Annisa,seorang perempuan yang bekerja sebagai pelayan restoran dan tinggal di lingkungan pesantren dan diam2 mengagumi gusnya.Dia tinggal bersama ibu dan adik perempuannya yang bernama syifa.Hingga suatu ketika ibunya meninggal dan keadaan menjadikan Annisa di suruh tinggal di kediaman gus tersebut, karna sangat adik juga sedang mengenyam pendidikan di pondok pesantren itu.Hari-hari Annisa pun berubah, dia di hadapkan dengan persoalan dan orang-orang yg belum pernah di temui sebelumnya. Kira-kira akan seperti apa Annisa akan melewati perjalanan hidupnya kali ini? Apakah kekaguman nya terhadap gus nya akan bersambut...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak imey mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANJI GUS RASYA
BAB 14
Adzan subuh berkumandang, Gus Rasya yang sudah terbangun dari jam 3 pagi karena sholat tahajud, segera bergegas ke masjid untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Dan seperti biasa ia yang menjadi imamnya.
Setelah sholat subuh selesai ia mengaji terlebih dahulu bersama para santri hingga pukul 6 pagi.Begitulah awal pagi yang di isi Gus Rasya sehari-hari.Setelah semuanya selesai, Gus Rasya ingin sekali membeli nasi uduk di ujung gang sana. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil sepeda motor yang ada di ndalem.
Gus Rasya mengendarai sepeda motornya dengan perlahan,ia melewati beberapa rumah, salah satunya rumah Annisa. Ia melihat Annisa sedang mengemas sesuatu dan menaruhnya di keranjang sepeda motornya.Ya motor Annisa sudah jadi, dan ia bisa menggunakan kembali motornya.Tak ingin menganggu kegiatan gadis itu, Gus Rasya kembali melakukan motornya. Sesampainya di tujuan, ternyata tempatnya sudah ramai pembeli, dan terpaksa Gus Rasya mengantri.
"Assalamu'alaikum.. bu saya pesen nasi uduk nya 4 di bungkus lengkap ya"
"Wa'alaikumussalam... ehh iya Gus tunggu sebentar ya"
Gus Rasya mengangguk dan segera mencari tempat duduk untuk menunggu pesanannya jadi. Sambil menunggu ia melihat sekelilingnya,warung itu berada di pinggir jalan raya, dan di seberangnya ada sawah dan pegunungan yang indah.Sangat strategis dan nyaman.
"Gus maaf ini pesanan nya sudah jadi silahkan"
"Oh ya.. berapa semuanya bu?"
"35 ribu Gus"
"Ini bu kembaliannya ambil saja"
Gus Rasya menyerahkan uang 50 ribuan kepada bu Siti.Ibu Siti adalah orang jakarta yang mempunyai suami orang Bandung.Sampai sekarang ia dan keluarganya menetap di Bandung. Mungkin karena beliau orang jakarta, jadinya jualan nasi uduk.
"Ehh Gus tidak usah, ibu ada kembaliannya kok, sebentar ya"
"Tidak usah bu, buat ibu saja, saya ikhlas, Mudah-mudahan jualan ibu laris ya"
"Makasih Gus,berkah selalu,terus cepet dapet jodoh yang cantik dan baik akhlaq nya"
"Amiiiinnnn,saya permisi ya bu, Terima kasih, assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Gus Rasya kembali pulang mengendarai sepeda motornya.
"Aduuuhhh Gus Rasya meni ganteng pisan ya bu Siti?"
Ucap salah satu ibu-ibu yang ada disana.
"Ya pasti ganteng atuh,udah gitu baik, sopan lagi, hadeeehh kalau saya punya anak perempuan, pasti anak saya akan kengsemsem sama dia"
"Emang Gus Rasya nya mau sama anaknya situ?"
"Ya kan saya bilang misalnya, orang saya gak punya anak perempuan, ya mana mau"
Sontak ibu-ibu yang ada di sana jadi menertawakan ibu Siti.
"Tapi ya.. kemarin saya denger-denger, katanya Gus Rasya mau di jodohin sama anaknya pak Kyai Abdulah, yang dari bogor itu loh, siapa namanya, ee.. emmm.. haa Zul.. Zul, siapa gitu,lupa saya"
"Iya loh saya juga denger begitu,terus kemarin saya juga sempet melihat ada perempuan bertamu sendirian ke ndalem, apa dia orangnya?"
