NovelToon NovelToon
Mendadak Dinikahi Mafia

Mendadak Dinikahi Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Roman-Angst Mafia
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mei-Yin

Daisy Moreland diusir dari rumah, dikhianati kekasih dan berakhir di ranjang bersama pria asing.

Berniat melupakan masalah yang terjadi, kedatangannya ke kelab malam justru menambah daftar panjang masalahnya.

Daisy terjebak menikah dengan Daren karena memiliki wajah yang sama persis dengan calon istrinya yang kabur.

Bagaimana bisa?

Bagaimana nasib Daisy selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berubah baik

Daren merenung setelah kepergian Raina. Ternyata kehidupan Daisy tak seberuntung itu. Tuhan memberinya kesempatan untuk hidup, tetapi banyak ujian dan kesulitan yang menimpa. Namun, anehnya wanita itu tetap terlihat baik-baik saja dengan wajah ceria dan senyum yang terpatri di bibir.

Nyatanya semua hanya kepalsuan. Wanita itu sangat rapuh, tetapi berpura-pura kuat agar tak ada orang yang mengetahui kelemahannya.

Daren keluar dari ruang kerjanya ketika mengingat jika ada pasien yang harus dipaksa makan dan minum obat. Tak sengaja berpapasan dengan pelayan yang baru saja keluar dari kamar sambil membawa nampan makanan yang masih utuh.

“Ada apa?” tanyanya membuat pelayan itu gugup.

“Nyonya menolak makan, Tuan.”

“Bawakan makanan yang baru.” Daren langsung masuk ke dalam kamar dan melihat Daisy tengah meringkuk di atas ranjang.

“Jangan mati di sini, aku tidak ingin kamarku jadi tempat bunuh diri,” kata Daren.

“Siapa juga yang mau mati,” sahut Daisy kesal. Dia membuka selimut yang menutupi tubuh dan menatap Daren dengan tatapan membunuh.

“Kenapa kau tidak mau makan?”

“Aku tidak lapar. Perutku bergejolak.”

“Kau hamil?” tembak Daren langsung.

Daisy melebarkan mata, dia menatap Daren sengit. “Jangan bicara sembarangan. Kita melakukannya hanya sekali, tidak mungkin aku hamil.”

“Benihku berkualitas,” bantah Daren.

“No! Aku tidak mau hamil.” Daisy menggeleng cepat sambil membayangkan perutnya akan membesar. “Aku masih kecil dan tidak mau repot dengan anak kecil.”

Daren ingin menyangkal, tetapi kedatangan pelayan membuatnya diam. Pria itu langsung menatap tajam Daisy, memberinya isyarat untuk segera mendekat.

“Kau makan saja sen—” Pria itu langsung menyuapkan makanan saat Daisy ingin mengeluarkan protes.

“Makan yang benar dan jangan banyak bicara!”

Satu suap, dua suap, lama-lama makannya habis juga. Daisy sampai heran sendiri, kenapa dia bisa begitu patuh.

“Minum obat dan segera istirahat.” Daren berlalu dari kamar setelah melayani bayi besarnya.

Sementara Daisy setelah kepergian pria itu mendesis kesal, “Astaga, kau membuatku seperti orang yang sakit parah,” keluhnya.

*

Kondisi Daisy sudah membaik, Daren masih memberinya waktu untuk istirahat. Namun, Daisy yang hampir dua hari tidak keluar kamar merasa bosan sehingga dia memutuskan untuk keluar dan menghirup udara segar. Begitu sampai di halaman belakang dia justru tertarik pergi ke ruang latihan sesaat setelah melihat Raina masuk ke sana.

Raina langsung menghampiri begitu melihat sang nyonya berada di sana.

“Apa yang Anda lakukan di sini? Tuan memberikan waktu pada Anda untuk memulihkan diri.”

“Aku hanya melihat-lihat saja,” jawab Daisy. Ngomong-ngomong dia penasaran dengan Raina yang sama sekali tak bertanya perihal kejadian di rumah sakit. Jadi daripada Daisy menebak-nebak, dia langsung bertanya, “Raina, apa kau tidak penasaran dengan kejadian di rumah sakit waktu itu?”

“Itu bukan urusan saya, Nyonya. Lebih sedikit yang saya tahu, itu lebih baik,” jawab Raina terdengar menyebalkan di telinga Daisy.

“Ohh, ya sudah. Padahal aku ingin memberi tahumu sesuatu, tapi ini rahasia.”

“Simpan saja rahasia Anda sendiri. Saya tidak mau tahu dan tidak ingin tahu,” tegas Raina.

“Kau ini menyebalkan sekali. Tidak bisakah kau memberi jawaban yang menghibur? Dasar kejam!” Daisy berlalu begitu saja, meninggalkan pelayan sekaligus pengawal pribadinya itu.

