Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Dia Datang
Maura yang berada di kediamannya yang terlihat panik yang langsung mematikan panggilan telpon itu.
"Aku sangat berharap Rafa benar-benar bisa mengeluarkan ku dari tempat ini. Aku tidak ingin berada di tempat ini," batin Maura yang terlihat sangat gelisah dan mungkin saja sebenarnya dia sangat panik.
"Siapa yang kau hubungi?" Maura membalikkan tubuh dan menoleh kebelakang yang kaget melihat Jessica. Melihat kedatangan Jessica membuat Maura yang semakin terlihat panik.
Maura memegang kuat ponselnya dan Jessica yang mendekati Maura dan dengan gercep yang langsung mengambil ponsel Maura.
"Kembali padaku!" tegas Maura yang berusaha mengambilnya dari Jessica tetapi Jessica menjauhkan tangannya.
Tatapan mata Jessica yang begitu tajam dan Maura yang masih berusaha untuk mengambil ponselnya.
"Aku bilang kembalikan ponselku!" tegas Maura.
"Bagaimana jika aku tidak mau," tantangan Jessica.
"Aku tidak tahu setan apa yang masuk ke dalam tubuhmu sampai kau tiba-tiba menjelma menjadi seorang monster seperti ini," sinis Jessica.
"Bukan aku yang monster. Tetapi kau!" sahut Maura.
"Apa katamu!" Jessica yang tampak tidak terima.
"Bocah sepertimu kau pikir akan bisa melawanku hah! Jangan kau pikir dengan memamerkan tubuhmu dan menjual tubuhmu kepada Rafa. Lalu kau bisa dengan mudah menikah dengan dia. Kau harus sadar orang seperti Rafa tidak akan sudi menikah dengan wanita seperti mu. Jadi percuma saja kau menjual tubuhmu padanya. Karena dia akan mencampakkan kau!" kecam Jessica dengan tersenyum sinis.
Maura mengepal tangan yang terlihat emosi, tetapi tidak tahu apa yang harus dia lakukan membalas kata-kata wanita itu yang terlihat sangat berkuasa.
"Ada apa?"
"Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu?"
"Apa kau baru menyadari jika wanita sepertimu tidak pantas bersama Rafa. Kau itu wanita bodoh dan jangan kau pikir ada laki-laki yang mau menikah denganmu dan harusnya bersyukur jika Bian mau menikahimu. Jadi jangan terlalu banyak menghayal seperti putri atau Cinderella yang akan mendapatkan pangeran. Karena takdirmu tidak akan pernah berubah. Kau tidak akan pernah sama dengan Jesslyn. Jadi terima nasibmu sudah digariskan seperti itu!" tegas Jessica yang semakin merendahkan Maura dengan tersenyum mengejek.
"Jika takdirnya seperti itu maka aku akan mengubah takdir itu," wajah Jessica berubah menjadi kaget ketika mendengar suara itu dan sama dengan Maura yang juga kaget dan melihat ke arah pintu yang ternyata itu adalah Rafa.
Jessica kembalikan tubuhnya dan langsung melotot melihat kehadiran Rafa yang sudah ada di sana. Maura menghela nafas yang merasa lega dengan kedatangan Rafa di waktu yang tepat.
Padahal belum sampai hitungan 30 menit dia menelpon Rafa dan tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamarnya dan mungkin saja Rafa memiliki ilmu hilang yang bisa langsung datang dengan cepat.
"Aku memang akan menikah dengan Maura dan itu sudah keputusan kami berdua dan kami juga harus merubah takdir itu bukan," sahut Rafa dengan santai yang membuat Jessica masih terlihat terkejut.
Mata Jessica melotot mendengar pernyataan Rafa. Jika selama ini Jessica hanya mendengar dari mulut Maura dan sekarang Rafa yang sudah jelas-jelas mengatakan hal itu.
"Kau mengatakan apa?" tanya Jessica memastikan.
Rafa menghela nafas dan langsung menghampiri Maura yang melewati Jessica begitu saja. Rafa yang berdiri di hadapan Maura menggenggam tangan Maura begitu erat yang membuat Maura menatap nanar pria yang berdiri gagah di sampingnya. Hal itu juga dengan bersamaan Jesslyn yang berada di depan pintu dan tidak tahu sejak kapan dia berada di sana.
Mata Jesslyn yang langsung diperlihatkan dengan genggaman tangan itu membuat Jesslyn yang benar-benar sangat terkejut. Rafa mengangkat genggaman tangan itu yang memperlihatkan kepada dua orang wanita itu.
"Saya dan Maura akan menikah!" tegas Rafa.
