Kisah wanita yang tinggal dengan segala lika liku tinggal dengan mertua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FEZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit hati Mirna
Pagi-pagi sekali Bu diah datang kerumah Mirna untuk memastikan, Apa betul Mirna menjual kayu nya.
"Asalamualaikum Mirna.
"Walaikumsalam. eh bu Diah ada apa ya? tanya Mirna
"Begini Mir saya mau tanya, apa sudah menjual kayu yang ada di tanah mertua mu yang kamu beli dari mertua mu. "
"Engga kok bu,memang nya kenapa ya bu?
"Kemarin Pak Husen juragan kayu menebang semua kayu yang ada di tanah mertua mu,katanya semua kayu nya sudah di neli oleh juragan Husen.
Deg jantung Mirna berdetak sangat cepat soalnya mertuanya tidak pernah bertanya tentang penjualan kayu.
"Kalo begitu terima kasih informasi nya bu Diah kalo bu Diah ga kasih tahu mungkin sampa kapan pun saya ga akan tahu"
"Kalo begitu saya permisi dulu mb Mirna mau masak. "
"Ya bu silahkan"
"Mirna masuk kedalam meluapkan amarahnya untuk ibu mertuanya.
"Mas ibu kamu keterlaluan masa kayu yang sudah aku beli sama ibu mu di jual ke juragan Husen,tidak tanya dulu sama saya yang punya.Mas aku melihat ke kebun untuk memastikan apa betul kayu nya sudah terjual. Kalo iya ku mau sekalian mampir ke tempat ibu kamu. "
Mirna langsung pergi mengajak Ahmad untuk pergi ke kebun. Harun pun mengikuti istrinya karna Harun juga tahu kalo istrinya membeli kayu orang tua nya karna Mirna sudah bercerita.
Benar saja setelah sampai di perkebunan semua kayu sudah kosong tidak ada satu pohon pun. Mirna melihat itu menjadi marah ke pada mertuanya. setelah melihat perkebunan, Mirna langsung pergi ke rumah mertuanya, dan disana ibu dan bapak nya Harun sedang duduk di teras.
"Eh Harun tumben pagi-pagi datang ke rumah"tegur bu Ratmi ke Harun tanpa perdukan Mirna dan Ahmad yang berdiri disebelah nya
"Begini bu saya mau menanyakan perihal kayu yang sudah bapak dan ibu jual, padahal kayu itu ada milik saya yang beli waktu saya bekerja di kota"
Mirna langsung ke inti permasalahan menanyakan perihal kayu kepada mertuanya. Orang tua Harun saling melirik akhirnya bu Ratmi lah yang menjawab.
"Terus kenapa kalo kayu itu kami jual toh kayu itu masih berada ditanah saya jadi otomatis masih punya saya, dan hak saya untuk menjual nya"
Deg Mirna terkejut dengan pengakuan ibu mertua nya yang bicara tanpa rasa bersalah.
"Bu, tapi kayu itu ada sebagian kayu yang sudah dibeli oleh saya jadi Itu juga hak saya. "Mirna membalas argumen Bu Ratmi.
"Sudah Mirna kamu ga usah protes atas penjualan kayu itu karna uang nya untuk membantu pembangunan rumah Asih"
Ketus pak Abdul karna melihat Mirna yang sebagai menantu berani menjawab ibu mertuanya.
"Ya ga bisa begitu pa Asih itu kan anak bapak dan ibu itu kewajiban kalian sebagai orang tua, sedangkan saya cuma ipar ga ada kewajiban untuk ikut membiayai pembuatan rumah Asih.
"Harun bawa pulang istri kamu, pagi -pagi sudah bikin ribut"ucap pak Abdul
"Ya pak"jawab Harun
Akhirnya Mirna terpaksa pulang dengan hati dongkol karna hasil kerja keras nya di kota musnah.
Sesampainya dirumah Mirna hanya diam karna masih marah dengan mertua dan suaminya yang hanya diam diperlakukan tidak adil. Karna masih marah Mirna meminta ijin kepada suaminya untuk pulang kampung untuk menenagkan diri dan Harun pun mengijinkan nya, juga Mengantar Mirna sampai di dikampung Mirna. Sesampainya di kampung nya Mirna, Harun langsung undur diri dengan alasan karna akan pergi bekerja.
jdi jantan kok plinplan
seru