NovelToon NovelToon
Sarjana Terakhir

Sarjana Terakhir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Andi Budiman

Siang ini udara panas berembus terasa membakar di ruas jalan depan gerbang Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Matahari meninggi mendekati kulminasi. Suara gaduh di sekeliling menderu. Pekikan bersahut-sahutan, riuh gemuruh. Derap langkah, dentuman marching band dan melodi-melodi bersahutan diiringi nyanyian-nyanyian semarak berpadu dengan suara mesin-mesin kendaraan.

Rudi salah satu laki-laki yang sudah tercatat sebagai mahasiswa Unsil selama hampir 7 tahun hadir tak jauh dari parade wisuda. Ia mengusap peluh dalam sebuah mobil. Cucuran keringat membasahi wajah pria berkaca mata berambut gondrong terikat ke belakang itu. Sudah setengah jam ia di tengah hiruk pikuk. Namun tidak seperti mahasiswa lain. Pria umur 28 tahun itu bukan salah satu wisudawan, tetapi di sana ia hanya seorang sopir angkot yang terjebak beberapa meter di belakang parade.

Rudi adalah sopir angkot. Mahasiswa yang bekerja sebagai sopir angkot....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Budiman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Pekerjaan Baru

Rudi bersimpuh di dekat sepeda motornya. Firasat buruk itu akhirnya terjadi. Hari ini Honda Prima antik pemberian ayahnya akan segera punya pemilik baru. Rudi sudah memikirkannya baik-baik. Ia sudah membayangkan apa yang akan dikatakan almarhum ayahnya, yang mungkin tak akan jauh beda seperti perkataan ibunya bahwa daripada kuliah Rudi tidak lulus-lulus, tidak apa-apa motor tua itu dijual saja. Kapan-kapan kalau sudah puya rejeki bisa beli lagi yang lebih bagus.

Hasil penjualan itu akan ia gunakan untuk bayar kontrakan dan uang kuliah yang menunggak, sekalian untuk modal usaha. Ya, akhirnya Rudi akan segera melepas pekerjaannya sebagai sopir angkot dan membuka usaha sendiri: jualan di sore hari hingga malam.

Malam itu Pak Irsyad dan Jay membawa Rudi menemui Pak Handoko, suami Bu Wati pemilik warung. Pak Hadoko yang duduk di kursi roda karena lumpuh setelah jatuh di kamar mandi itu ternyata punya urusan utang piutang dengan Pak Irsyad selaku utusan bank syariah.

Pak Handoko meminjam modal untuk membuat gerobak baru bagi usahanya yang telah berlangsung selama 20 tahun. Gerobaknya sudah jadi, tapi naas akibat kecelakaan itu Pak Handoko lumpuh dan tak bisa melanjutkan usahanya sehingga tak mampu membayar angsuran, kecuali hanya mengandalkan warung yang dikelola isteri dan anaknya.

Malam itu Pak Irsyad yang sejak semula sudah tahu bahwa gerobak baru itu akan dijual menyarankan agar gerobak itu dijual kepada kawannya, Rudi. Kebetulan Rudi sedang membutuhkannya untuk berjualan. Demikian itu ia katakan setelah berbisik kepada Rudi dan Rudi setuju.

Rudi betekad akan mencoba berjualan, dan tekadnya semakin bulat ketika mendengar Pak Handoko dengan suka rela menawarkan diri akan mengajari Rudi membuat makanan jualan yang telah dijualnya selama 20 tahun itu.

Mendengar pengalaman Pak Handoko yang tidak main-main Rudi semakin bersemangat untuk mewujudkan langkah barunya. Namun semua itu harus ditebus dengan satu pengorbanan, yakni menyediakan modal cukup besar dan Honda Prima antik pemberian ayahnya pun terpaksa harus dijual.

Sebenarnya Pak Irsyad sudah menawarkan Rudi supaya meminjam modal ke bank syariah. Namun setelah dihitung-hitung jumlah pinjamannya tidak akan cukup, karena nilai Honda Prima antik milik Rudi sebagai agunan tidak begitu mahal, sementara nominal pinjamannya di bawah harga agunan. Akhirnya dengan berat hati Rudi bermaksud menjualnya kepada seorang kenalan Pak Irsyad. Kebetulan ia seorang kolektor motor antik.

Ada rasa sedih di hatinya manakala harus berpisah dengan sepeda motornya itu. Sepeda motor yang sudah menemaninya sejak masa SMA itu merupakan kendaraan penuh kenangan. Terasa sangat berat melepasnya, apa lagi sebenarnya Rudi masih sangat membutuhkan kendaraan itu.

Rudi masih bersimpuh di dekat Honda Prima antiknya. Sementara Pak Irsyad menatap Rudi dengan pilu. Tapi tak ada pilihan lain. Pegawai bank itu menguatkan Rudi.

