NovelToon NovelToon
Aku, Atau Dia?

Aku, Atau Dia?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Playboy / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gangster
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.

Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.

Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menginap

Tanpa basa-basi, Gema melayangkan tinjunya. Namun, itu berhasil ditangkap dengan mudah oleh Adam.

“Boleh juga lu,” Adam menarik tangan Gema mendekat, lalu ia mencengkram erat kerah baju Gema dan.

Bagh!

Adam membanting Gema ke aspal. Gema meringis kesakitan. Dan Adam? Ia tidak peduli, Adam duduk diperut Gema dan mulai memukulnya bertubi-tubi.

“Gimana? Enak kan?” ucap Adam. Ia berhenti sejenak dari memukuli Gema.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Gema langsung menanduk Adam. Membuat Adam mundur, ia memegangi hidungnya yang patah dan berdarah.

Adam mengelap darahnya, ia tertawa lepas.

“Akhirnya! Akhirnya!” Adam berlari men tackle Gema.

Namun, Gema berhasil menahannya. Gema langsung menendang kepala Adam, membuat seniornya itu terjatuh. Gema langsung duduk diperut Adam, balas memukul.

“Bangsat! Gak bisa nih, kalo Adam kalah. Kepemimpinan Adam pasti diraguin anak-anak,” batin Raka.

Raka berjalan menghampiri Gema, ia berdiri dibelakang Gema. Raka merunduk dan memeluk Gema dari belakang. “Eh?”

Raka men suplex Gema. Dengan reflek yang cepat, Gema memutar badannya serta melindungi kepala dan tulang lehernya dengan tangannya untuk mengurangi sedikit dampak.

Bagh!

Tubuh Gema menghantam tanah. Perlahan, pandangan Gema memudar, kepalanya terasa berat dan pusing. Dan akhirnya, pingsan.

Tanpa peduli Gema sudah pingsan atau tidak.

Raka langsung menendangi tubuh Gema yang terkapar. Adam naik pitam, ia bangkit dan memukul Raka.

“Bangsat! Gua bilang diem ya diem anjing!

“Bikin gua malu aja lu!” bentak Adam. Raka menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

“Tapi ini buat kebaikan kita semua,” kata Raka.

Adam menatapnya tajam, rahangnya mengeras. “Kebaikan? Gua enggak butuh lu buat jagain gua,” geramnya. Rasa malu dan marah bercampur jadi satu di dalam dirinya. Raka melangkah mundur, menyadari kesalahannya. Bagi Adam, ini bukan cuma soal bertarung—ini soal harga diri di depan anak buahnya.

“Seret ini anak ke pojok jalan!” perintah Adam, terlihat kemarahan di wajahnya.

Anak buahnya menurut, mereka menyeret Gema ke pinggir jalan yang separuh hutan. Adam membaringkan tubuh Gema ke kanan, ia menjadikan tangan Gema sebagai bantalan kepala Gema.

Adam menekuk satu kaki Gema, satunya ia luruskan. Adam menyentuh lembut wajah Gema, dan Gema tampak sedikit merespons.

“Rak! Ambilin fresh care, di jok motor gua,” titah Adam.

Tak lama Raka menghampirinya, dengan fresh care di tangan kanannya. Adam langsung mengambilnya, membuka tutupnya, ia membalurinya di bawah hidung serta pelipis Gema.

Setelah menunggu beberapa menit, Gema mulai merespon. Ia mulai membuka matanya perlahan.

“Sadar juga lu, nih,” ucap Adam dengan suara dingin, ia memberikan amplop coklat tebal.

“Itu, bayaran buat perawatan lu sekaligus duit ganti rugi,”

“Lu ... lu tau darimana rumah gua bangsat,” ucap Gema dengan suara yang lemah. Adam tersenyum kecil, ia bangkit berdiri.

“Lu tolol apa gimana sih? Kan pas mpls, disuruh perkenalan diri nama lengkap sama alamat dari bang Aldo,” Adam berbalik berjalan.

“Bang, lu udah puas mukulin gua kan? Ayo bersaing sehat bang,” ucap Gema.

“Gua belom puas mukulin lu, dan mulai sekarang jangan deketin Raisa, kalo lu batu. Lu bakal dapet yang lebih parah,” Adam mengancam.

Ia berjalan menuju anak buahnya, mereka menyalakan mesin motor dan berjalan meninggalkan Gema.

Gema bangkit, ia berjalan pelan menuju mobilnya. Gema masuk ke mobilnya, mengambil ponselnya yang tergeletak di kursi penumpang, sebelah kursi pengemudi.

Gema membuka aplikasi pesan, memilih kontak Raisa.

...Kak Raisa❤️...

^^^Gema:^^^

^^^Kak, lu masih dirumah?^^^

Kak Raisa❤️:

Masih, kenapa?

^^^Gema:^^^

^^^Send a Photo^^^

^^^Lu boleh kesini gak kak? Gua ada di deket rumah gua^^^

Kak Raisa❤️:

Ya ampun

kamu abis ngapain?

Gema tersenyum kecil melihat pesan dari Raisa itu, ia dapat membayangkan betapa lucunya wajah Raisa yang khawatir.

^^^Gema:^^^

^^^Tadi pas mau ke rumah, gua dihadang kak^^^

^^^Lu boleh bantuin gua gak kak? Pala gua pusing banget, gak kuat gua^^^

Kak Raisa❤️:

Yaudah kamu ada dimana sekarang?

^^^Gema:^^^

^^^Gua ada di beberapa ratus meter sebelum gerbang masuk rumah gua^^^

Kak Raisa❤️:

Aku samper, jangan kemana-mana!

