Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
"aku ke kamar dulu, permisi." ucapnya berlalu dari hadapan Zein sambil menunduk.
Aroma lembut dari tubuh Rafdelia sempat tercium oleh hidung Zein. Lagi-lagi otaknya traveling entah kemana. mungkin juga karena efek sedikit mabuk yang membuat otaknya kurang kondusif. Ya pasti karena itu, pikir Zein.
"Gila!! Efek mabuk bikin aku jadi gak waras gini. Gimana bisa aku tadi bergairah melihat perempuan itu... Gak pernah biasanya aku begini. Sadar Zein! Dia bukan Gina!!" jangan sampai kamu tergoda sama perempuan kayak gitu!!" Zein menepuk-nepuk pipinya menyadarkan dirinya.
Ketika Zein hendak melangkah ke kamarnya, tanpa sengaja ia melihat meja makan yang masih ada makanan yang tertutup diatasnya. Zein mendekati meja makan dan membuka tutup makanan tersebut.
"Ternyata dia benar-benar menyiapkan semua ini, apa dia juga menunggu ku pulang dari tadi?" entah kenapa Zein sedikit merasa kasian pada Rafdelia.
Zein duduk di kursi dan mengambil piring, memasukkan beberapa jenis makanan yang sudah dingin itu kedalamnya. Ia pun langsung memakannya karena memang dia agak lapar.
"Hmmm...not bad." Zein terus mengunyah makanan dalam mulutnya sambil mengangguk-angguk.
Pagi hari...
Rafdelia telah berada di dapur, ia sedang membuat sarapan pagi dengan memakai kaos longgar dan rambut panjangnya disanggul keatas agar tidak menggangu pekerjaannya.
"Ternyata semalam tuan Zein memakan makan malamnya ya? Padahal udah dingin. Kasian juga, kalau tau pasti aku bantuin angetin dulu." batin Rafdelia sambil terus memegang sandwich.
Zein yang sudah dari tadi berdiri disana, diam-diam mengamati Rafdelia yang sedang memasak, Rafdelia cukup cekatan ternyata dalam urusan dapur. Begitulah pikirnya.
"Ehem." Zein berdehem.
"Ah tuan Zein...anda sudah bangun? Ayo sarapan..." Rafdelia yang sedikit kaget dengan kehadiran Zein langsung mempersilahkan pria itu untuk duduk di kursi meja makan.
Zein berjalan menuju meja makan sambil memijit pelipisnya yang terasa agak nyeri.
"Kamu kenapa gak bangunin saya sih, saya jadi telat ke kantor."
"udah tau, dari tadi aku udah ketuk-ketuk pintu kamar anda tapi gak ada respon. Kirain anda lagi mandi.." jawab Rafdelia sambil meletakkan secangkir kopi hitam di hadapan Zein, karena ia ingat pesan Adrian jika tuannya itu selalu meminum kopi di pagi hari.
"Harusnya kamu masuk dan pastikan saya benar-benar udah bangun apa belum, jangan cuma ngetuk ngetuk pintu aja, mana saya dengar." Zein berbicara dengan wajah sedikit kesal.
"satu lagi, harusnya kamu juga siapin air hangat saya buat mandi sama siapin pakaian saya. Gimana sih, Adrian gak ngasih tau kamu memangnya apa saja tugas kamu disini!" tambahnya lagi.
Rafdelia melongo mendengar ucapan Zein barusan.
"Aku gak salah dengar, tuan? Perasaan pak Adrian kemarin bilang kalau gak ada orang yang boleh masuk ke kamar anda. Jadi mana aku berani masuk-masuk kamar anda tanpa izin, apalagi kalau anda Masi tidur."
Zein terdiam mendengar jawaban Rafdelia, memang dia melarang siapapun masuk ke kamarnya termasuk Rafdelia. Bahkan art yang bekerja sebelumnya tidak berani masuk kamar Zein kecuali untuk bersih-bersih dan ngambil pakaian kotor saja. Itupun tidak boleh berlama-lama.
"Baiklah..kalau begitu mulai sekarang kamu saya izinkan masuk ke kamar saya. Tugas kamu tiap pagi harus bangunin saya, nyiapin air mandi dan pakaian saya. Kamu juga harus selalu memastikan kamar saya selalu bersih dan rapi tanpa menyentuh barang-barang berharga saya lainnya. kamu mengerti!" tegas Zein.
"Harus segitunya banget ya? Pake harus dibangunin langsung tiap pagi sama diurus seditail itu? Apa art sebelumnya gitu juga tuan?" Rafdelia bertanya karena merasa heran.
"Kamu gak usah banyak tanya! Cukup lakukan saja apa yang saya bilang tadi." Zein langsung meminum kopinya yang sudah disediakan Rafdelia tadi. Ia tidak mau Rafdelia banyak bertanya karena memang art sebelumnya tidak pernah melakukan hal itu. tapi entah kenapa Zein ingin Rafdelia melakukan hal itu setiap hari untuknya. Dalam hatinya ia hanya ingin memberi banyak pekerjaan pada Rafdelia agar gadis itu kesal karena menikah dengan seorang Zein bukannya mendapatkan kesenangan dan kemewahan, tapi malah diberi banyak kerjaan. Zein tersenyum sendiri dengan ide jahilnya itu.