NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14 : Istri Yang Kompak

Mereka bertiga sarapan bersama. Rafif duduk di tengah-tengah Arina dan Felisa. Rasa canggung menyelimuti mereka saat ini. Terlebih Rafif yang duduk diapit oleh kedua istrinya, dua-duanya cantik, baik, sholehah, mereka adalah perempuan-perempuan yang sangat sempurna untuk Rafif.

Felisa yang biasanya langsung mengambilkan nasi untuk Rafif pun, ia malah sibuk menata sendok di atas piring lauk. Sedangkan Arina hanya diam dan canggung apa ia akan mengambilkan nasi untuk Rafif dulu, atau dia ambil sendiri dulu, karena Felisa dari tadi tidak mengambilkan nasi, itu juga karena Felisa ingin Arina yang berinisiatif mengambilkan nasi untuk Rafif.

“Aku ambilkan nasi ya, Mas?” ucap Felisa dan Arina bersamaan, dengan memegang piring yang berada di depan Rafif.

“Ehm ... kamu saja,” ucap Arina dan Felisa bareng lagi.

“Kamu saja, Fe,” ucap Arina.

“Sudah kamu saja, Rin,” ucap Felisa.

Rafif memegang tangan Arina dan Felisa lalu menciumnya bergantian. “Biar aku saja, sekalian aku ambilkan nasi untuk kalian,” ucap Rafif.

“Tapi, Mas,” ucap mereka bersamaan.

“Kalian kompak sekali dari tadi? Sudah sini mas yang ambilkan.” Rafif mengambilkan nasi untuk Felisa lebih dulu, juga sekalian lauknya, lalu setelah itu mengambilkan untu Arina juga, baru ia ambil nasi untuk dirinya sendiri.

“Sudah, ayo makan,” ajak Rafif.

“Terima kasih, Mas,” ucap Arina dan Felisa.

Rafif mengusap kepala Felisa, lalu mencium keningnya. Dia juga melakukan hal yang sama pada Arina. Padahal sebetulnya Rafif sangat canggung dan tidak ingin mencium kening Arina di depan Felisa, akan tetapi ia tidak mau dianggap suami yang tidak adil dan pilih kasih.

“Iya sama-sama. Terima kasih kalian sudah mengerti aku, kalian adalah perempuan-perempuan yang luar biasa, aku sangat beruntung memiliki kalian berdua,” ucap Rafif.

Mereka menikmati sarapan bersama. Setelah sarapan Rafif mengajak Arina dan Felisa pergi bertiga. Tidak pernah terpikirkan oleh Rafif, kalau dirinya akan memiliki dua istri sekarang. Meskipun terpaksa, Rafif tetap akan memperlakukan Arina dengan baik, dia juga sedang berusaha menerima Arina dengan baik, juga akan berusaha menjalankan tugasnya sebagai suami dengan Arina.

Mereka duduk di tepi telaga, bertiga menikmati pagi yang masih ranum. Rafif duduk di tengah-tengah mereka, mengajak ngobrol kedua istrinya.

Sudah cukup lama mereka duduk bersama, menikmati udara segar di tepi telaga. Rafif mengajak kedua istrinya untuk pulang, dia tahu Felisa sudah kelihatan sangat lelah. Felisa duduk di kursi rodanya, karena Rafif tidak mau Felisa capek. Berjalan dari rumah ke tepi telaga tidak cukup jauh, akan tetapi ia tidak mau Felisa jalan kaki.

Sesampainya di rumah, Rafif mengantar Felisa ke kamar, lalu menemani Felisa istirahat. Felisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Keluar sebentar saja rasanya cukup lelah, padahal dia hanya duduk di kursi roda saja, tidak jalan kaki. Rafif ikut tidur di sebelah Felisa, ia peluk Felisa dari belakang.

“Kalau aku tidur, mas ke kamar Arina, ya? Mas ini suaminya, sampai kapan mas gak akan nyentuh dia? Jangan siksa batin Arina, juga batinmu, Mas. Aku ini sudah tidak bisa memberikan apa yang kamu butuhkan, Mas. Aku tidak mau menyiksa kamu,” ucap Felisa.

“Fe ... ini bukan masalah kebutuhan batinku, ini masalah hati juga. Bagaimana bisa aku melakukannya tanpa menggunakan hati? Tanpa menggunakan cinta?” ucap Rafif.

