NovelToon NovelToon
Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Dendam Kesumat
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mr 18

Edward, seorang anak yatim piatu, tinggal di panti asuhan yang menjulang tinggi di puncak Bukit Gloosween.

Meski tidak memiliki mana yang mengalir didalam dirinya, Edward tidak pernah patah semangat untuk menjadi yang terbaik.

Setiap hari, ia belajar sihir dan beladiri dengan penuh semangat dari Kak Slivia dan Lucy, menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya meskipun tidak memiliki mana.

Namun, kehidupan Edward tiba-tiba berubah saat desanya diserbu oleh pasukan Raja Iblis, yang menghancurkan segala yang ada di desa itu, termasuk Kakak Silva dan teman-temannya.

Peristiwa tragis ini tidak hanya mengubah nasibnya, tetapi juga membawa Edward ke dalam petualangan yang gelap dan penuh tantangan untuk membalas dendam dan menyelamatkan apa yang tersisa dari dunianya yang hancur.

Lalu bagaimana Edward menghadapi semua itu ? Tantangan apa yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr 18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 14 Hari Persiapan

Pagi yang dingin menyelimuti dunia Ethyras dengan gemerlap keindahan alamnya.

Sinar matahari perlahan muncul di ufuk timur, memantulkan cahaya keemasan di atas embun pagi yang menghiasi dedaunan berwarna kecoklatan.

Udara segar menusuk sampai ke tulang, diiringi oleh kicauan burung-burung yang mulai aktif setelah malam yang gelap.

Aku berdiri di depan pantiasuhan bersama dengan Kak Silvia dan Kak Lucy, dua orang yang kuanggap kakak terbaikku.

Sebelum matahari terbit kami sudah bersiap untuk mengikuti pembasmian diperbatasan hutan Rawgle.

Kak Silvia menatapku dengan tatapan heran. "Edward kau mau pergi kemana?" Ucap kak Silvia setelah melihatku telah siap untuk bertempur.

Aku tersenyum antusias. " Tentu saja, aku akan ikut kalian berperang melawan para monster." Ucapku sambil melangkah maju menuju pintu panti asuhan.

Kak Silvia menahan tanganku." Tidak kau masih harus perlu berlatih lagi." Ucapnya sambil menggeretku kedalam.

Aku mencoba melepas genggaman nya." Kak lepaskan aku, aku juga ingin ikut bertarung bersamamu." Ucapku sambil menarik tanganku untuk lepas dari genggaman nya.

Kak Silvia menatapku dengan tatapan tajam. "Edward , kamu tahu aku tidak bisa membiarkanmu terlibat dalam ini," kata Kak Silvia dengan suara tegas, namun tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Ini terlalu berbahaya dan aku tidak mau mengambil risiko." Lanjutnya sambil memegang pundakku.

Namun, aku tidak menyerah begitu saja. "Tapi Kak, aku juga harus belajar dan membuktikan kemampuanku. Aku bisa membantu," ujarku dengan mantap, mencoba meyakinkannya.

Kak Silvia terdiam sejenak, matanya mencari-cari alasan. "Tapi kamu belum siap, Edward . Bagaimana jika terjadi sesuatu? Aku tidak tahan melihatmu dalam bahaya." Ucapnya dengan penuh kecemasan.

Kak Lucy menyela, mencoba meredakan ketegangan. "Kak Silvia, Edward juga memiliki hak untuk belajar dan melindungi desa ini. Kita bisa menjaga agar dia tetap aman, bukan?"

Setelah beberapa momen keheningan tegang, Kak Silvia menghela nafas panjang. "Baiklah, tapi dengan syarat kita harus berhati-hati ekstra. Kau akan mengikuti kami, tapi hanya boleh menghadapi monster tingkat rendah. Jangan menyimpang dari rencana dan ikuti setiap instruksi kami."