Selama melihat-lihat para pengawal latihan, Daisy justru tertarik untuk ikut. Alhasil dia mengambil senjata di tempat penyimpanan dan mulai membidik ke arah papan yang tersedia.

Tak lupa sebelum melakukannya dia memakai penutup telinga. Satu, dua tembakan meleset jauh, ketiga lumayan, peluru yang kelima akhirnya mampu menembus target.

Diam-diam Raina mengulum senyum. Dulu saja awal berlatih wanita itu tampak malas-malasan. Setelah menjalani latihan fisik yang keras dan mulai terbiasa, rutinitas seperti ini sangat membuat ketagihan.

Bukan hanya menembak, Daisy juga mencoba bermain dengan pisau. Meski masih terkesan kaku dan takut, tetapi wanita itu bisa melakukannya. Setidaknya kemampuan dasar cukup diketahui, hanya tinggal di asa lagi agar semakin sempurna.

Hampir setengah hari Daisy menghabiskan waktunya di sana saat kepala pelayan memanggil dan memintanya kembali ke rumah utama.

Sepanjang sore Daisy menghabiskan waktunya di lantai dasar bersama para pelayan. Meski mereka masih terkesan takut dan penasaran di saat yang bersamaan.

Suara tawa seorang wanita yang tak asing lagi di pendengaran menjadi sambutan saat Daren baru saja memasuki mansion.

Para pelayan yang melihat kedatangan tuannya langsung bangkit dengan segera sambil menunduk takut.

“Jangan menatap mereka seperti itu. Kau membuat semua orang takut,” kekeh Daisy.

Begitu Daren melewati para pelayan, Daisy langsung menyusul di belakangnya.

“Sudah makan?” tanya Daisy membuat kening Daren mengernyit heran. Tidak biasanya wanita itu bertanya.

“Sudah.”

“Mau aku siapkan air mandi?”

“Tidak perlu.”

Begitu Daren masuk ke kamar mandi, Daisy langsung mengambilkan pakaian ganti dan meletakkannya di atas meja. Kemudian keluar dan kembali sambil membawa secangkir kopi panas, berbarengan saat Daren baru saja selesai berpakaian.

“Aku membuatkanmu kopi. Entah cocok atau tidak, katakan saja agar aku bisa koreksi rasanya.”

Daren menatap curiga, sangat aneh tiba-tiba wanita itu berubah baik dalam waktu sekejap.

“Jangan salah paham.” Buru-buru Daisy menyela, “Aku melakukan semuanya sebagai bentuk terima kasih karena kau telah merawatku kala aku sakit. Setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan.”

“Bagaimana perasaanmu?”

Menoleh sambil menatap penuh tanya, “Tentang apa?”

“Kehilangan orang tuamu.”

“Ya sedih, tapi mau bagaimana lagi. Bukankah hidup mati seseorang ada di tangan Tuhan? Menangis darah pun tidak akan menghidupkannya lagi. Sudah takdir jika umur mereka hanya akan sampai di sini.” Daisy menjawab tanpa beban. Dia heran sendiri menyadari perasaannya biasa saja hanya dalam waktu singkat.

Setidak penting itukah peran mereka dalam hidup sehingga mudah saja melupakan.

Entahlah.

Daisy bingung harus menjabarkannya seperti apa. Yang pasti sejak dulu mereka sama sekali tak memiliki ikatan batin atau emosi yang saling terhubung.

To Be Continue ....

1
Riyanti Bee
/Heart/
T o R a 21
mana ini Thor klanjutan'y kangen akoh..
Dwie Anna
bagus
De'yus Mbot
lanjut dong thor
Santi
ditunggu episode keren selanjutnya ya, Author ku
Santi
paragraf terakhirnya keren banget 😆
mati terhormat ditangan orang jahat
bukan mati kelaparan sebagai gelandangan... ahay
Santi
Daisy... makanan Indonesia enak semua deh... Rendang itu no satu
kalo mau nafsu makan... pesen aja nasi liwet.. ikan asin.. lalapan.. jangan lupakan pete sama jengkol ya
Santi
makin penasaran
Santi
mulai deg deg an
Anne139
thor kok lama up nya
Santi
kenapa sepi komentar ini
ceritanya bagus padahal
Astuti Setiorini
lanjut thor
Anne139
kereeennn... next
Nella Liiga Ayorbaba
Lanjut thor
Anne139
mulai deh... next thor
Astuti Setiorini
cie daren ada rasa ini
Anne139
next thor... udah bbrp hari nunggu up nii
Hanima
lgi thorrr
Anne139
laanjuuuttt.... 😘
Astuti Setiorini
deasy harus tangguh dan kuat seperti saudra kembarnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!