"Masa sih bu Sumi,?"
"Kalau memang bener dia orang yang mau di jodohin sama Gus Rasya, kok saya kaya gak Terima ya, bukannya gimana-gimana, tapi rasanya kaya gak pantes saja anak gadis, anak dari seorang Kyai lagi, dateng malem-malem nyamperin anak laki orang"
"He eh.. kalau saya yang jadi emak Gus Rasya udah saya usir tuh anak perempuan,gak akan saya setuju ini Gus Rasya nikah sama perempuan model kaya gitu, cantik sih, tapi gak tahu adab bertamu"
"Duuhh.. Mudah-mudahan besok anak gadis saya gak seperti itu, Na'uzubillahiminzalik, amit-amit deh"
"Selamat pagi ibu-ibu, duuhh.. sudah pada kumpul nih, ngomongin apasih?seru banget kelihatannya"
"Selamat pagi Annisa,ihh.. kamu ngagetin ajah"
"Maaf ya ibu-ibu,habis dari tadi saya ngucap salam gak ada yang nyahutin"
"Iyakah?.. wah maaf ya Annisa, kami gak tahu, soalnya kami lagi dengerin cerita dari bu Sumi"
"Cerita soal apa bu, kaya nya serius banget?"
"Masa kamu gak tahu sih, itu loh kemari malem saya lihat ada perempuan dateng ke ndalem malem-malem"
"Perempuan?Siapa?"
"Ishhh.. ternyata kamu gak tahu juga,ituloh yang mau di jodohin sama Gus Rasya"
"Maksudnya Ning Zulaikha?"
"Haaaa... iya itu,dia kemarin malam dateng ke ndalem, sendirian pula"
"Ibu liat dia dateng sendiri,sama sopir kali bu, cuma sopirnya gak ikut turun"
"Gak mungkin nis,orang dia nyetir sendiri saya liatnya"
"Kamu tahu gak nis dia ngapain malem-malem dateng ke pondok?"
"Maaf Bu saya gak tahu"
"Huuufff... ya sudahlah,intinya kalo perempuan itu jadi nikah sama Gus Rasya saya adalah orang nomer 1 yang gak setuju,jadi perempuan kok gak punya sopan santun"
"Iya bener"
Suasana pagi yang cerah itu di warnai dengan ibu-ibu yang asyik bergosip. Annisa yang mendengarkan cerita itu jadi penasaran, mengapa Ning Zulaikha dateng malem-malem? apakah karena ingin bertemu Gus Rasya? sepertinya iya.Kenapa tiba-tiba dada nya terasa nyeri, ada rasa tidak rela dalam diri Annisa.Apalagi besok adalah keberangkatan Gus Rasya ke Kairo.Saat ini yang Annisa butuhkan adalah penjelasan dari Gus Rasya atau Ning Risa, yaaa Ning Risa pasti tahu.Segera ia berpamitan kepada ibu-ibu disana setelah menitipkan kuenya. Di jalan dia mampir ke beberapa warung lagi untuk menitipkan jualannya, hingga ia kembali kerumah.
Siang itu ketika Annisa hendak ke masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur, tidak sengaja ia bertemu dengan Gus Rasya dan Ning Risa, yang kebetulan juga akan sholat dzuhur di masjid.
"Annisa.... akhirnya aku ketemu sama kamu, ada yang ingin aku sampein nih"
"Ada apa Ning?"
"Nanti setelah sholat dzuhur kamu sama ibu kamu di suruh ke ndalem sama ummi, katanya ada yang mau di bicarakan"
"Iya Ning nanti saya bilang ke ibu"
"Sudah ayo nanti lagi ngobrolnya, kita sholat dulu"
Gus Rasya menyela obrolan mereka dengan sikap dingin tapi tegas.Ning Risa yang sudah tahu perasaan masnya itupun hanya tersenyum. Mereka pun pergi ke masjid dan menunaikan ibadah sholat dzuhur berjamaah.
Seusai sholat dzuhur, Annisa langsung pulang mengabari ibunya untuk dateng ke ndalem bersama dirinya.Dan disinilah kini mereka berada, di depan pintu kediaman Kyai Rasyid dan Ibu Nyai Fatimah.Merka mengetuk pintu itu sambil mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Suara balasan salam dari dalam terdengar, dan tidak lama pintu itu terbuka dan menampilkan sosok yang begitu teduh, lembut, namun tegas. Ya itulah ummi Fatimah.
