NovelToon NovelToon
Fragillis Puella

Fragillis Puella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dyeka

Blurb

Valencia Agatha Gavriella
Gadis cantik yang hidupnya hanya tentang kesedihan dan gadis polos yang sebenarnya memiliki banyak rahasia.
Dibenci ayah dan abangnya hanya karena dianggap penyebab meninggal bundanya.
Selain di benci ayah dan abangnya, ia juga dibenci oleh kekasih nya. Devlyn Favian Smith–Manusia bastard yang mengklaim Valencia Agata Gavriella hanya untuk balas dendam atas kematian saudara kembarnya.
Sifatnya yang licik dan kejam membuat semua orang takut pada nya.
Hidupnya memang penuh air mata, tetapi bukan harus ia menyerah melainkan ia harus tetap tegar karena masih ada janji dan tugas yang ia harus lakukan.

•Penasaran gak nih?
•Rahasia apa sih yang disimpan Cia?
•Tugas apa yang dilakukan oleh Cia?
•Dan sekuat apa Cia menghadapi pacar yang Toxic dan kebencian cinta pertama dan kedua nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyeka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Devlyn Melukai Cia.

Bunyi ketukan pintu terdengar membangunkan Cia dari tidur nyenyak. Setelah tadi duduk lama di atas kasur milik Davin, ia tertidur karena badan nya sedikit lemas setelah hampir satu hari beraktivitas.

“Cia bangun woi!” teriak Tania dengan suara cemprengnya membuat teman-temannya menutup kuping karena mendengar teriakan Tania padahal mereka di lantai santai satu sedangkan gadis itu di lantai dua. Memang manusia juara taekwondo ini sangat bar-bar.

Sedangkan Cia yang masih mengumpulkan nyawanya beranjak dari tempat tidur untuk menemui Tania, pengganggu tidur. Lagian aneh, orang bangunin mah masuk terus tepuk pelan badannya. Lah, dia teriak-teriak di luar kamar. Jantungan sih nggak cuma agak pusing aja karena kaget.

“Tania berisik!” sentak Cia kesal sambil membuka pintu membuat Tania yang sedang bertumpu pada pintu terjengkang ke depan.

“Omo S-sorry Tania,” cengir Cia sambil menatap wajah Tania yang siap untuk meledak.

“Lo goblok banget sih, anjir! Kalau mau buka kasih aba-aba dulu, kambing!” sungut Tania kesal sambil menatap lutut nya yang merah karena terbentur lantai sedikit keras sedangkan Cia yang kesal dibilang goblok langsung merubah raut wajahnya dari senyum bersalah menjadi kesal. Bukankah dari awal Tania yang salah? Bangunin kaya ngajak tawuran.

“Lah, kan, Tania duluan yang teriak-teriak di depan kamar, aturan mah kalau mau bangunin itu masuk ke dalam terus tepuk badan orang yang mau di bangunin bukan mengketuk pintu sambil teriak, ini rumah bukan hutan!” jawab Cia kesal.

“Gua nggak bisa masuk kamar bang Davin, Markoneng binti Slamet, kalau gua bisa masuk juga gua masuk,” jelas Tania sabar.

Melihat Cia yang hanya diam saja membuat Tania yang dari awal udah kesal menjadi bertambah kesal apalagi lututnya terasa nyeri, “Kenapa lo diem aja, markoneng? Gua ngga bisa bangun!” teriak Tania kesal.

Cia yang sadar dari lamunan nya pun langsung membantu Tania bangun, tetapi baru saja bangun badannya terjatuh lagi karena teriakan Devlyn. Cia yang terkejut tidak dapat mengkondisikan genggaman tangan yang spontan terlepas.

“Tania lo kenapa?” tanya Devlyn khawatir menghampiri badan Tania yang jatuh kembali. Tadi setelah mendengar ada keributan anak Nevermind langsung naik ke atas menghampiri dua gadis ini.

“Lo buta apa gimana? Ck, ini tuh gara-gara Cia buka pintu kagak bilang-bilang dulu jadinya jatuh. Huhu mama, kaki Tata sakit,” keluh Tania sedikit dramatis membuat Devlyn menatap tajam ke arah Cia dan Alva memutar bola matanya malas melihat adik nya memulai drama alay nya.