“Kamu sudah membuat keputusan terbaik Rud! Yuk, berangkat!” ajak Pak Irsyad.

Rudi pun segera melajukan motornya mengikuti Pak Irsyad. Sepanjang perjalanan Rudi hanya melamun sambil tetap memperhatikan jalan dan laju motor Pak Irsyad.

Pukul sepuluh Rudi dan Pak Irsyad sudah ada di depan rumah si kolektor. Memencet bel beberapa kali dan tak lama kemudian si kolektor keluar. Sang kolektor melihat-lihat motor Rudi dan menelitinya dengan seksama. Ia berpikir, merenung, lalu melirik dengan tatapan misterius ke arah Rudi seraya berkata:

“Lima juta!”, tanpa ragu.

Si kolektor berani membayar dengan harga lima juta rupiah. Harga yang menurut Rudi terbilang tinggi dari perkiraan itu sudah cukup untuk melunasi tunggakan-tunggakan sekalian modal awal usaha.

Namun sebelum akad jual beli terjadi tiba-tiba Pak Irsyad mendapat telepon dari atasannya di kantor:

“Hallo Pak! Iya Pak! Oh begitu! Baik, terimakasih Pak!”

Rudi melirik ke arah Pak Irsyad.

“Rudi aku mau bicara dulu!”

Mereka pun menjauh dari si kolektor dan mengobrol.

“Barusan atasanku menelepon, katanya pinjaman bisa naik jadi enam juta rupiah!”

“Kok bisa?” tanya Rudi, penasaran.

“Aku katakan padanya kalau sepeda motormu itu laku tujuh juta rupiah dan bisa terus naik harganya karena motornya antik, orsinil dan terawat!”

“Tujuh juta?”

“Tepat sekali, menurut informasi terbaru!”

Pak Irsyad memperlihatkan ponselnya. Di layar terpampang sederet informasi harga sepeda motor antik terkini.

“Untung aku cepat bertindak!”

“Alhamdulillaaah…!!! Makasih banyak Pak…!!!”

Mereka pun meminta maaf kepada si kolektor sebab tidak jadi menjual sepeda motor itu. Si kolektor tampak kecewa tetapi tidak kuasa menahan mereka. Rudi dan Pak Irsyad pun pamit.

Setelah urusan kredit bersama Pak Irsyad tuntas, siangnya ba’da dzuhur Rudi berencana pergi ke rumah Pak Handoko untuk melaksanakan latihan sekaligus melunasi biaya gerobak. Rudi bersyukur karena harga gerobaknya di bawah harga normal. Malam itu Pak Handoko berkata bahwa katanya ia ingin sekalian membantu. Ia mengerti permasalahan rumit yang Rudi alami. Ia juga berkata bahwa ada yang mau beli pun sudah untung, sementara tadinya ia sempat bingung. Gerobak itu sudah ia tawar-tawarkan namun tidak laku-laku.

Rudi pergi ditemani Jay. Jay bersemangat sekali menemani Rudi, tetapi Rudi merasa Jay ada maunya.

“Aku siap membantu beli bahan ke pasar! Akan aku temani juga berlatih sampai malam! Tenang saja Kawan! Kapan lagi kau punya asisten kalau bukan sekarang?!!” kata Jay.

“Sudahlah jangan banyak alasan, kalau mau ikut ya tinggal ikut saja!” timpal Rudi.

“Siap!!!”

“Tidak narik angkot?”

“Gampang itu mah! Bos Rudi lebih penting!”

“Bilang saja mau ke Neng Hani!” celetuk Rudi.

“Ketahuan ya?!!” sahut Jay terkekeh.

“Kalau beli bahan ke pasar biar aku saja!” kata Rudi.

“Kenapa?”

“Biar punya pengalaman!”

Jaelani tampak kecewa, lalu berkata :

“Mmm… ada tugas lain?”

Rudi berpikir sejenak.

“Ya sudah, ke percetakan bikin spanduk!”

“Siap Bos!”

Rudi berlalu menggeleng-gelengkan kepala.

“Aku duluan ke pasar!”

“Siap! Nanti ketemu langsung di rumah Neng Hani ya? Eh, maksudku di rumah Pak Handoko!”

“Sama saja Jay, boleh!”

Di rumah Pak Handoko Jay hanya fokus pada Neng Hani di halaman samping yang sedang menjemur pakaian. Sementara Rudi fokus pada latihannya bersama Pak Handoko di dapur.

Asisten macam apa dia itu! batin Rudi.

Selama latihan, Rudi membuat kesalahan beberapa kali. Kejadian-kejaidan tak diharapkan seperti potongan kurang bagus, kurang seragam, gosong, kurang matang, bumbu tidak enak, terlalu pedas, terlalu asin, terlalu manis, harus ia lalui selama berjam-jam hingga membuat Rudi sedikit frustasi.