Mata Jessica dan Jesslyn sama-sama melotot dengan bola mata yang hampir saja keluar. Rafa tidak mengatakan apa-apa lagi dan membawa wanitanya pergi dari hadapan dua wanita yang terlihat masih sangat shock itu.
"Apa yang dia katakan barusan Mah?" tanya Jesslyn yang masih tidak percaya.
"Kurang ajar!" umpat Jessica.
"Ayo keluar!" Jessica yang penuh dengan kemarahan langsung keluar dari kamar itu dan diikuti oleh Jesslyn.
Maura, Rafa, Jessica, Jesslyn dan juga Darius sedang berada di ruang tamu.
"Jadi benar jika kalian berdua memiliki hubungan?" tanya Darius yang memastikan langsung pada orang yang bersangkutan dan pria yang duduk itu telah menjadi rebutan dua putrinya.
"Seperti apa yang dikatakan Maura sebelumnya. Jika kami berdua memang memiliki hubungan yang sangat dekat dan kami sudah mengenal jauh sebelum aku mengenal Jesslyn," jawab Rafa dengan sangat santai.
"Tidak mungkin! mana mungkinkah Maura bisa mengenal Kakak. Kak Maura selama ini pergi bersamaku dan pasti dia diam-diam menyukai Kakak dan berniat ingin merebut Kakak dariku," sahut Jesslyn yang membantah perkataan Rafa.
"Jesslyn kamu jangan menyamakan diri kamu denganku. Aku sama kamu itu jauh berbeda. Aku tidak memiliki niat seperti kamu yang menjadi duri dalam hubunganku!" tegas Maura dengan santai.
"Aku sudah mengatakan berkali-kali. Jika aku sama sekali tidak punya hubungan apapun dengan kak Bian. Kenapa kakak terus menuduhku seperti itu dan sekarang ingin mengambil laki-laki yang aku sukai!" tegas Jesslyn.
"Sudah-sudah jangan bertengkar di sini, Jesslyn kamu jaga sikap kamu di depan tamu," tegur Darius.
Jessica terlihat tampak marah dan tidak terima jika suaminya menegur Jesslyn.
"Om, saya harus menegaskan kepada Om. Jika yang saya sukai adalah Maura. Saya memang menerima tawaran Jesslyn datang ke rumah ini, mengikuti makan malam, menerima undangan untuk pameran Jesslyn dan beberapa kali bertemu dengan Jesslyn. Itu bukan karena saya memiliki perasaan pada Jesslyn. Tetapi karena saya hanya ingin mengetahui bagaimana Maura. Saya datang makan malam ke rumah ini hanya untuk melihat Maura," jelas Rafa.
Hal itu membuat Jesslyn kaget. Apa yang dikatakan Rafa seolah sama persis seperti apa yang dirasakan Maura. Dirinya dimanfaatkan Bian sampai harus menikahi dirinya hanya untuk bisa dekat dengan Jesslyn dan sekarang Rafa melakukan hal yang sama mendekati Jesslyn hanya untuk bisa dekat dengan Maura dan lebih parahnya lagi Rafa mengatakan semua itu di depan Jesslyn dan bagaimana perasaan Jesslyn tidak semakin sakit hati.
Maura hanya bisa tersenyum penuh dengan kemenangan yang melihat ekspresi wajah dari sang adiknya itu dan apalagi melihat wajah ibu tirinya yang menyala itu.
"Apa maksud kamu Rafa. Kamu mendekati anak saya hanya untuk memanfaatkan dia agar kamu bisa bertemu dengan Maura!" sahut Jessica dengan mata yang melotot yang semakin memperjelas perkataan Rafa.
"Tepat sekali. Karena seperti apa yang saya katakan. Saya hanya menyukai Maura!" tegas Rafa dengan santai.
Air mata Jesslyn bahkan sampai jatuh mendengar apa yang dikatakan Rafa. Betapa hancurnya perasaannya yang dimanfaatkan oleh Rafa dan semua itu yang telah dia lakukan Jesslyn pada Maura.
"Huhhh, bagaimana Jesslyn apa sakit," batin Maura dengan tersenyum penuh dengan kemenangan melihat penderitaan adiknya itu.
Maura benar-benar sangat bahagia berada di situasi itu. Dia tidak percaya di dalam hidupnya bisa melihat bagaimana wajah kesedihan wajah adiknya yang selama ini penuh dengan sandiwara. Maura ingin sekali melompat-lompat kegirangan. Tetapi dia harus menjaga image dan lebih elegan lagi untuk menghadapi dua orang yang sama-sama bermuka dua.
Bersambung