“Lo apa-apaan sih? Setelah lo buat adek gua, Davin meninggal, lo juga mau buat Tania celaka? pembawa sial lo, bitch!” sarkas Devlyn.

Alva yang mendengar ucapan Devlyn tentu saja marah, bagi dia luka merah milik Tania bukan apa-apa di banding dengan apa yang pernah dilakukan Cia , “Cuma memar, Dev, jadi nggak usah lebay!” sarkas Alva.

Melihat Alva yang lebih membela Cia, Devlyn pun langsung menarik Cia ke arah kamarnya membuat Cia sedikit berontak karena takut, sedangkan anak Nevermind hanya menatap. Mereka ingin sekali membantu, tetapi mereka paham pasti mereka akan kalah sama Devlyn.

“Bang, gue salah, ya?” tanya Tania setelah melihat teman-teman nya sudah turun ke lantai bawah.

“Salah! Tan, gua bela Cia bukan karena gue nggak sayang lo, tapi gue paham kalau memar itu nggak ngaruh di diri lo. Dengan tingkah laku lu kaya tadi itu malah bikin Devlyn semakin benci sama Cia,” ucap Alva menasehati Tania sambil membantu bangun.

Sedangkan di kamar Devlyn, rintihan sakit terdengar membuat sang pelaku tersenyum puas. Tamparan, tendangan dan jambakan membuat Devlyn merasa puas karena berhasil menyakiti Cia. Bagi dirinya, hal yang ia lakukan nggak sebanding dengan apa yang dilakukan Valencia. Membunuh dan menyakiti hati saudara kembarnya.

“Maaf kak, jangan sakiti Cia lagi,” ucap Cia memohon sambil menahan rasa sakit yang sebenarnya sudah biasa bagi dirinya, tetapi dengan perlakuan Devlyn membuat PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder perlahan kembali. Kejadian satu tahun yang lalu membuat PTSD itu muncul dalam tubuh Cia, tetapi enam bulan terakhir ini sudah terlihat membaik, entah untuk kedepannya semakin membaik atau menurun karena melihat perlakuan orang terdekatnya membuat trauma itu perlahan muncul setelah hampir dinyatakan sembuh.

Hati Devlyn yang memang sudah benci dengan Cia, menulikan telinganya mendengar rintihan sakit pacar nya. Sampai Cia pingsan baru ia tersenyum puas lalu keluar dari kamar nya. Meninggalkan tubuh gadis itu yang sudah memar-memar. Untung saja kamarnya kedap suara jadi nggak akan ada yang bisa dengar kalau dirinya menganiaya Cia, apalagi saat ini orang tuanya juga pergi ke perusahaan untuk bertemu dengan seseorang.

Semua orang yang berada di ruang tamu menoleh ke arah tangga begitu mendengar suara langkah kaki. Raut wajah khawatirnya berubah menjadi tatapan bingung ke arah Devlyn. Di mana Cia?

Sedangkan Devlyn yang ditatap pun langsung mengangkat alisnya.

“Cia dimana, kak?” tanya Zia yang udah ngga bisa nahan penasarannya.

“Kamar” jawab Devlyn singkat.

Jojon yang mendengar kata kamar dari mulut Devlyn langsung heboh, “Bos, jangan sekarang atuh lah, masih kelas 11.” Anak Nevermind pun langsung menatap ke arah Devlyn, terlebih Tania udah siap mau lempar jedai rambut miliknya.

Devlyn memutar bola matanya malas. “Masih waras,” jawab Devlyn singkat.

Anak Nevermind-kecuali Nathan dan Alva terdiam mencerna ucapan Devlyn yang sangat jauh dari kamus besar bahasa indonesia.

Nathan ketawa sangat keras. “Maksudnya Devlyn tuh, Devlyn masih waras untuk nggak ngelakuin kaya yang di otak kotor kalian,” jawab Nathan setelah meredakan tawanya.

