribu dollar ketika! Terjual!" Teriak orang dari rumah lelang mengetuk palu. Pertanda cincin itu terjual pada Petter.

Sepasang cincin yang memiliki history indah. Bukan cincin berlian biasa. Berlian yang tidak memiliki history memiliki kecenderungan harganya akan menurun. Tapi tidak dengan cincin yang pernah dikenakan orang-orang terkenal. Harganya akan meningkat di setiap tahunnya oleh para kolektor.

Pandai dalam memutar uang, itulah seorang Petter. Wajahnya tersenyum, kini tinggal memesan 1000 tangkai bunga mawar. Gila! Membuat acara lamaran untuk dirinya sendiri.

*

Tapi apa yang dilakukan oleh Candra saat ini? Dirinya tersenyum, setelan tuxedo yang dipilihkan seorang desainer.

"Jadi anda ingin melamar seorang wanita?" Tanya sang desainer.

"Benar! Walaupun baru mengenalnya, aku merasa begitu dekat dengannya. Seperti hanya dia yang memahamiku. Tidak lebih tepatnya hanya Petter dan Giovani yang paling memahamiku."

"Petter siapa?"

"Teman sekaligus saudaraku. Bahkan dia yang akan membujuk Giovani untuk menerima lamaranku."

"Kalau begitu kamu harus berhati-hati. Ini hanya saran, pria dan wanita yang terlalu dekat. Apa kamu yakin mereka tidak memiliki hubungan?"

"Aku mencintai Giovani. Saat aku dapat melihat lagi. Walau dia berselingkuh dengan siapapun, aku akan merebutnya kembali menggunakan cara apapun."

Sebuah kesungguhan, walaupun dirinya harus menentang Petter nantinya. Bagaimana tuan muda baik hati akan berubah badas, melawan asistennya?