Aku tersenyum lega, merasa diberi kesempatan untuk membuktikan diri. "Terima kasih, Kak. Aku akan patuh pada setiap aturan dan bersedia belajar dari kalian."

Diskusi panjang kami akhirnya berujung pada kesepakatan untuk mengikuti misi pembasmian di perbatasan desa.

Setelah diskusi itu, kami bersiap-siap untuk berangkat bersama setelah selesai mempersiapkan seluruh barang penting.

Tiba-tiba Anak-anak panti asuhan berlarian dengan riangnya mengelilingi kami, wajah mereka penuh dengan campuran antara harapan dan sedih karena kepergian kami.

Kak Silvia memeluk beberapa anak-anak yang sudah dianggap adiknya. "Kalian adalah keluarga kami," katanya dengan lembut. "Kami akan kembali sebelum sore hari. Jaga diri kalian dengan baik." Ucapnya sambil mengelus kepala Serly.

Anak-anak pantiasuhan itu berterima kasih kepada kami dan memberi kami bunga-bunga liar sebagai tanda perpisahan.

Mereka berjanji akan tetap berani dan kuat seperti yang kami ajarkan selama ini, walaupun kami meninggalkan mereka sebentar.

Aku mengusap kepala Alice yang sering memanggilku kakak. "Kami akan kembali dengan selamat," ucapku dengan tulus. "Kalian adalah alasan kami berjuang." Ucapku sambil memberikan senyuman.

Setelah perpisahan yang penuh emosi, kami meninggalkan pantiasuhan dengan hati yang berat namun juga penuh tekad.

Kami mengikuti jalan menuju desa, langkah kami diiringi oleh harapan untuk melindungi orang-orang tercinta di desa dan anak-anak pantiasuhan yang kami tinggalkan.

Kami tahu bahwa perjalanan ke hutan Rawgle bukanlah tugas yang mudah, namun kami bersatu dengan tekad yang bulat.

Dengan semangat yang membara, kami melangkah maju, siap menghadapi tantangan apa pun yang menanti di hutan yang misterius itu.

Setelah melintasi jalan berkelok-kelok, kami tiba di pasar desa yang ramai. Suara riuh rendah para pedagang memenuhi udara, menggema di antara bangunan-bangunan tua dan melewati lorong-lorong sempit.

Sinar matahari pagi yang terik memantulkan warna-warni terangkat yang menghiasi gerai-gerai dagangan.

Kak Silvia, wajahnya serius dan mata penuh tekad, membawa kami menuju sebuah stan yang menjual perlengkapan petualangan.

Di depannya terpajang berbagai senjata, dari belati bertangkai perak hingga busur panah yang dibuat dengan teliti.

"Ayo kita lihat senjata-senjata ini," ucapnya, tangannya menyentuh gagang sebuah pedang besar dengan penuh perhatian.

"Edward kau butuh alat yang andal di luar sana. Senjata harus kuat dan tajam, bisa menembus kulit monster apa pun yang kita temui." Ucap kak Silvia setelah melihat tombak kayu pemberiannya.

Aku mengangguk setuju, menyaksikan bagaimana Kak Silvia mempertimbangkan setiap pilihan dengan cermat.

Aku mengambil salah satu tombak yang membuatku tertarik. Tombak itu terlihat rapuh dari luar dengan goresan-goresan kecil di permukaannya dan mungkin terlihat seperti sudah tua, namun aku merasakan energi mana yang besar dari dalam setiap serat kayunya tersemat.

Mata tombaknya terbuat dari logam aneh berwarna hitam yang tak tergores, aku berfikir jika tombak ini mampu menembus pelindung terkuat sekalipun dengan mudahnya.

"Apakah ini cukup kuat untuk melawan monster tingkat menengah?" tanyaku, mencoba memastikan.

Kak Silvia mengangkat senjata itu dengan penuh keyakinan. "Ini cukup untuk mempertahankan diri kita," jawabnya mantap.