“Bukankah dulu kita seperti itu?” ucap Felisa.

“Iya, sampai beberapa bulan aku baru menyentuhmu, setelah aku jatuh cinta denganmu, dan aku baru merasakan sangat jatuh cinta sama kamu saja di tahun kedua. Aku sudah benar-benar sangat mencintaimu, dan melupakan Arina sepenuhnya, tepat di dua tahun usia pernikahan kita. Benih cinta itu tumbuh sempurna di hatiku, hanya untukmu, Fe,” jawab Rafif.

“Kamu ini lebih dulu jatuh cinta dengan Arina, ketimbang denganku, Mas. Aku yakin kamu akan mencintai Arina lagi, coba mas, jangan seperti ini. Aku hadiahkan Arina untuk kamu, supaya kamu bahagia, bukan dilema seperti ini. Aku rela berbagi semua ini demi kamu, demi anakku supaya nanti jika aku tidak ada, ada ibu yang mendampinginya, yaitu Arina.”

“Fe ... jangan bicara seperti itu, umur seseorang tidak ada yang tahu,” ucap Rafif.

“Tapi vonis dokter kan bisa pasti, Mas,” jawab Felisa.

“Sudah istirahat, ya? Jangan mikir apa-apa. Lusa kita ke Jakarta, kontrol ke rumah sakit,” ucap Rafif.

“Aku capek, Mas. Gak usah ke rumah sakit, ya?”

“Fe ... jangan begitu, kasihan anak kita juga,” tutur Rafif.

“Seminggu lagi, ya? Aku masih pengin di sini, Mas,” pinta Felisa.

“Fe ... lusa, ya? Kamu harus dipantau dokter, Fe.”

“Kan ada Arina di sini, Mas? Seminggu lagi, ya? please ....” Pintanya sedikit memaksa.

“Harus lusa sayang, meskipun ada Arina juga tetap saja kan butuh peralatan medis yang memadai? Lusa ya, jangan ditunda?”

“Ya sudah, tapi mas habis ini ke kamar Arina ya?” pinta Felisa.

“Iya, nanti. Ayo aku temani kamu istirahat.”

Rafif memeluk Felisa. Dia merasakan tubuh Felisa yang semakin kurus. Perutnya sudah terlihat membuncit.

“Ya Allah ... tubuh kamu tambah kecil seperti ini, Fe? Aku tidak tega sekali. Kenapa Allah memberikan cobaan pada orang sebaik kamu, Sayang. Yang kuat, Fe. Aku akan selalu bersamamu. Aku yakin kamu pasti bisa melewati semua ini,” batin Rafif.

Rafif keluar dari kamarnya. Dia berpapasan dengan Arina yang juga baru keluar dari kamarnya. Arina baru saja dapat telefon dari dokter yang juga menangani Felisa. Beliau bilang, Felisa tetap harus terpantau kondisinya.

“Mas, Felisa di mana?” tanya Arina.

“Dia tidur, Rin,” jawab Rafif.

“Mas, sepertinya Felisa harus segera kembali ke rumah sakit, takutnya kalau kelamaan di rumah, dan tidak terpantau dokter, akan kolaps lagi. Iya sih ada aku, tapi kan gak ada peralatan yang memadai, Mas?” tutur Arina.

“Iya, tadi aku sempat bicarakan pada Felisa. Aku minta lusa untuk kembali ke Jakarta, ke rumah sakit, tapi dia tidak mau. Maunya seminggu lagi. Katanya masih pengin di rumah, Rin,” ucap Rafif. “Tapi aku bujuk mau sih, ya gak tahu nantinya berubah pikian apa gak,” imbuhnya.

“Nanti aku bujuk lagi, Mas,” ucap Arina.

“Iya, nanti kamu coba bujuk dia ya, Rin?” ucap Rafif.

“Oke.” Jawab Arina lalu kembali ke kamar lagi.

“Ehm ... Arina, tunggu!” Rafif menghentikan langkah kaki Arina yang akan masuk ke dalam kamar.

“Ada apa, Mas?” tanya Arina.

“Bo—boleh aku masuk kamarmu? Ada yang ingin aku bicarakan,” pinta Rafif.

“Ya boleh,” jawab Arina.

Arina membiarkan Rafif masuk ke kamarnya. Rafif duduk di sofa yang ada di kamarnya, lalu Arina mendekatinya dan ikut duduk di sebelah Rafif.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!