"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33. Cukup Dua Tamparan
"PLAK!!"
Sebuah tamparan di pipi Ratna , tanpa di duga-duga dilayangkan oleh Anin.
Disambut suara Ratna yang terpekik sambil memegang pipinya, dia terjajar beberapa langkah dan terjatuh di atas tumpukan pakaian Anin yang di coba Ratna.
"Lepaskan baju itu!" Suara Anin terdengar dingin.
"Itu adalah hadiah dari ayahku. Tidak ada yang boleh nenyentuhnya dengan kurang ajar. " Ucap Anin dengan suara datar.
"Bagaimana...bagaimana bisa...kamu masuk ke sini?" Ratna memegang pipinya sembari mendonggak.
"Bagaimana bisa aku masuk? Kamu masih waras, kan? Kamu bersikap seolah-olah ini rumahmu, bahkan kamu telah mengotori tempat tidur yang ku anggap sakral dalam pernikahanku selama ini. Keberanian tak tahu dirimu itu pantas di acungkan seribu jempol." Anin mengerutkan dahinya sembari berjongkok, matanya berkilat marah.
"Temanku, Ratna tersayang. Bangunlah!" Anin berdiri tegak kembali, sambil mengibaskan tangannya.
Ratna bertopang pada ke dua tangannya, tak berkedip mengamati Anin, dia sebenarnya hampir jantungan melihat kehadiran Anin yang tak di sangkanya itu, tetapi dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya itu.
"Aku hanya mencobanya, Nin..." Ratna berdiri dengan pias merona.
"PLAK!!!"
Sebuah tamparan yang lebih keras mendera pipi Ratna yang lain, membuat gadis itu terjengkang ke belakang, untung tertahan oleh tempat tidur di belakangnya.
Ratna terpekik untuk kedua kalinya. Kali ini tamparan itu lebih keras, membuat sebagian wajah Ratna merah nyaris membiru, dengan lima jari yang terlukis samar di pipinya.
"Dan Ini untukmu sahabat terbaikku, yang tahu segala sesuatu bahkan seluk beluk hidupku tetapi telah menusukku dari belakang dengan kejam." Lanjutnya, benar-benar tanpa ekspresi.
Ratna ternganga dengan tubuh setengah terbaring di pinggir tempat tidur, melihat bagaimana perempuan yang begitu sabar dan hampir tak pernah sekalipun berteriak ataupun menunjukkan amarah itu meluapkan perasaannya dengan cara yang begitu kasar.
"Ratna, mulai hari ini aku tidak mengenalmu lagi, tamparan itu tadi menutup segala kenangan pertemanan bahkan permusuhan kita. Aku menghapusmu dari ingatanku sebagai pengalaman terburuk di antara kesialanku." Anin mendekat perlahan.
Ratna tak bersuara, dia tak mampu mengeluarkan suara.
"Aku dan kamu, bahkan jika berjumpa di lain waktu, kita adalah dua orang asing."Anin menatap Ratna, dengan hati yang marah sekaligus sedih, bercampur aduk.
Ratna yang berusaha berdiri tegak, dengan tangan memegang wajahnya, terbelalak pada Anin. Dia tak percaya seorang Anin yang setahunya lebih suka pasrah daripada ribut itu bersikap demikian kasar dan berani.
"Apa yang kamu lakukan Anin?!" Ratna meringis sambil bersuara setengah membentak, matanya memerah seperti orang yang hendak menangis.
"Seharusnya aku yang bertanya apa yang kamu lakukan? Tidak malukah dirimu menjadi perusak hidup orang lain. Aku benar-benar sangat ingin mencekikmu, menempel label murahan di jidatmu itu supaya kamu bisa berkaca setiap hari, jika dirimu sungguh tak punya harga diri lagi." Suara Anin terdengar datar dan penuh kasihan. Rautnya tidak menunjukkan emosi yang belebihan.
"Aku tidak menyesal mengetahui kamu adalah pelakor dalam rumah tanggaku karena tahu lebih awal kesalahan memelihara ular itu lebih baik, hanya saja aku sedikit heran bagaimana bisa aku mempercayai s3t@n berwajah malaikat berada di dalam rumahku..." Anin menyilangkan tangannya di depan dada pandangan setajam elang, mata itu seakan Ingin menelanjangi perempuan di depannya itu.
"Aku pulang hari ini, berfikir bahwa bercerai baik-baik dengan Galih adalah sebuah keputusan terbaik. Tetapi melihat tingkah sun dalmu membuatku berfikir bahwa perceraian itu terlalu menyenangkan untuk Galih dan kamu. Selera suamiku benar-benar rendah, kalian memang di takdirkan untuk satu sama lain."