"Kamu yakin mengambil itu?, Kita tidak bisa mengambil risiko dalam perjalanan ini, apa tidak memilih senjata lain? ." Ucapnya khawatir.

Aku mengangguk penuh percaya diri. " Iya kak aku yakin dengan pilihan ku, dan juga untuk sekarang, aku cuma bisa menggunakan tombak ." Ucap ku sambil memegang erat tombak itu.

Ketika aku memegang erat tombak itu,aku merasakan aura keberanian dan kekuatan yang melampaui penampilannya yang sederhana.

Sementara itu, Kak Lucy pada gerai yang menjual ramuan penyembuh dan jimat perlindungan.

Aku berjalan mendekati Kak Lucy yang dengan teliti memilih bungkusan-bungkusan ramuan yang dipercayainya dapat memberikan perlindungan maksimal.

Aku menepuk bahu Kak Lucy. "Kak apa belum selesai mencari barangnya?" Ucap ku setelah melihat kak lucy sibuk memilih perlengkapan, membuatnya terkejut.

" Duh, Edward kau mengejutkan ku, apa kau sudah memilih senjata?" Tanyanya lalu kembali serius memilih barang.

Aku tertawa. " Maafkan aku, Aku tidak bermaksud mengagetkan mu, aku sudah membeli senjata yang kupakai nanti." Ucapku.

"Senjata apa yang kau pilih?" Ucap kak lucy.

"Tombak, Kak kenapa banyak sekali ramuan yang kau beli?" Ucapku setelah melihat puluhan botol.

"Ramuan-ramuan ini akan sangat berguna melawan monster di hutan Rawgle," ujarnya serius sambil menunjukkan beberapa botol ramuan. "Mereka memberikan perlindungan tambahan dan kekuatan penyembuhan. Kita harus memastikan keselamatan kita semua."tambah nya.

Aku mengamati dengan penuh perhatian saat Kak Lucy menjelaskan manfaat masing-masing ramuan. "Bagaimana dengan jimat perlindungan ini?" tanyaku, mengangkat sebuah kalung dengan batu permata berkilauan.

Kak Lucy tersenyum ramah. "Jimat ini dapat memblokir serangan magis yang kuat," katanya menjelaskan. "Ini akan menjadi pertahanan terakhir kita jika kita terjebak dalam situasi yang sulit di hutan."

Suasana pasar yang riuh dan penuh semangat telah memberikan energi baru bagi kami.

Setelah membeli perlengkapan yang kami butuhkan, kami memutuskan untuk mengunjungi balai desa.

Kami berkumpul di depan Balai desa, mata kami bersinar-sinar dengan semangat petualangan yang baru.

"Ayo, ini saatnya kita mengajak para penduduk desa ikut serta dalam pembasmian," ucap Kak Silvia dengan tegas, memberikan tujuan kita selanjutnya.

Aku mengangguk mantap, meskipun sedikit ragu. "Tapi apakah penduduk desa mengetahui bahwa kita datang untuk meminta bala bantuan?" Tanyaku penuh keraguan.

Lucy, yang selalu ceria, menjawab dengan antusias, "Tentu saja kita bisa! Kemarin Aku sudah mengirimkan surat untuk kepala desa ." Ucap kak lucy dengan penuh percaya diri

Kak Silvia tersenyum, "Kamu benar, Lucy. Inilah saatnya untuk berani dan menunjukkan kemampuan kita. Mari kita buktikan bahwa kita bisa melindungi desa ini."

Dengan semangat yang baru terpancing, kami memasuki gerbang Balai Desa dengan langkah mantap.

Rasa tegang perlahan-lahan tergantikan dengan kepercayaan diri, siap menghadapi segala yang menunggu di perjalanan kami.

Langkah-langkah kami terdengar jelas di atas lantai kayu. Sesampainya diruangan tempat berkumpul, kami disambut oleh para tetua yang duduk di sekeliling meja bundar besar, wajah mereka serius namun penuh harapan.

