NovelToon NovelToon
Melihat Kematian Dari Cermin

Melihat Kematian Dari Cermin

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Mata Batin / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: ERiyy Alma

Nafisa, gadis istimewa yang terlahir dari seorang ibu yang memiliki kemampuan istimewa. Tumbuh menjadi gadis suram karena kemampuan aneh yang dimiliki.

Melihat tanda kematian lewat pantulan cermin, membuatnya enggan bercermin seumur hidupnya. Suatu ketika ia terpaksa harus berdamai dengan keadaannya sendiri, perlahan ia mulai berubah. Dengan bantuan sang sahabat, ia menolong orang-orang yang memiliki tanda kematian itu sendiri.

Simak kisah menarik Nafisa, kisah persahabatan dan cinta, juga perjuangan seorang gadis menerima takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ERiyy Alma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cermin 13

Suara gelas kaca beradu dengan lantai menggema dalam sebuah ruangan besar nan mewah, tiap remukannya seolah menggambarkan betapa hancurnya hati seorang gadis yang menatap nanar keadaan sekitar. Gelas kaca bukanlah korban pertama, melainkan sudah banyak benda-benda berharga lain yang pecah. Semua itu ulah satu orang, hanya satu orang yang bisa berbuat demikian di kediamannya ini.

“Otakmu sudah makin tumpul? rupanya memang perlu dipertajam lagi agar kamu mengerti!” hardiknya berjalan mendekati sang putri.

“Ampun, ampun Ayah, kumohon maaf, maafkan Alena kali ini saja.”

“Jal*ng kecil, berapa kali maaf kuberikan padamu! hanya mempertahankan nilai saja tak becus? kalah dengan gadis penyakitan, cuih…”

“Aaaah…” Alena menjerit kuat tatkala rambut panjangnya ditarik paksa oleh sang ayah, ayah kandungnya itu terkenal kejam dan selalu menerapkan standar tinggi untuknya. Tak ada istilah kegagalan dalam kamus hidup keluarga mereka dan itulah yang membuat mereka mampu mempertahankan kejayaan keluarga dalam waktu yang lama.

Namun, karena itu juga Yohan Asten menjadi sosok orang tua kejam, sekali pun tak ada izin untuk kegagalan dalam hidup putrinya, dan jika Alena melanggar peraturan ini maka beginilah hukumannya.

“Maafkan aku Ayah, aku janji akan lebih baik lagi kedepannya.”

“Akan lebih baik lagi? tidakkah kau berpikir salah memilih kalimat? akan lebih baik lagi berarti memberi kesempatan kegagalan kembali hadir dalam hidupmu.”

Mata Alena mengerjap ketakutan, sulit baginya berbicara dengan sang ayah, lelaki yang seharusnya menjadi pelindung itu tak bisa ditebak, isi hati dan pikiran hanya dia dan tuhan yang tahu. Kalau saja ibunya masih ada, pasti akan ada yang membela. Sayang, hanya ada ibu tiri yang kini menatapnya dengan seringai puas di samping pintu.

“Sekali lagi ayah temukan nilai seperti ini, ayah pastikan hukumanmu jauh lebih berat, mengerti!”

Alena mengangguk cepat, sang ayah melepaskan tangan dari rambutnya, lantas melempar sebuah kertas ulangan sekolah Alena dengan nilai 80 itu, untuk ukuran orang lain mungkin nilai itu sudah besar, tapi bagi ayah Alena itu kesalahan fatal.

Seorang pembantu rumah tangga berlari tergopoh mendekati ayah dan anak itu, wanita berpakaian seragam pelayan keluarga Asten itu menunduk dalam, sembari berkata, “maaf Tuan, ada tamu,” ucapnya.

“Siapa?”

“Sepertinya teman Non Alena,” jawabnya.

Yohan melirik sang putri, gadis itu bahkan tak berani mengangkat kepala, bersimpuh di atas lantai yang dingin dengan pecahan gelas di samping tubuh, Alena menekan jarinya yang terluka, darah segar mengalir di sana. Ia mendesis pelan merasakan perih yang menjalar di tangannya.