"Apa maksudmu?!" Ratna tiba-tiba membentak kasar, begitu tersinggung dengan apa yang di ucapkan oleh Anin.
"Suamimu itu yang selalu datang padaku! Jangan menyalahkanku untuk kebodohan suamimu! Seharusnya kamu yang intropeksi kenapa suamimu tak puas denganmu!" Ratna mendengus kesal menutupi rasa terbakar yang sedang menimpa wajahnya. Tidak hanya wajahnya yang terbakar tetapi hatinya terasa panas luar biasa. Kata-kata Anin begitu mempermalukan dirinya.
"Aku tak pernah menyalahkan kamu untuk perselingkuhan kalian. Aku hanya menyesali mengapa begitu lama memikirkan bahwa suamiku itu pantas ku maafkan dan kupertahankan." Cibir Anin. Kesabarannya benar-benar tingkat dewa menghadapi seorang perempuan yang tertangkap basah berada di dalam kamar pribadinya itu.
Bibir Ratna terkatup rapat dengan tegang, menatap Anin, ketika perempuan yang selalu di anggapnya naif dalam kebucinannya pada suaminya itu malah mencercanya sedemikian rupa, rasanya seperti menelan batu besar.
"Kamu ingin membalasku? kamu ingin merebut suamimu kembali?" Ratna meracau sambil terkekeh, dia berdiri sambil menatap Anin menantang.
"Merebut?" Anin mengernyit dahinya dengan tatapan muak.
"Aku tak perlu merebut sesuatu yang sebenarnya adalah milikku. Aku tahu dia hanya sedang bermain-main dengan sahabat baikku, menikmati pelayanan gratis yang sayang di lewatkan karena seorang pe la cur pun punya tarif untuk di ti duri. Kalau ada yang gratis kenapa harus bayar banyak kan? Jika bisa di bayar hanya dengan barang KW kenapa harus mahal?" Anin tertawa sengau, sungguh tak ada lagi sisi lembutnya yang selama ini di lihat Ratna selama mereka berteman.
"Sayangnya aku sudah tak berminat lagi untuk memperbaiki cermin yang pecah, jika pun aku mencoba menyatukannya tak akan utuh kembali, hanya melukaiku. Seperti lalat yang sangat menyukai sampah dia akan selalu betah bersama kotoran. Apakah kamu pernah mendengar lalat menyukai harum bunga?" Anin mengerjapkan matanya, seakan dia bertanya pada seseorang dalam rasa penasaran.
Ratna tercengang seperti orang bego, Anin lebih baik menjambaknya atau mungkin mengamuk tak jelas karena sakit hati suaminya di rebutnya supaya dia bisa membalasnya tanpa terlalu bersalah. Tapi, yang terjadi, Anin bahkan jauh lebih tenang dari yang di bayangkan Ratna jika bertemu dengannya.
"Aku akhirnya merasa kasihan padamu, bahkan lebih baik seorang pelakor tak kukenal yang bersembunyi dan tahu kapan berhenti dari pada seorang sahabat yang tak merasa berdosa dengan perselingkuhannya." Raut wajah Anin begitu dingin.
"Kamu puas mencoba menghinaku? Kamu bukan apa-apa di banding diriku, Anin! Kamu perempuan biasa yang bahkan suamimu saja tak menginginkanmu. Istri yang tak bisa melayani suaminya dengan baik" Ratna meradang. Dia tak terima dengan semua ucapan Anin.
"Aku tidak perlu mengotori tanganku dengan menghajarmu berlebihan. Dua tamparan cukup untuk kebin4lanmu. Aku tak perlu membuang energiku untuk sekedar menunjukkan aku sakit hati." Anin tersenyum kecut.
"Galih selalu mengatakan, dia lebih memilihku dari pada dirimu! dia bilang aku lebih cantik darimu, aku lebih mampu memuaskannya. Harusnya kamu tahu, Dia tak pernah mencintaimu, dia sama sekali tak pernah mencintaimu! Dia lebih bahagia bersamaku dari pada denganmu." Ratna benar-benar kehilangan rasa malunya.
"Oh, ya?"
Anin mendekat, Ratna mengepal dengan sikap waspada.
Dan,
BRETT...!!!
(Okey, dah double UP ya😅😅😅 senang rasanya bisa mewakili para reader memberi cap telapak tangan di pipi Ratna🤣🤣🤣 ini tidak seberapa lho di banding derita yang di siapkan Author untuk 'plakor' di bab-bab selanjutnya. Pokoknya di novel akak plakor gak boleh hidup bahagia😂 author terlalu kejam gak, ya?🤣)