"Kalian sudah datang, ayo mari masuk, kita bicara di dalam"
Ummi Fatimah menggiring Annisa dan ibunya ke ruang tamu, yang disana sudah ada Kyai Rasyid, Ning Risa dan yang terakhir tentunya Gus Rasya. Sejenak mata Annisa dan Gus Rasya beradu pandang sekian detik, lalu mereka mengalihkan pandangan masing-masing.
"Duduklah"
Ummi menyuruh Annisa dan ibunya duduk di sofa"
"Maaf sebelumnya membuat kalian harus datang kemari,itu di karenakan saya ingin berbicara serius dengan kalian dan keluarga saya tentunya"
Kyai Rasyid membuka percakapan itu dengan suara khasnya.Sosok yang sangat berkharisma dan bijaksana.
"Maaf Kyai kalau boleh tahu ada apa kami di panggil kemari?"
ibu Annisa sedikit berani bertanya tentang maksud kenapa dirinya di undang ke ndalem.
"Apa kamu tahu kalau Gus Rasya menyukai putrimu?"
"Ma... maksud Kyai?"
"Iya.. Rasya berniat ingin menikahi putrimu, yaitu Annisa,apa kamu tahu?"
Ibu Annisa yang kaget dan tidak tahu menahu itu pun memandang Annisa dengan bingung.
"Maaf Kyai... saya tidak tahu,mungkin Kyai salah, dan tidak mungkin Annisa dan Gus Rasya menikah, kami hanya orang biasa, jadi itu tidak mungkin terjadi"
"Saya juga hanya manusia biasa,sama seperti kamu, lalu di mana letak perbedaannya?"
"Maaf Kyai.. Kyai orang yang terpandang,sedangkan kami hanya orang biasa"
"Tidak ada yang berbeda dari kita Maimunah,kita sama di mata Allah, jangan pernah merasa rendah diri di hadapan sesama ciptaannya, saya menyuruh kamu dan Annisa kemari karena ingin menanyakan langsung kepada kalian, khususnya kamu Annisa,apakah kamu mau menikah dengan anak saya Rasya?"
"Sa... saya belum bisa menjawabnya Kyai"
"Lalu kapan kamu akan menjawabnya?Rasya butuh jawaban sekarang, karena besok dia sudah akan pergi ke Kairo dalam waktu yang lama"
"Tidak tahu Kyai... maaf"
"Apa kamu memikirkan sesuatu Annisa?"
"Iy.. iya Kyai"
"Apa saya boleh mengetahui apa yang kamu pikirkan?"
"Maaf Kyai.. saya hanya merasa tidak pantas bersanding dengan Gus Rasya, saya belum hafal Alquran,saya bukan kalangan Ning,pendidikan saya pun harus tertunda karena masalah biaya, sungguh untuk berharap saja saya tidak berani, apalagi sampai menikah, dan tentunya ummi dan Kyai pun juga tidak akan setuju bukan?"
"Bagaimana kalau kami setuju?bukan hal yang mustahil jika Allah sudah berkehendak, bisa saja kalau kalian memang di takdirkan berjodoh"
"I... itu.. kalau itu saya serahkan ke ibu saya saja"
"Kenapa ibu kamu yang memutuskan,bukankah ini tentang kalian berdua"
"Jawablah nak, jangan membuat kami menunggu hal yang tidak pasti"
Ummi Fatimah memberikan komentarnya dengan ekspresi serius.
"Lalu bagaimana dengan Ning Zulaikha?"
"Oya.. sekalian saja ummi beritahu, kemarinNing Zulaikha datang kemari dan mengatakan bahwa dia akan memperjuangkan perasaan nya untuk anak ummi,dan kamu tahu Annisa ummi senang sekali kalau ada perempuan yang berani berjuang seperti itu,apa kamu tidak mau melawannya Annisa? padahal Ning Zulaikha sudah di tolak mentah-mentah sama anak ummi,tapi di kekeh pada pendiriannya.Disini kamu harus paham bahwa cinta itu harus di perjuangkan, kalau kamu mencintai Gus Rasya maka jangan takut untuk mengakuinya, tapi kalau tidak maka lepaskan dan biar kan anak ummi bahagia dengan yang lainnya,apa kamu sanggup menerima semua itu Annisa?"