“Siapa nama tamu putriku?”

“Katanya Arjuna, Tuan.”

Alena mendongak demi mendengar nama Arjuna disebut, ini kali pertama lelaki itu datang berkunjung, Alena khawatir sang ayah tak menerima kedatangan lelaki itu, secepat kilat ia memikirkan sebuah alasan bagus untuk membiarkan Arjuna lolos dari bahaya.

“Ah, Ayah. Arjuna itu teman sekelas Al, dia salah satu juara kelas, rencana kami akan belajar bersama,” ucapnya.

Mata Yohan memicing tajam, mengorek kejujuran dari mimik wajah sang putri, Alena tak gentar mendapat tatapan seperti ini, baginya yang terpenting kini adalah menyelamatkan Arjuna yang tak tahu apa-apa dari amukan sang ayah yang tak terkendali. Cukup lama menanti, anggukan kepala Yohan membuatnya bisa bernafas lega.

“Terimakasih Ayah, terimakasih,” katanya.

Yohan berlalu dari tempat, sang ibu tiri mengikuti suaminya. Alena meminta pelayan membersihkan ruangan, sementara dirinya menghapus air mata dan sedikit membenahi riasan di wajah sebelum menemui Arjuna di depan pintu.

Setelah memastikan tampilannya rapi, Alena berlari keluar rumah. Membuka pintu utama dan menemukan Arjuna berdiri di sana, lelaki itu menatapnya sebentar lalu menyerahkan sebuah kantong plastik berisi beberapa cemilan padanya.

“Hai Al, aku… datang untuk meminta maaf.”

“Hmm? maaf untuk apa?” Mata Alena berbinar, kejadian saat ini seolah mimpi. Garis bibirnya tak henti merekah, bagai bunga di taman yang sedang mekar indah.

“Kejadian tadi pagi, aku tak sopan padamu padahal kamu sudah memberiku hadiah.”

“Ini sungguh Arjuna? mimpi apa aku semalam ya,” ujarnya seolah tak memperdulikan ucapan lelaki itu sendiri. Alena menarik tangan Arjuna, mengajaknya masuk ke dalam rumah. Awalnya Arjuna ingin menolak karena segan, tapi saat mengingat niat kedatangannya, lelaki itu pun pasrah.

Alena membawanya naik ke lantai dua, rumah besar dan mewah itu tampak hening dan dingin, Arjuna hanya melirik sekilas sembari menapak lantai keramik anak tangga. Pada anak tangga terakhir ia dikejutkan dengan keberadaan seorang lelaki paruh baya yang bersedekap dada, menatapnya tajam. Dan ternyata bukan hanya dirinya yang terkejut melainkan gadis di sampingnya pun demikian.

“Kamu yang namanya Arjuna?” tanya lelaki itu, suaranya datar, lembut dan dalam. Arjuna sulit mendefinisikan suara yang membuatnya merinding itu, suara yang mampu mengintimidasi lawan bicaranya.

“I-iya Om,” jawab Arjuna lirih.

“Peringkat berapa kamu di kelas?”

“Kadang satu kadang dua Om.” Arjuna melirik Alena, seolah menuntut jawaban atas sikap aneh sang ayah di perjumpaan pertama mereka. Namun, Alena hanya menunduk memainkan jari jemarinya yang terluka, dan Arjuna baru menyadari itu.

Ayah Alena tertawa lirih, mengibaskan satu tangan di depan wajah Arjuna. “Baiklah, aku terima kedatanganmu di rumahku, dan ajari putriku yang bodoh ini,” ucapnya sambil berlalu.

Arjuna merasa aneh dengan situasi ini, entah kenapa timbul perasaan iba pada gadis di sebelahnya yang hanya diam. Namun, ia sadar harus tetap fokus pada tujuan.

“Al, kamu mau mengajakku kemana?” tanya Arjuna mencoba mencairkan ketegangan di antara mereka.