^^^Gema:^^^

^^^Siap ibu negara!^^^

Gema menaruh ponselnya, ia menyenderkan tubuhnya ke kursi, mendongak ke atas. Kepalanya pusing sangat hebat, tubuhnya sakit semua.

Beberapa belas menit kemudian, sebuah mobil taksi mendekat dan berhenti di dekat mobil Gema. Dari dalam, keluar seorang wanita yang sangat dikenal oleh Gema—Raisa. Ia terlihat khawatir dengan membawa kotak P3K di tangannya. Melihat kondisi mobil Gema yang diam tak bergerak, Raisa langsung menuju ke sana.

Raisa berjalan mendekati kaca mobil Gema dan mengetuknya perlahan.

"Tok... tok."

Gema, dengan sisa-sisa tenaga, membuka pintu mobilnya perlahan. “Gem! Kamu pusing?” tanyanya dengan nada khawatir. Gema hanya meliriknya sebentar, menatap wajah Raisa yang penuh cemas. Entah mengapa, meski tubuhnya sakit luar biasa, senyum kecil masih bisa muncul di wajahnya, melihat ekspresi khawatir Raisa yang justru terlihat lucu di matanya.

Gema menggeleng pelan, meskipun Raisa bisa melihat dengan jelas bahwa dia berbohong. Memar di wajahnya, napasnya yang berat, dan tubuhnya yang lemas sudah cukup menjelaskan kondisinya. Raisa hanya bisa menelan ludahnya, menahan perasaan cemas yang semakin membuncah.

“Bohong kamu,” ucap Raisa.

“Gak apa-apa, kak. Gua udah biasa kok,” Gema tersenyum kecil.

Setelah memandang sekeliling, Raisa akhirnya memutuskan untuk bertindak cepat. “Ah, bodo amat,” gumamnya dalam hati. Dengan susah payah, Raisa menyelipkan satu tangannya ke bawah leher Gema, dan tangan lainnya ke bawah lututnya.

Raisa dengan hati-hati menopang bahu Gema, membantu mengangkat tubuhnya sedikit agar bisa dipindahkan ke kursi penumpang. Meski tubuh Gema terasa berat, Raisa tetap berusaha dengan sekuat tenaga, memastikan Gema bisa duduk dengan nyaman.

“Pelan-pelan aja, Gem,” ucap Raisa dengan lembut sambil mengatur posisi duduk Gema.

“Ya Allah, berat amat ini orang,” keluh Raisa dalam hati, sementara dia berusaha menahan beban Gema yang cukup berat. Meski dengan susah payah, akhirnya Raisa berhasil memindahkan Gema ke kursi penumpang. Setelah memastikan Gema duduk dengan nyaman, Raisa segera mengambil tempat di kursi pengemudi dan menyalakan mobil.

Tanpa membuang waktu, Raisa mengemudikan mobil menuju rumah Gema. Sesampainya di sana, ia berhenti sejenak di depan gerbang rumah yang tinggi, mungkin lebih dari dua meter. Dengan usaha yang cukup keras, Raisa akhirnya berhasil membuka gerbang tersebut dan mengarahkan mobil masuk ke dalam area rumah Gema.

Setelah memarkir mobil di halaman rumah, Raisa keluar dan menutup kembali gerbang, memastikan segalanya aman. Kemudian, dengan penuh perhatian, ia kembali ke dalam mobil untuk memeriksa kondisi Gema.

Melihat wajah Gema yang mulai sedikit lebih rileks, Raisa merasa lega, meskipun ia tahu bahwa Gema masih memerlukan perhatian lebih.

“Gem, keluar yuk, ke dalem rumah,” ucap Raisa dengan lembut.

Gema mengangguk pelan. Raisa segera mengambil p3k yang tadi ia taruh dan berpindah ke sisi Gema. Raisa memapah Gema untuk berdiri, mereka pun berjalan memasuki rumah.

“Gem, kenapa? Kenapa lu babak belur begini?” tanya Raisa, terdengar lembut.

“Gak kenapa-kenapa kak, palingan ada begal yang mau ngerampok,” ucap Gema berbohong.

“Kalo gua ngasih tau lu kak, persaingan gua sama Adam pasti keganggu,” ucap Gema dalam hatinya.

......................

Mereka telah sampai di ruang tamu, Raisa langsung merebahkan tubuh Gema di sofa kulit klasik panjang.

Tanpa banyak bicara, Raisa membuka kotak P3K dan mulai membersihkan luka-luka di wajah dan tangan Gema dengan penuh kelembutan.

Gema hanya bisa terdiam, matanya menatap Raisa yang sedang sibuk merawat lukanya. Di tengah rasa sakit dan kelelahan, ada rasa hangat yang menyelimuti hatinya, menyadari betapa peduli dan tulusnya Raisa terhadap dirinya.

“Gem,” panggil Raisa memecah keheningan, Gema hanya membalas deheman. “Aku nginep disini ya,”

“Hah?!” kaget Gema

................

Raka Pradipta

Samuel Aldebaran

1
Rose Skyler
mamanya masih 29?
Siti Nina
oke ceritanya,,,👍👍👍
Siti Nina
ceritanya bagus kak tetep semangat,,,👍💪
Iqhbal
tetap semangat bg🗿butuh waktu untuk ramai pembaca🗿
Iqhbal
semangat bg, jangan lupa share di komunitas agar orang pada tau
Iqhbal: mau dibantu share? 🗿
Keisar: gak ada waktu, tapi thank you udah komen
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!