Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.
Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.
Siapakah ibu kandung Zehya?
yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Wedding
Hari yang Syeina dan Bagas nantikan selama 6 tahun mereka terikat pernikahan akhirnya sampai juga. Hari ini kedua pasangan suami istri itu tengah berdiri di altar pernikahan, saling mengucapkan janji setia di depan semua tamu undangan. Zehya yang tak kalah bahagia karena bisa bertemu dengan ibunya, Reni. Sedari mereka bertemu di depan gedung tempat acara berlangsung, Zehya dan Reni benar-benar tidak terpisahkan. Membuat Maher mendelik dan menatap Zehya penuh permusuhan. Reyhan yang mengetahui bagaimana hubungan Zehya dan Reni mencoba memberi pengertian pada Maher.
" Boy, hari ini saja. Izinkan Mama bersama dengan Zehya. Setelah itu, Mama bisa bersama kamu." Bujuk Reyhan pada Maher yang menunduk, menahan kesal.
" Boy, kamu bisa bertahan selama lima tahun, sehari bukanlah waktu yang lama" Kini Reyhan membangunkan logika sederhana milik anaknya. Dan berhasil, Maher mengangkat kepalanya dan menatap Papanya.
" Hanya hari ini, Benar?" Reyhan tersenyum.
" Ya. Hari ini, dan hari-hari tertentu saat mereka bertemu" Maher mengernyit kan alisnya. Tanda tidak setuju.
" Boy, mereka akan jarang bertemu. Sedang kamu bisa setiap hari bersama Mama, hm.. kamu anak baik bukan?" Reyhan tersenyum pada putranya. Maher terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
" Okey, tapi papa harus segera memenuhi janji papa. Aku mau adik yang lucu dari perut Mama."
" Uhuk.. uhuk!" Reyhan tersedak salivanya sendiri.
" Boy.."
" Papa sudah janji."Ujar Maher sembari beranjak meninggalkan Reyhan. Lelaki kecil duplikatnya itu memilih bergabung bersama dengan Reni dan Zehya yang sedang memilih aneka cake dan dessert yang di tersedia di stand makanan.
Alih-alih mengalah dan memberikan waktu pada Zehya dan Reni. Maher yang sudah bersabar sedari pagi hingga hampir tengah hari ini justru ikut bergabung dengan mamanya. Reyhan yang melihat tingkah Maher hanya mengelus dadanya.
" Tuan muda menuruni sifat anda, tuan" Ucapan Jonathan semakin membuat Reyhan kesal.
" Jangan lupa untuk segera memberikan adik untuk tuan muda, bos. Hahaa!" Ledek Jo seraya kabur dari amukan Reyhan.
" Hah... " Reyhan mengacak rambutnya sembari menggigit bibir bawahnya.
Sepanjang jalannya acara, semua berjalan lancar, penuh suka cita. Setelah melakukan Sesi potho, Zehya memilih untuk duduk di taman, yang berada di samping ruangan tempat acara pesta tengah berlangsung. Ditemani oleh Bi Sarti. Sedangkan Reni saat ini tengah membantu Maher berganti pakaian karena tadi tidak sengaja menumpahkan ice cream ke stelan tuxedonya.
Zehya tengah mengayunkan kedua kakinya sembari menikmati puding yang bi Sarti suapkan ketika seorang pria paruh baya menghampirinya. Zehya menoleh pada pria itu dan tersenyum.
" Opa Burhan! " Sapa gadis kecil itu dengan ceria. Berbeda dengan Bi Sarti yang sangat terkejut dan ketakutan. Bi Sarti telah bekerja pada keluarga Bagas sejak Bagas masih kecil. Bi Sarti mengetahui semua yang terjadi pada keluarga Tuan mudanya.
Burhan menatap Sarti dan memberikan kode untuk diam. Sarti yang bergetar karena syok dan takut itu hanya mampu mengangguk.
" Halo cantik, sedang apa sayang?" Burhan duduk di depan Zehya dengan senyum di bibirnya.
Zehya yang mengenali Burhan dari potho di rumah mediang kakeknya sebagai teman Opanya selalu memperlakukan Burhan dengan baik. Bagas tidak pernah memberitahukan kejadian pada keluarga nya karena ulah Burhan. Jadi, bagi Zehya. Burhan adalah orang baik.
" Zehya bosan di dalam. Jadi Zehya duduk di sini sambil menunggu ayah dan buna selesai"
" Pasti mereka lama, bagaimana jika Zehya ikut opa?" Bi Sarti beraksi. Dia hendak menggendong Zehya dan membawanya lari. Tapi, gerakannya terhenti kala matanya bersitatap dengan orang suruhan Burhan yang menunjukan senjata apinya. Sehingga membuat Sarti mengurungkan niatnya untuk kabur, dia tidak berani mengambil resiko.
Zehya memandang Burhan dengan seksama. Ada perasaan asing yang belum dia ketahui ketika melihat setiap perubahan pada garis wajah Burhan. Gadis kecil yang belum tahu betapa manusia bisa berubah lebih kejam dari iblis itu hanya memainkan kakinya, tidak menanggapi bisikan hatinya yang merasa kurang nyaman dengan keberadaan Burhan.
" Tapi Zehya harus izin dulu sama Ayah dan buna kalo mau ikut opa" Jawab Zehya sopan. Burhan tersenyum licik.
" Opa sudah meminta Izin pada mereka, sayang. Ayo kita pergi sekarang" Burhan meraih tubuh kecil Zehya kedalam gendongannya. Tak ingin menunda terlalu lama. Karena Burhan tahu, para pengawal yang Tuan muda Satiago tugasnya untuk mengamankan lokasi acara perta sebentar lagi akan menyadari tindakannya.