Kak Silvia melangkah mantap, duduk di hadapan tetua yang duduk di balik meja kayu tua di aula utama.

Wajahnya penuh dengan ketegasan, matanya memancarkan tekad yang kuat meskipun hatinya berdebar keras. Dia menghela nafas dalam-dalam sebelum mulai berbicara.

"Silvia, apa yang membawa kamu ke hadapan kami pada hari ini?" tanya tetua dengan suara lembut namun penuh otoritas.

Kak Silvia mengangkat dagunya dengan percaya diri, "Tetua, saya datang untuk membicarakan rencana kita menghadapi ancaman dari luar. Sudah waktunya kita bersatu sebagai satu desa untuk melindungi rumah kita sendiri." Ucapnya dengan nada penuh hormat.

Tetua mengangguk, matanya menerawang seolah merenungkan kata-kata Silvia. "Kamu tahu betul, Silvia, tapi situasinya tidak mudah. Kita harus bijak dalam setiap langkah yang kita ambil."

Namun,Kak Silvia tidak menyerah begitu saja. Dengan penuh semangat, dia mulai menyampaikan argumen-argumennya dengan mantap, "Tetua, penduduk kita memiliki kekuatan jika kita bersatu. Kita bisa melindungi sawah-sawah kita, keluarga kita, anak-anak kita. Kita tidak boleh menunggu sampai terlambat."

Tetua itu menggeleng perlahan, "Silvia, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi kita harus mempertimbangkan segala kemungkinan dengan hati-hati."

Silvia menatap tajam ke arah tetua, tidak menyerah. "Tetua, saya yakin kita bisa melakukan ini bersama-sama. Kita telah melalui banyak hal bersama, mari kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah satu desa yang tidak akan menyerah begitu saja!"

Tetua tersenyum lembut, mengakui keberanian dan ketegasan Silvia. "Kamu adalah sosok yang luar biasa, Kak Silvia. Terima kasih atas semangat dan kegigihanmu. Biarkan kami mempertimbangkan proposalmu dengan sungguh-sungguh."

Silvia hanya mengangguk, menahan emosi yang memenuhi dadanya. Dia belajar bahwa keberanian bukan hanya tentang memenangkan setiap perdebatan, tetapi juga tentang keteguhan untuk tetap berdiri teguh meskipun ditolak.

Aku dan Kak Lucy saling pandang, merasa sedikit tertegun oleh perkataan tersebut. Perkataan itu membuatku ingin bertindak.

Namun, sebelum keputusan diambil, aku berdiri memandang ke arah para hadirin di Balai desa dengan mata berkilat dan senyum yang penuh semangat mengambil kata.

Seluruh mata tertuju ke arahku, Membuatku sedikit gugup dan ingin mengurungkan niatku, namun dengan tekad yang kuat aku memutuskan untuk bicara.

Aku menghela nafas. "Bapak-bapak dan Ibu-ibu, saya tahu ini bukan hal yang mudah, tetapi kita tidak boleh menyerah sekarang. Desa kita adalah tempat kita tinggal, tempat kita membangun hidup kita. Kita harus melindunginya bersama-sama!" Ucapku degan penuh motivasi semangat juang.

Kata-kata ku menggema di ruangan mencoba untuk membangkitkan semangat dan keberanian di antara para penduduk.

Seketika gemuruh para warga mengisi balai desa, mereka tidak menyangka bocah tanpa mana berani berbicara didepan tetua.

Tetua mengangkat tangannya, seketika para hadirin diam. " Nak siapa namamu?" tanya tetua berjenggot putih, menatapku tajam.

Aku menatapnya dengan semangat juang. "Aku adalah Edward Briar dari bukit Gloosween, Bocah tanpa mana" Ucapku penuh percaya diri.

" Apa yang membuat bocah tanpa mana seperti mu mengikuti pembasmian ini?" Tanya tetua mencoba mencari jawaban.