Berbeda dengan pemikiran teman nya justru Alva curiga Devlyn melakukan kekerasan. Dia kenal Devlyn bukan satu minggu atau satu bulan melainkan sudah dari kecil walaupun saat itu jarak rumah mereka jauh dan tidak sering bertemu, tetapi mereka selalu main bersama ketika pertemuan keluarga Smith. Masih teringat jelas di otaknya kejadian 14 tahun yang lalu.

Saat itu keluarga besar Smith sedang berkumpul di kediaman Alvino Smith. Seperti biasa para orang tua membahas tentang bisnis, tas keluaran terbaru dan saham sedangkan para anak-anak bermain di taman depan rumah keluarga Smith. Awalnya mereka bermain sangat tenang sampai akhirnya ada gadis kecil yang di bully oleh anak komplek membuat Devlyn marah lalu mendorong anak-anak tersebut. Dulu ia kira Devlyn hanya menolong karena sesama manusia, tetapi ternyata dia adalah gadis kecilnya Devlyn.

Sudah terlihat jelas bukan? Dirinya akan menjadi tempramen kalau ada yang mengusik kesayangannya sedangkan hari ini tadi, Tania abis buat drama yang dipercayai oleh Devlyn. “Lo nggak ngapa-ngapain Cia kan, Dev?” tanya Alva tanpa basa-basi.

Pertanyaan Alva membuat Tania dan Nathan khawatir, mereka paham maksud pertanyaan Alva, ngapa-ngapain yang dimaksud Alva bukan seperti apa yang dipikirkan Jojon melainkan tentang kekerasan sedangkan Devlyn yang diberi pertanyaan hanya diam enggan menanggapi ucapan sepupu nya.

...🌹🌹🌹...

Di dalam ruangan Chief Executive Office atau sering disebut CEO perusahaan Smith Corp menjadi tempat reunian ke dua sahabat yang jarang bertemu padahal mereka masih satu kota. Saat ini Ravino Smith dan Rama Gavriell sedang reuni dadakan setelah hampir satu tahun mereka nggak pernah bertemu meskipun sebenarnya anak mereka berteman.

“Lama nggak bertemu jadi gimana kabar kalian?” tanya Vino memulai bicara setelah hampir 10 menit mereka saling diam.

“Baik seperti yang lo lihat, kabar lo gimana? Masih betah juga lo sama Tya lampir,” jawab Rama dibumbui candaan di akhir kalimat membuat Tya yang masih marah dengan Rama sejak sahabatnya meninggal hanya memutar bola matanya malas sinis.

Rama terkekeh menatap Tya yang semakin menatap dirinya sinis. Tersinggung? nggak sama sekali karena sudah dari zaman pacaran sama almarhum istri nya, Tya selalu menatap sinis dirinya meskipun nggak sejutek saat ini. Masih teringat jelas di otak nya bagaimana provokatornya Tya saat dirinya menyatakan cintanya kepada Caca. Dirinya yang terkenal dengan sebutan berandal SMA Namjoona tentu saja Tya melarang Caca untuk menerimanya dan Caca yang memang polos setuju-setuju saja dengan ucapan sahabatnya membuat Rama remaja kesal.

Vino yang paham istrinya masih kesal dengan Rama sejak kejadian itu menghela nafas. “Kalian kapan akur nya sih? Heran gue dari zaman SMA kagak pernah akur kalian berdua,” tanya Vino sambil memijat pangkal hidungnya.

“Lagian kamu kenapa masih temenan sama manusia nggak tau diri ini sih, pah?” tanya Tya jutek membuat Rama yang mendengar ucapan Tya sedikit tersinggung karena baru kali ini dirinya mendengar ucapan sarkas dari Tya.

“Maksud lo apa?” tanya Rama sedikit kesal sambil menatap tajam Tya yang juga menatapnya membuat aura ruangan Vino sedikit panas karena tatapan permusuhan dua orang ini. “Kalo lo masih gak terima karena gue nolak anak yang dikandung sama Caca bukan berarti lo harus nuduh gue manusia nggak tau diri, bukannya gue cuma nggak bisa terima anak yang dikandung Caca? Gua udah tepati janji gua untuk tetap sayang sama Caca meskipun Caca sempat selingkuh dari gua! Lo pikir nggak sakit ngeliat Caca ngandung anak yang bukan dari benih gua?” lanjut Rama dengan sedikit intonasi tinggi membuat Rena yang berada di samping nya mengelus pundak Rama untuk lebih tenang.