" Nona_" seruan Sarti terpotong.
" Sarti, ikut bersama kami" Perintah Burhan tanpa bisa di bantah. Sarti memberanikan diri untuk menatap Zehya. Mencoba untuk bicara lewat matanya, dia yakin nona mudanya yang peka, akan segera mengetahui kegelisahan hatinya.
" Bibi kenapa? Opa Burhan kan bukan orang jahat, kenapa Bibi takut?" Tanya Zehya polos. Burhan memelototi Sarti. Membuat tubuh wanita paruh baya itu semakin bergetar dengan wajah menunduk.
" Bi Sarti hanya menahan ingin buang air , Zehya. Sekarang ayo kita pergi"
" Oh.. Bibi mau pipis, ya? Ayo opa. Kita harus segera pergi, nanti Bibi mengompol" Heboh Zehya.
Burhan tersenyum penuh kelicikan, sedang Sarti terus berdoa agar tuan Bagas dan tuan Reyhan segera menyadari bahwa penghianat keluarga Zenata, orang yang telah membunuh kakek dan nenek Zehya. Juga orang yang telah mengambil semua harta kekayaan keluarga Zenata, kini tengah berusaha membawa Zehya. Pewaris sah yang namanya menjadi satu-satunya pemilik semua saham dan usaha milik Zenata. Bahkan jauh sebelum Zehya di lahirkan.
Burhan membawa Zehya dan Sarti masuk ke dalam kemobilnya yang langsung bergerak meninggalkan gedung tempat acara berlangsung.
Di tengah hingar pingar pesta, Syeina dan Bagas merasakan ketidak nyamanan di hati mereka. Keduanya saling pandang.
" Sayang, dimana Zehya?" Tanya Syeina setelah meneliti setiap penjuru aula dan tidak menemukan putri mereka. Bagas segera meraih ponsel di saku jasnya. Menghubungi sahabatnya.
" Rey, apa Zehya bersama kalian?" Tanya Bagas begitu panggilan di terima.
" Aku akan pastikan lagi, bro. Tadi Reni membantu Maher berganti pakaian di toilet. Dan Zehya menunggu di taman"
" Tolong kabari aku setelah kamu memastikan keberadaan putriku, Rey."
" Haha.. tenanglah bro. Aku akan langsung menghubungimu".
"Bagaimana?" Cecar Syeina begitu Bagas menutup sambungan telepon. Bagas menatap istrinya dan mengelus punggungnya lembut. Reyhan sedang memastikan keberadaan Zehya" Syeina masih belum tenang. Hatinya berkata bahwa ada yang tidak benar sedang terjadi pada putrinya. Bagas yang mengerti kekhawatiran Syeina mengecup pipi nya dan berkata lembut.
" Percayalah. Gadis kecil kita akan selalu baik-baik saja"
...****************...
Reyhan berjalan dengan langkah lebar menuju taman, tempat dimana tadi Zehya menunggu Reni bersama Sarti. Jo dan beberapa pengawal mengikutinya dengan langkah pasti dan kewaspadaan yang tinggi.
Reyhan berdiri sambil berkacak pinggang, begitu mendapati taman kosong. Dia sedang berpikir positif, mungkin Zehya sudah kembali masuk ke aula atau bahkan sudah bersama dengan Reni dan putranya. Namun semua pikiran positifnya buyar.
" Tuan, kami menemukan ini." Jo menyerahkan sebuah gelang yang mereka semua ketahui bahwa itu milik Zehya. Reyhan menerima gelang itu dan menatap sekitar.
" Jo, cepat lihat rekaman CCTV di sekitar taman dan jalan keluar. Perasaanku sungguh tidak nyaman"
" Baik tuan" Jonathan dengan gesit melangkah ke ruang pengendali keamaan gedung bersama dua orang pengawal. Reyhan merogoh saku celananya dan menghubungi salah satu rekannya yang bekerja di kepolisian.
" Bro. Aku butuh bantuan"
Setelah mengatakan keberadaannya saat ini, Reyhan memutuskan sambungan telpon dan menyimpan kembali ponselnya.
" Jangan beritahu Bagas, Syeina serta putraku dan ibunya tentang hal ini. Pastikan acara selesai dengan baik. " Perintah Reyhan pada salah satu pengawalnya.
Setelah beberapa menit berlalu dengan Rwyhan yang terus mondar- mandir di taman, Jonathan menghampirinya dengan langkah setengah berlari.
" Tuan, kita harus segera mengejar Tuan Burhan. Lelaki tua itu membawa Nona Zehya dan bi Sarti ke arah pelabuhan. Sepertinya dia berniat menghilangkan nona Zehya"
Laporan Reyhan sonyak membuat bola mata Reyhan membuat dengan sempurna. Tanpa membuang waktu, lelaki bermamta tajam itu melangkah dengan cepat ke arah mobilnya.
" Jo, laporkan semua yanh kamu ketahui pada Alex saat dia datang nanti, aku akan mengejar mereka dengan beberapa pengawal. Pastikan semua laporan akurat. dan satu lagi, Kirimkan semua bukti kejahatan yang telah kita kumpulkan selama ini."
Jonathan yang sedang berjalan di sampingnya segera mengangguk. Dia berhenti di samping mobil Reyhan begitu sang tuan sudah duduk di kursi kemudi.
" Jelaskan apa yang sedang terjadi pada Bagas dan yang lain setelah acara selesai. Ingat, setelah acara selesai. Aku percayakan semua yang disini padamu. Aku pergi dulu." Setelah mengatakan hal tersebut, Reyhan berlalu dari hadapan Jonathan bersama dengan mobil yang melaju sangat kencang.