Aku Ingin Jatuh Cinta{Lagi}

"Bentuk bunga tulip?"tanya Elara.

Elara menautkan kedua alisnya ketika mendapatkan hadiah sebuah gantungan kunci yang terbuat dari kaca dan berbentuk bunga tulip. Dia bingung mengapa Haru malah memberikan gantungannya? Kenapa tidak bunganya langsung saja?

"Iya gantungan bunga tulip. Ambillah."ujar Haru.

"Kenapa kamu tidak memberikan bunganya saja? Kenapa harus gantungan berbentuk bunga tulip nya?"tanya Elara, merasa penasaran.

Haru tersenyum, senyuman teduh itu selalu saja menghiasi wajah tampan pria itu. Pria baik, penyayang dan tulus itu selalu saja punya ide yang mampu membuat Elara berdebar dan jatuh cinta setiap harinya.

"Jika aku berikan bunganya, nanti bunga nya perlahan-lahan akan layu. Jadi, aku berikan gantungan kunci saja. Biar kamu bisa menyimpannya selama mungkin."jelas Haru.

Elara tersenyum, dia menatap gantungan kunci itu dengan mata yang berbinar. Haru mengelus puncak kepala Elara. Dia bahagia melihat kekasihnya turut merasakan perasaan bahagia.

"Oh ya, aku juga punya gantungan kunci yang sama. Aku juga akan menyimpan dan menjaganya."ucap Haru sambil tersenyum.

Sebentar lagi akan liburan semester genap, Haru dan Elara akan naik ke kelas 11, namun di kelas yang berbeda. Selama masa-masa ujian, mereka menghabiskan waktu untuk belajar di perpustakaan. Elara selalu merasa bahagia dan tertawa saat Haru selalu saja menghibur dirinya. Disaat hatinya sedang sedih, Haru selalu saja tahu dan datang dengan senyuman merekah.

"Elara, seperti makna bunga tulip. Begitulah aku mencintaimu."tutur Estele.

"Haha, maksud mu, kamu akan setia kan, begitu?"ujar Elara.

Sepasang kekasih itu sedang duduk di bangku taman yang berada tak jauh dari sekolah mereka. Keduanya sedang memandang anak-anak sekolah dasar yang sedang bermain sambil menjilat es krim mereka masing-masing. Elara begitu senang karena Haru sangat tahu bahwa dia sangat menyukai es krim rasa coklat yang tidak terlalu manis, dia suka rasa coklat yang sedikit ada rasa pahitnya.

Haru menggeleng, "bukan, cintaku padamu ibarat bunga tulip. Yaitu harapan."balas Haru sambil tersenyum.

"Harapan? Apa maksudnya?"tanya Elara.

"Bunga tulip melambangkan kesetiaan, namun juga melambangkan sebuah harapan. Aku mencintaimu seperti sebuah harapan, aku tidak akan menjanjikan kesetiaan. Tapi, aku menjanjikan harapan."ungkap Haru.

"Maksudnya? Jadi kamu akan menduakan aku? Atau kau berniat ingin memberikan ku janji palsu hmm?"ujar Elara sambil memicingkan mata.

"Apa!? Bukan begitu. Aduh, kamu ini ...."balas Haru.

"Pftt, haha ..., iya-iya aku hanya bercanda. Ayo coba katakan kenapa cintamu itu seperti harapan?"ujar Elara sambil menahan tawa.

Haru memandang lurus kedepan, "Harapan itu adalah hal yang indah bagi manusia. Manusia tentu tahu jika sebuah harapan belum tentu menjadi nyata. Tapi, dengan berharap, mereka akan merasakan kebahagiaan tanpa peduli akan terjadi atau tidaknya." Haru menoleh menatap Elara, "begitu pun cintaku terhadap mu. Aku tidak tahu sampai kapan aku berada disisi mu, tapi aku ingin mencintaimu dan hanya kamu. Tanpa harus memikirkan bagaimana kedepannya, apa yang akan terjadi. Karena yang aku bisa lakukan saat ini hanya mencintai kamu walupun itu adalah hari terakhir ku,"ungkapnya sambil tersenyum.

Deg!

Elara terharu, air matanya tiba-tiba saja menetes. Begitu sangat besarnya cinta Haru terhadapnya. Bahkan pria itu tidak menuntut agar mereka harus bersama apapun yang terjadi. Bagi Haru yang terpenting saat ini adalah menghabiskan waktu dengan menikmati hidup, menjalani hidup dengan baik, dan mencintai Elara, satu-satunya wanita yang bisa membuat ia jatuh cinta.