"Ummmiiiii.. "
"Apa Gus.. ummi hanya ingin kamu bahagia dengan pilihanmu, apa ummi salah?katakan ya atau tidak Annisa"
"Annisa???"
Gus Rasya memandang Annisa dengan penuh harap.
"Ibuu.."
Ibu Annisa hanya mengangguk, tanda menyerahkan semuanya kepada Annisa.
"Apapun keputusan kamu, ibu dukung nduuk, karena tidak ada yang lebih penting dari kebahagiaan putri ibu,jawablah sesuai hati kamu, percayalah semuanya akan baik-baik saja"
Annisa tidak bisa menahan air matanya, dia menangis karena bingung tapi dia juga menginginkannya hal ini sejak lama.
"Boleh saya bertanya pada kamu Gus?"
"Silahkan, tanya apapun yang kamu mau, pasti saya jawab"
"Kenapa Gus mau menikahi saya?"
"Karena saya sudah lama menyukai kamu"
"Sejak kapan?"
"Semenjak kamu kelas 2 SMA"
"Bagaimana kalau nanti saya membikin malu Gus di depan teman-teman Gus, contohnya saya yang belum hafal Alquran atau kitab apapun itu?"
"Itu akan menjadi tugas saya mengajari kamu, jadi kamu tidak usah merasa malu"
"Apakah setelah kita menikah nanti Gus akan berpoligami?"
"Insya Allah tidak"
"Kok pake insya Allah?,
berarti Gus ada niat untuk melakukan poligami"
"Terus saya harus pakai kalimat seperti apa?"
"Ya harus tegas dan meyakinkan,ya atau tidak"
"Tidak"
"yakin?"
"Iya, kamu bisa pegang janji saya"
"Kalau Gus ngelanggar gimana?"
"Ya kan kalo saya mau poligami harus minta izin kamu dulu"
"Tapi kan bisa saja Gus melakukan itu dengan diam-diam tanpa sepengetahuan saya"
"Itu tidak akan pernah terjadi, saya janji sama kamu,apapun yang terjadi, saya akan selalu setia sama kamu"
"Ok.. ini pertanyaan terakhir,tadi kata ummi Ning Zulaikha akan tetap memperjuangkan perasaannya terhadap kamu Gus,tanggapan Gus gimana?"
"Saya akan tetap memilih kamu, karena kamulah gadis yang saya pilih untuk jadi istri,bukan Zulaikha, urusan dia mau memperjuangkan perasaanya,itu di luar kemampuan saya, tinggal bagaimana kamu memperjuangkan saya"
Ummi Fatimah yang mendengar penjelasan dari anaknya itu, spontan mengangkat 2 jempolnya.
"Tenang aja mbak Annisa ada Risa di sini, jadi kalau Ning Zulaikha malem-malem kan ada ummi, hehe... ya kan ummi?"
"Dasar kamu kenapa jadi ummi yang di tumbalin?"
"Ya kan ummi pahlawan Risa,orang kemarin ajah ummi bisa tuh nyuruh dia pulang, padahal kan ummi orang yang paling gak tegaan, tapi kenapa malam itu ummi malah nyuruh dia pulang?"
"Entahlah.. ummi cuma merasa ada yang tidak beres dengan Ning Zulaikha, seperti obsesi yang tidak bisa di kendalikan"
"Emang dia kayak gitu ummi, orang di kampus aja, dia pengen semua orang yang di kampus tuh mandang dia semua,Risa aja sampe risih"
"Sudah jangan ngomongin orang lain, jadi gimana Annisa kamu setuju kan nikah sama Gus Rasya?"
"Baik Kyai saya setuju"
"Alhamdulillah ya Allah akhirnya aku punya kakak ipar"
"Jadi kapan pernikahannya akan di laksanakan?"
"Sesuai rencana abbah,yaitu sepulangnya dari Kairo Rasya langsung akan meng khitbah Annisa"
"Apa tidak terlalu lama Gus?gimana Annisa kamu setuju dengan usulan Rasya?"
" Saya ikut saja Kyai"
"Yahh.. mbak Annisa sekarang aja nikahnya, nanti kalau kelamaan, mas Rasya di ambil orang loh, tahu sendiri wanita di Kairo itu cantik-cantik"
Ucap Ning Risa memanas manasi, agar nikahnya di percepat.
"Emang iya?"
"Iya.. makanya nikah nya sekarang aja, resepsinya baru nunggu mas Rasya pulang dari Kairo, supaya aman hehe..