Tya yang sempat terkejut dengan bentakan Rama langsung tersenyum kecut. Bukan itu poin yang menjadikan dirinya benci dengan Rama, tapi tingkah laku Rama di belakang Caca.

“Tya udah, ya? Jangan bikin mas Rama kesel gitu. Kita datang untuk menjalin silaturahmi yang lebih baik,” ucap Rena menengahi perdebatan ini yang di balas tatapan sengit oleh Tya. Ayolah ini Tya berandal cewek IPA 1 SMA Namjoona, dia paham pasti Rena bilang gitu ingin menyelamatkan dirinya sendiri.” Iya, lo ngomong gitu karena-”

“Shut up, guys! Kalian kenapa pada berantem, sih?” Jujur saja telinga Vino sudah mulai panas mendengar keributan di ruangannya. “Lo dateng kesini mau ngapain? Gua paham lo ke sini bukan cuma kangen kumpul aja pasti ada hal lain,” sambung Rama menatap otak strategi Nevermind angkatan pertama.

Rama terdiam begitu mendengar pertanyaan dari Vino, iya memang dirinya datang ke sini bukan hanya karena kangen kumpul sama sahabat nya ini, tetapi dirinya kesini ingin meminta bantuan Vino untuk membantu dirinya yang baru saja ditipu oleh investor Malaysia yang membuat perusahaan nya terguncang. Awalnya dirinya ingin mencari investor lain mengingat hubungan mereka sedikit merenggang semenjak istri pertama nya meninggal, tetapi istrinya menyakinkan dirinya untuk meminta bantuan ke Vino karena dengan begitu mereka pasti nggak akan merenggang karena jujur saja dirinya sedikit rindu dengan pertemanan nya dulu apalagi saat ini hanya tersisa mereka berdua.

“Tau aja lu bos.” Rama menjawab dengan cengiran khas nya, “Gua mau minta tolong–” lanjut Rama menggantung karena tidak yakin.

Rama paham pasti Tya dan Vino terkejut mendengar dirinya mengucapkan minta tolong karena Rama remaja dulu nggak pernah sama sekali mengucapkan tolong jika perlu bantuan, Rama pasti memaksa keinginannya sampai teman-temannya jengah dengan dirinya yang suka ngamuk kalau keinginannya nggak bisa terwujud. Sebenarnya sifat itu masih ada sampai sekarang, tetapi dirinya juga cukup sungkan jika harus bilang begitu saja tanpa mengucapkan tolong walaupun sebenarnya pasti Vino akan membantu tanpa dirinya mengucapkan tolong. Rama sangat ingat di antara anak Nevermind angkatan pertama yang sangat royal hanya Ravino Smith karena bagi Vino uang dan sahabat lebih utama sahabat, tetapi apa setelah kejadian beberapa tahun yang lalu dirinya masih mau membantu dirinya?

Vino menaikan sebelah alis nya seolah bertanya minta tolong apa ke arah Rama membuat Rama yang mendapatkan tatapan seperti itu langsung menjelaskan nya. Namun, melihat Vino yang diam saja membuat Rama mendesah pasrah. Jujur saja, Rama cukup lelah mencari bantuan untuk mengembalikan perusahaan nya yang mulai bangkrut. Diri nya sudah menghubungi teman-teman bisnisnya, tetapi selalu ditolak bahkan dirinya sudah meminta bantuan Veni, adiknya tetap saja ditolak dengan alasan Veni masih kesal karena Rama nggak mau nerima Cia.

“Gua bisa bantu lo, tapi dengan satu syarat–” Mendengar ucapan Vino, Rama pun langsung menegakan badan nya semangat. Bodo amat dengan syarat apa yang diberikan ketua nya yang penting dirinya bisa menyelamatkan perusahaan nya yang hampir bangkrut.

“Sayangi Valencia Agatha Gavriella maka akan gua bantu sampai perusahaan lo bangkit lagi,” sambung Vino menatap Rama dengan raut wajah sedikit tidak terima.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!