Tapi setelah beristirahat beberapa saat Rudi bangkit dan mencoba lagi dengan mengikuti petunjuk dan koreksi dari Pak Handoko. Akhirnya setelah berkali-kali Rudi pun berhasil. Tapi karena belum yakin Rudi pun mencoba mengulang hingga tiga kali. Saat hasilnya sama, ia yakin bahwa ia telah benar-benar berhasil.

Malam hari sekitar pukul delapan Rudi merayakan keberhasilan dengan membeli bahan agak banyak. Bahan itu ia olah sendiri sebagai ujian pamungkas, kemudian hasilnya dihidangkan dalam acara makan malam bersama yang dihadiri oleh Jay, Pak Irsyad dan Pak Handoko sekeluarga di rumah Pak Handoko.

“Alhamdulillah akhirnya Nak Rudi lulus juga. Saya harap Jualan Nak Rudi nanti laris manis. Nak Rudi tinggal nongkrong di tempat dulu biasa saya nongkrong. Pasti orang-orang juga sudah pada tahu. Apalagi rasanya sama, bahkan… sepertinya lebih enak!”

“Ah Pak Handoko ini bisa saja!” timpal Rudi.

“InsyaAllah tak butuh waktu lama saya rasa nanti kamu bakal dapat pelanggan banyak!”

“Aamiin! Terimakasih banyak Pak!”

“Jarang loh ada yang dapat kesempatan kayak Nak Rudi!” sahut Bu Wati.

“Iya, memang sudah rezeki Nak Rudi!” timpal suaminya. “Oh ya, apakah kamu sudah punya nama buat usaha kaki limamu ini?” sambungnya.

“Sudah Pak!”

“Apa namanya?”

“Sebentar!”

Rudi beringsut mengambil  gulungan spanduk di pojok ruang. Spanduk itu dibawa Jaelani dari percetakan siang tadi. Sopir angkot itu memang bersikeras jadi asisten sehari Rudi, gratis, tanpa bayaran walau hanya sesuap nasi. Dan Rudi tidak percaya, buktinya malam ini dia makan paling banyak dan lahap.

Jay membantu Rudi membawakan gulungan spanduk lalu meletakannya di tengah ruangan. Perlahan-lahan ia membuka gulungan spanduk berwarna latar hijau itu.

“Saya yang desain loh Neng!” kata Jay kepada Neng Hani.

Neng Hani manggut-manggut tanda percaya.

Ketika gulungan spanduk telah terbuka semua, tampaklah di dalamnya sebuah gambar menggiurkan: potongan daging bakar yang ditusuk dan disiram bumbu kacang tanah, potongan mentimun, cabai rawit dan bawang merah. Sementara di tengahnya terdapat tulisan :

SATE BR

1
Sera
kalau sudah jodoh pasti akan bertemu lagi
Sera
ayo sadar intan. abang sudah datang
Sera
semangat author
Sera
jadi inget angkot yang bersliweran
Sera
sampai di panggil fakultas karna kelamaan cuti ini
Was pray
demam panggung di rudi, jadi ngeblank...hilang semua ilmu kepalanya. sepintar apapun kalau kena mental duluan maka akan jadi orang bodoh rajanya bodoh termasuk si rudi itu pad sidang skripsi,
Fatkhur Kevin
lanjut thor. crazy up thor
Fatkhur Kevin
langkah awal kemenangan BR
Fatkhur Kevin
takdir yg tk pernah diduga
Was pray
takdir telah menyatukan intan dan rudi sejauh apapun tetap akan bersatu
Fatkhur Kevin
hei kpn kamu sadar intan
Fatkhur Kevin
intan seperti putri tidur
Was pray
takdir berjodoh intan dan rudi, skenario Allah itu. terbaik bagi manusia
Fatkhur Kevin
sangat mengharukan
Fatkhur Kevin
lanjut besokx🤣🤣🤣
Was pray
semoga saja prof. Pardiman saidi mau menyelidiki penyebab rudi du DO tiba-tiba dan mau membantu agar rudi bisa meraih gelarnya
Fatkhur Kevin
berjuang dapatkan intan
Fauzan Hi Ali
Luar biasa
Andi Budiman: Terimakasih buat bintanya
total 1 replies
Fatkhur Kevin
sama sama merendahkan diri 👍👍👍
Was pray
kesalahan rudi fatal karena membohongi diri sendiri, sehingga menyuruh intan menerima lamaran edgar, rudi cerdas otaknya tapi tidak cerdas hati dalam menilai perasaan seseorang, mau berkorban demi kebahagiaan intan tujuannya, tapi hasilnya membuat intan tersiksa lahir batin, intan wanita yg santun jadi tidak mungkin menyuruh langsung untuk melamarnya, permintaan intan disampaikan ke rudi dengan sikap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!