Alena memaksakan sebuah senyuman, berjalan lebih dulu dan masuk ke dalam sebuah kamar. Arjuna merasa tak harus masuk dan memutuskan menunggu di luar. Alena keluar dengan tas sekolahnya, lalu membawa Arjuna menuju sebuah ruang bersantai.

“Arjun, maaf kalau aku mengajakmu belajar. Padahal ini bukan tujuanmu datang kesini kan?”

“Oh, tidak masalah, kita sudah berada di kelas akhir sudah seharusnya jika ayahmu ingin kita belajar lebih giat.”

Alena tersenyum samar, mulai mengeluarkan buku pelajaran dan beberapa kertas berisi soal latihan. Arjuna juga melihat kotak pensil yang dikatakan Fisa dan Nuria padanya, hatinya berdebar keras saat melihat Alena membuka kotak pensil dan terpampang nyata sebuah flashdisk yang menjadi tujuannya datang ke tempat ini.

Arjuna melihat bagaimana Alena menyimpannya dengan penuh kehati-hatian, seolah benda kecil itu adalah sesuatu yang sangat berharga baginya.

“Arjun, aku tinggal dulu ya. Oh iya, kamu mau minum apa?” tanyanya.

“Ah, i-itu… terserah kamu saja Al.”

Alena mengangguk mengerti, meraih flashdisk dan membawanya turun ke lantai dasar. Arjuna menghembuskan nafas kasar, rupanya Alena begitu menjaga benda kecil berwarna hitam itu, ia harus memutar otak untuk bisa mendapatkan benda itu hari ini juga, sebab waktu yang dimilikinya tidaklah banyak.

...

1
Heri Wibowo
mungkin Husein cemburu melihat anaknya dekat dengan cowok
ERiyy Alma: Biasa Kak, bapak-bapak posesif ama putrinya. 🤭
total 1 replies
ERiyy Alma
Haloha readers tercinta, mohon maaf untuk hari ini author belum bisa update karena ada acara keluarga mendadak. Insya Allah next ya... makasih 🙏
Heri Wibowo
beruntung Arjuna diasuh di dalam keluarga penyayang.
Heri Wibowo
lanjut kak
Heri Wibowo
lanjut kakak
Heri Wibowo
lanjut kak.
Heri Wibowo
lanjut kakak.
Heri Wibowo
lanjut kak.
Heri Wibowo
takdir kematian sudah ditetapkan, tidak ada satu manusia pun bisa menghindarinya.
ERiyy Alma
Maaf ya agak telat, sudah update dari semalam sebenarnya. Tapi entahlah kenapa bisa baru muncul. 🤭🙏
Heri Wibowo
Terima kasih double update-nya kakak
ERiyy Alma: sama-sama... 😊
total 1 replies
Heri Wibowo
Alhamdulillah Ana bisa diselamatkan
ERiyy Alma
Maaf, untuk bab selanjutnya mungkin agak molor ya. Karena hari ini acara author padat sekali. Tapi, insya Allah next bisa langsung dua bab. hehe 🙏🤭
Heri Wibowo
lanjut kakak.
Heri Wibowo
ditunggu update selanjutnya kakak
Heri Wibowo: oke kakak
ERiyy Alma: Tunggu ya Kak, insya Allah nanti kalau udah longgar bakal update normal, sehari 2x kayak biasa. Beberapa hari ini memang lagi ada acara, jadi padet jadwalnya. Hehe..😅🙏
total 2 replies
Werewolf hayho
Jadi itu yg bkin Alena nakal, hmz..
Heri Wibowo
dibalik kenakalan Alena di sekolah ternyata dia sering mendapatkan kekerasan dari ayahnya
Heri Wibowo
Apa mungkin Hana bisa diselamatkan ya
Heri Wibowo
Iyah gantung, lanjut kakak.
Heri Wibowo
nggak apa-apa Kak yang penting update setiap hari
ERiyy Alma: insya Allah diusahakan Kak... 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!