Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 11
"Aku tidak akan menjadi budak siapapun!!!" Daisy berteriak lantang dan mendelik.
"Anda sendiri yang meminta tolong pada kami Nona, jadi terimalah." Traver mengeratkan genggaman tangannya pada kedua tangan Daisy dan memaksa gadis itu untuk melepaskan jasnya.
"Silahkan istirahat." Kata Traver dan pergi.
Daisy duduk dan merosot di tepi ranjang, dia bersimpuh di atas lantai, menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Aku tidak boleh seperti ini. Aku akan kabur saat aku memiliki kesempatan."
Malam itu berlangsung lamban, Daisy membaringkan tubuhnya sembari melihat ke arah jendela, bulan bersinar sangat terang dan saat itu Daisy mematikan lampu kamarnya, ia kemudian ingat bahwa sepanjang hidupnya yang ada hanyalah hujaman siksaan yang pedih. Tak ada yang bisa melindunginya dan menyelamatkannya dari kisah nya yang memprihatinkan.
"Bagaimana aku bisa hidup seperti ini, kapan Tuhan memberikanku kebahagiaan sedikit saja. Sejak kecil aku sebatang kara dan kenapa seolah aku tak pantas mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan."
Daisy mengatakan dengan suara putus asa, dan pada akhirnya matanya tidak dapat tertidur hingga dini hari Daisy hanya menangis, hingga ia baru bisa menutup matanya, itu pun karena ia lupa dan kelelahan.
Samar-samar Daisy mendengar sesuatu, ia membuka matanya dan melihat siapa yang ada di dalam kamarnya.
Rupanya seorang pelayan kebersihan sedang membersihkan kamar Daisy, kemudian Daisy bangkit dari ranjang, dan sebuah ide terlintas dalam pikiranya.
"Aku akan melarikan diri." Kata Daisy.
Kemudian diam-diam Daisy mencuri kartu akses yang tergeletak di atas meja, ia membuka pintu kamarnya menggunakan kartu akses itu, kebetulan petugas kebersihan sedang memberisihkan kamar mandi.
Pintu kamar Daisy memang di desain agar Daisy tidak dapat keluar dari kamar, dan kartu akses itu hanya di miliki oleh Traver dan Ben, dan sekarang kartu akses milik Traver sedang di pinjamkan kepada petugas kebersihan.
Daisy akhirnya dapat kabur, ia berlari menuju lift, namun ketika ia berhenti dan membuka lift pintu, matanya membulat karena terkejut dan jantungnya seperti berhenti berdetak, melihat siapa yang ada di dalam lift.
Itu adalah Tuan yang memenjarakannya, ia ada di dalam Lift. Pria itu menatap Daisy tanpa ekspresi, meskipun wajah Ben tenang dan santai namun itu justru terlihat dingin.
Di samping Ben ada Traver yang mendadak melihat wajah Tuannya. Dia tahu dia pasti akan mendapat masalah.
"Kau tidak masuk." Kata Ben pada Daisy.
Tatapan Ben dingin. Membuat Daisy tidak dapat berkutik.
Kemudian Daisy masuk ke dalam lift.
"Traver kau keluar." Perinta Ben.
"Baik Tuan."
Daisy meremas jemarinya, ia tahu ini akan berakhir dengan tidak baik.
Daisy melirik Ben melalui kaca Lift, pria besar itu hanya diam berdiri di belakang Daisy dengan memasukkan kedua tangannya di dalam sakunya.
Pria itu hanya diam berdiri dengan jas yang menggantung di bahunya.
Namun, justru sikap seperti itulah yang membuat Daisy dan semua orang yang melihat akan ketakutan. Wajah tanpa ekspresi dan dingin membuat aura Ben semakin kuat dan mendominasi.
"TING!
Ternyata Lift menuju di atas hotel, sebuah pemandangan yang bagus dengan tempat bersantai yang mewah komplit dengan kolam renang.
Ben keluar lebih dulu.
"Keluar." Perintah Ben.
Kemudian Daisy mengekor di belakang Ben, pria itu duduk di sebuah kursi dan melihat ke arah Daisy.
Tak berapa lama Traver datang dan membawa beberapa dokumen, lalu menyerahkannya kepada Ben.
"Semuanya sudah selesai tuan, seluruh wilayah sekarang ada di tangan anda, dan proyeknya juga berjalan lancar."
Ben membolak balikkan dokumen itu memeriksannya sebentar dan kemudian memberikan pada Traver.
"Waktu mu 10 menit, jika kau bisa keluar dari hotel ini, tanpa di ketahui oleh pengawalku, kau bisa bebas." Kata Ben.