Aku menghela nafas pelan. " Karena aku mencintai desa ini, sedari kecil aku dibesarkan diatas tanah desa ini, aku makan dan minum didesa ini, aku tidur dan bermain didesa ini, desa inilah yang membuatku untuk memperjuangkan hanya untuknya." Ucapku dengan penuh percaya diri.

Suasana senyap menyelimuti Balai Desa, para hadirin berfikir memahami perkataan bocah tanpa mana, yang memiliki kekurangan namun dia tetap berjuang melindungi desa.

"Betul yang dikatakan bocah itu! " Ucap salah satu penduduk dan di ikuti penduduk lain.

Membuat suasana menjadi ramai penuh semangat para penduduk.

Namun keputusan terahir ada pada tetua. Kini Seluruh pandangan tertuju pada tetua, karena dialah sebagai kunci keberhasilan negosiasi ini, apabila tetua itu memberikan keputusan maka para penduduk akan mengikuti setiap perintahnya.

Kami duduk dengan perasaan campur aduk antara harapan dan kekhawatiran yang menyelimuti hati kami.

Dengan senyuman, para tetua yang tadinya ragu mulai mengangguk setuju."Kalian telah menunjukkan tekad yang kuat," kata tetua dengan janggut putih.

"Kami akan memberikan bantuan yang kami bisa. Mari kita bersiap-siap. Perjalanan ini akan menjadi ujian bagi kita semua."

Keramaian penduduk mengisi ruangan Balai desa, semangat juang mereka terbakar sesuai dengan harapan kami.

Para penduduk yang bisa bertarung, kembali kerumah masing masing untuk mempersiapkan peralatan perang.

Dan di situlah awal dari persiapan kami, dengan semangat yang tumbuh lebih kuat dari sebelumnya. Kami siap untuk menghadapi segala yang menanti, bersama-sama sebagai satu desa yang bersatu.

1
Lhe
sukaaa banget
夢見る者
hmm, mayan sih
Darkness zero
up nya lama sekalinya up langsung belasan chapter
Muhammad Rama: Sory bang lama up nya/Frown/, gw juga ada kesibukan jadi nggak bisa up sehari langsung belasan/Sob/, sabar bang pasti up kok setiap hari
total 1 replies
Ulin Nuha
menarik
Gundaro
Total likenya kok janggal? like 151 tapi gak ada komentar, apakah author ngebom like?
wondervilz`
Jangan lupa mampir di karyaku yg berjudul , Life saver the series system
Aili
lanjut Thor!!/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Siap /Hey/
total 1 replies
Aili
dah mampir nih/Determined//Slight/
Muhammad Rama: Tanks kak
total 1 replies
Aili
1 /Rose/+ 1 iklan untukmu thor/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Oke /Joyful/
Aili: saling² membantu kakak ~/Proud/
total 3 replies
Hudan Nafil
Thor, jaga kesehatan ya? Jangan terus nulis sampe lupa makan dan ridur
Fawwas Tholib
Selalu berkarya thor
Dirhan Saputra
Tetap up bang
Amir Syamlan
Thor jangan lupa istirahat 😂
Ahmad Faldi
Semangat berkarya kak👍
hide my smile
up lah buset
hide my smile: wkwkkwkkk🗿🗿🗿
Muhammad Rama: Sabar bang, gue insyaallah pasti up tapi sehari sekali🤣
total 2 replies
Taru
Sippp mulai seru nih
Taru
Seru banget bang, tolong terus UP gw pasti nungguin setiap hari. /Tongue/
Taru
Hmmm menarik 😜
꧁གMSHKཁ꧂
Bagus banget 😍, pembawaan ceritanya bagus banget, seakan-akan kita jadi edward
꧁གMSHKཁ꧂
Kasihan banget Edward 😭 padahal dia sudah berharap banget dapat kekuatan. Dasar Destrover sialan😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!