"Haru, jika suatu hari nanti kita tidak dapat bersama, apa yang harus aku lakukan?"tanya Elara.

"Bahagia."jawab Haru.

"Apa?"ujar Elara dengan alis yang tertaut.

"Yang harus kamu lakukan adalah bahagia El. Jika aku tidak ada, maka kamu harus menerima pria yang mencintaimu El. Aku akan bahagia saat kamu menjalani hidup dengan bahagia, mengikhlaskan semua rasa sakit mu. Hidup dengan tenang bersama orang yang mencintai mu."ungkap Haru sambil tersenyum.

Elara diam, perkataan Haru membuat dia menjadi takut. Mana mungkin ada pria yang mencintai dirinya? Hanya Haru pria baik yang mencintai nya, membuat Elara menjadi wanita yang paling beruntung. Jika bukan bersama Haru, maka Elara tidak akan mencoba jatuh cinta pada orang lain lagi. Sekali dia mencintai seseorang, maka hanya orang itu. Tidak mudah bagi Elara untuk jatuh cinta, dia juga tidak mudah berpaling dari orang yang ia cintai.

"Entahlah Haru, aku tidak bisa menerka-nerka apakah aku akan bisa jatuh cinta lagi setelah mencintaimu."ungkap Elara.

...****************...

"Apa anak saya baik-baik saja Dok?"

Seorang dokter baru saja keluar dari ruang IGD, dokter itu menghela nafas berat. Membuat seorang wanita berusia 27 tahun merasa cemas. Wanita itu merasa khawatir, untunglah ada suaminya yang setia menemani di sampingnya.

"Dokter, apa yang terjadi? Apakah putra kami baik-baik saja?"

"Maaf tuan, setelah melakukan pemeriksaan mendalam. Kondisi penyakit anak anda semakin buruk. Semakin anak Nyoya dan Tuan beranjak dewasa, semakin parah juga penyakit yang ia derita."jelas si dokter.

"Lalu apa yang harus kami lakukan agar bisa menyelamatkan anak kami dok?"tanya sang ibu.

"Ada satu cara, yaitu melakukan operasi transplantasi. Tapi, bukanlah hal mudah untuk menemukan pendonor yang cocok. Bahkan kami tidak menjanjikan bahwa operasi akan berjalan dengan lancar. Namun, dari kemungkinan sedikit harapan itu. Masih ada kesempatan untuk berhasil."ungkap dokter.

Bruk!

Tubuh wanita cantik berumur 27 tahun itu perlahan merosot ke bawah, untunglah suaminya sigap memegangi. Kaki wanita itu mendadak lemas sehingga dia jatuh terduduk di atas lantai rumah sakit. Sementara suaminya berjongkok sambil merangkul istrinya.

"Hiks ... Mas, anakku mas, aku tidak mau dia pergi mas...."tangis wanita itu pecah sambil memeluk suaminya.

"Sst, tidak akan. Kamu tenang saja, anak kita akan baik-baik saja."

Suami-istri itu memandang sendu ke arah pintu ruang IGD yang tertutup. Hati mereka merasa sedih melihat anak mereka satu-satunya sedang berjuang hidup. Bagaimana bisa Tuhan membuat anaknya menderita dengan penyakit yang bisa membunuh anaknya kapan saja.

"Hiks ... , Tuhan, tolong pertemuan kami dengan jalan keluarnya. Aku tidak mau anak ku meninggalkan diriku."

"Tidak apa sayang, semua akan baik-baik saja. Kita akan membawa anak kita keluar negeri dan melakukan operasi transplantasi untuk anak kita. Anak kita pasti selamat, dia pasti bisa tumbuh dengan baik. Kamu tenang saja ya, percayalah pada mas."

Wanita itu mengangguk, memasrahkan takdir di tangan Tuhan. Dalam hati dia tak henti-hentinya berdo'a demi keselamatan anaknya. Dia berharap ada sebuah keajaiban yang terjadi. Ia rela untuk memberikan semua keberuntungan hidupnya kepada Tuhan, bahkan ia mampu memberikan hidupnya jika Tuhan mau.

"Tuhan, selamatkan anak ku. Tolong tunjukkan keajaiban mu Tuhan ...."