Traver terkejut dengan perkataan Ben.
Daisy pun juga melihat wajah Ben yang tanpa ekspresi. Dia pikir dia sedang berhalusinasi.
"Be... Benarkah?"
"Tapi, jika dalam 10 menit kau tidak bisa keluar dari hotel ini, kau akan selamanya menjadi tahananku." Kata Ben.
"Ba.. Baik saya akan keluar bahkan sebelum 10 menit!" Kata Daisy optimis.
Ben mengangkat sudut bibirnya.
"Pergilah sebelum aku merubah pikiranku." Kata Ben.
"Ba... Baik!" Kemudian Daisy pergi dan berlari, ia memencet tombol lift berharap ia dapat keluar lebih cepat.
TING!"
Pintu lift terbuka dan Daisy masuk, mata Daisy dan Ben saling menatap dari kejauhan lalu pintu lift pun tertutup.
Traver melihat wajah Ben yang tampak lebih cerah.
"Anda tersenyum Tuan?" Kata Traver.
"Benarkah? Tidak." Kata Ben.
"Tapi kenapa anda membiarkannya pergi tuan?"
"Aku hanya ingin bersenang-senang dengan mainan baru ku. Aku ingin melihat seberapa besar energinya dan usahanya." Kata Ben.
Sedangkan di sisi lain, pintu lift terbuka tepat di lantai bawah.
"Ini sangat mudah sekali, asalkan aku tidak ketahuan pengawal Tuan itu, jadi aku bisa lolos, aku sudah berada di lantai loby, pintu keluarnya ada di sebelah sana. Aku akan berhati-hati, ketika pengawal Tuan Dingin itu pergi aku akan berlari dan pergi dari sini." Kata Daisy.
Ketika Daisy masih memantau dan bersembunyi di balik dinding, seseorang datang karena mengenalinya dengan baik.
"Daisy?"
Suara itu benar-benar tidak asing, ia adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kehidupannya yang jadi seperti ini. Kehidupan yang sangat menyedihkan.
Daisy melihat ke belakang, itu adalah Ansella.
"Kenapa kau ada di sini?" Tanya Ansella.
Kedua mata Daisy membulat, ia meradang, namun juga takut, ia emosi dan kesal ingin sekali menjambak wanita yang ada di hadapannya itu namun tujuan pelariannya jauh lebih penting dan dia akan bebas.
"Apa kau berada di sini dengan Geraldo? Kau malam pertama di sini? Astagaa... Ahhahahhaaa...." Ansella tertawa dengan wajah mencibir.
"Melihat pakaianmu ini, aku yakin kau benar-benar menghabiskan malam yang panas... Hahahaha." Ansella kembali lagi tertawa.
"Ka... Kau kenapa kau ada di sini?" Kata Daisy.
"Aku? Kau tanya kenapa? Ya karena ini tempatku bekerja, kau tidak melihat bagaimana cantiknya aku memakai seragam kebanggaan ini?" Kata Ansella.
"Kau menjadi tukang bersih-bersih di sini." Kata Daisy.
"Apa!" Kata Ansella.
"Kau menjadi tukang bersih-bersih kamar mandi dan toilet? Artinya kau membersihkan kotoran mereka." Kata Daisy.
"Dasar tidak tahu diri, kau pikir kau siapa! Kau juga hanya wanita simpanan Geraldo, si tua mesum itu!!!" Ansella menjambak rambut Daisy.
"Aaakkk!!!" Daisy memekik karena kepalanya sakit, seolah kulit kepalanya akan tertarik bersamaan dengan rambutnya.
"Kauu!!! Kali ini aku tidak akan meladenimu! Pergilah dan jangan mengganggu ku! Lepaskan aku, karena aku ada sesuatu yang lebih penting daripada meladenimu!" Kata Daisy.
"Apa? Kau mau melayani lelaki tua bangka itu? Hahahaah?" Ansella melepaskan jambakannya.
"Terserah!" Kata Daisy tidak mau tahu.
Kemudian Daisy melihat ke sekeliling, para pengawal tiba-tiba menghilang dan tidak terlihat lagi.
"Ini kesempatanku." Kata Daisy.
Ketika Daisy akan melangkah, Ansella memegangi rambut Daisy lagi.
"Penjaga! Pengawal dia ada di sini dia akan kabuuurrr!!!" Teriak Ansella.
Daisy mennggigit bibirnya, ia kesal, kenapa Ansella selalu saja menganggunya, kenapa Ansella selalu ingin membuatnya menderita.
"Kau! Berani mengatai ku dan berani membalas ku, jadi rasakan itu!" Kata Ansella mendelik memelototi Daisy.
bersambung