Kayshan shock mendengar diagnosa dokter atas Gauri, otaknya berpikir cepat untuk melakukan serangkaian prosedur medis demi kesembuhan sang anak.
Masalah timbul ketika Kay harus mencari ibu kandung putrinya. Geisha pasti akan menolak sebab teringat masa lalu pernikahan mereka. Gauri adalah pembawa petaka baginya saat itu.
Semua kian runyam manakala Gauri menolak tindakan medis dan menutup diri, Kayshan terpaksa mendatangkan seseorang untuk membujuk Gauri agar bersedia berobat sembari terus meyakinkan Geisha.
Siapa sosok lembut yang akan hadir? Mampukah dia membuat Gauri luluh? Apakah segala upaya Kayshan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14. DRAMA ROMANTIS
"Oh yeee?" lirih Katrin, membalas tatapan Gauri dengan bibir menye-menye.
Gadis kecil memicing, seakan menegaskan bahwa wanita tersebut auto tereleminasi dari daftar calon mama sambungnya.
Ketika telah mencapai fasad depan cluster ruang perawatan, Kayshan melarang Katrin masuk ke dalam. Dia meminta wanita itu untuk menunggu di sana sementara dirinya memindahkan Gauri ke dalam.
"Tunggulah di sini. Duduk saja di ruang itu," ujar Kayshan pada Katrin seraya menunjuk teras mini di depan tembok cluster.
"Kenapa gak boleh masuk?" tanya Katrin seolah tak peduli.
"Ada bunda," balas Gauri, ketus.
"Lah, justru biar bunda kamu gak salah paham. Aku masuk dan kita kenalan," elaknya sedikit memaksa.
Gauri hanya diam tak membalas, tatapannya garang. Dia menarik lengan Kayshan agar lekas pergi menjauh dari si wanita belang.
"Loh, masih di sini?" suara Elea bergabung menyusul mereka.
"Bundaaaaa!" rengek Gauri melihat Elea tiba.
"Capek ya, Sayang. Daddy ada tamu. Kita masuk, yuk," bujuk Elea, khawatir Katrin mengundang keributan.
Gauri terlihat lelah, kepalanya mulai menggeleng ke kanan dan kiri tanda dia sudah tidak nyaman.
"Iya, iya. Ayo, Bun masuk," kata Kayshan menyilakan Elea lebih dulu berjalan di depan mereka ketika mendekati ambang pintu.
"Katrin, tunggu di sini," tegas Kayshan lagi. Dia lalu melanjutkan langkah masuk ke dalam.
"Eh, Kay! Kay!" cecar Katrin memanggil si pria tampan.
Kayshan berpesan pada suster agar tak mengizinkan tamunya masuk ke ruangan Gauri demi menjaga emosi sang anak sambung.
Knop pintu dibuka Elea, tampak Kamala yang ikut bangkit menyiapkan ranjang Gauri agar Kayshan lebih mudah memindahkan cucunya.
Dia akan pulang kembali ke Indonesia. Ghazwan enterprise sementara diambil alih olehnya dan Gery, selama Kay mengurus cucu emas di Malaysia.
"Alhamdulillah. Istirahat sebentar ya sebelum minum obat," ucap Kay seraya mengelus kepala keponakannya.
Gauri hanya menggangguk, tapi enggan melepaskan pamannya pergi. Dia takut Kay akan menemui wanita itu dan Gauri tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Oma pulang dulu, ya. Nanti ke sini lagi," ujar Kamala, menghampiri ranjang dan menciumi wajah cucu semata wayang.
"Hati-hati, Ma. Gery bilang nunggu di lobby. Ayo ku antar ke bawah," kata sang putra bungsu.
"Gak usah. Anakmu rewel nanti, mama bisa lah kalau cuma ke lobby," kekehnya seraya melambaikan tangan.
Kamala pamit bertepatan kala Elea hendak memindahkan brangkar mini ke luar kamar. Dia membungkukkan badan pada sang nyonya sebagai penanda bahwa Elea menghormati beliau meski tak mengantarnya ke depan.
Katrin menyelinap masuk begitu mudah ketika Kamala baru saja keluar dan pintu memiliki celah sebelum menutup sempurna. Dia menahan panel lalu berlari menghampiri Elea yang akan masuk ke dalam kamar.
"Hoy, kamu!" seru Katrin untuk Elea.
"Miss!" teriakan suster menggema sebab Katrin menerobos masuk.
"Biarkan, tak apa," kata Elea, mencegah teguran tegas tenaga medis pada tamu Kayshan.
"Oke, Mam." Dua orang suster pun kembali ke tempatnya.
"Tolong. Aku butuh bicara dengan Kay," ucapnya sedikit terengah-engah.
Mendengar keributan di luar kamar, Kayshan keluar. Dia cemas Elea terluka atau ada hal lainnya yang mengganggu sang pengasuh.
"Ada apa lagi?" tanya Kay lesu, kala melihat Katrin masuk ke cluster.
"Kau utang penjelasan padaku," ujar sang gadis. "Nih, kesukaan kamu. Aku masih ingat," imbuh Katrin, menyerahkan parcel buah favorit Kayshan.
"Bun, tolong bawa ke dalam. Jika ingin bicara, harus di depan dia," ucap Kayshan, melirik dan meminta Elea menerima uluran bingkisan dari Katrin.
Elea menerima parcel buah dari Katrin meski gadis itu terlihat tak ikhlas menyerahkan padanya.
"Ini kan pribadi, kenapa harus ada dia?" protesnya lagi.
"Mau atau tidak?" balas Kay, berbalik badan dan masuk ke dalam diikuti Elea.
Tidak ada pilihan lain. Katrin akhirnya mengikuti mereka masuk ke kamar perawatan.
Respon Gauri ketika melihat Katrin masuk adalah merengek pada Elea dan Kayshan agar tak menjauh darinya, sementara wanita pengganggu duduk di sofa.
"Daddy, yang ini sakit, usap usap . Bundaaaa, aku mau dibacakan buku Little Abid yang judulnya anak hebat dari bunda hebat," pinta sang bocah sengaja membuat kedua orang disampingnya sibuk sehingga mengacuhkan Katrin.
"Bunda usap-usap. Daddy baca buku, gimana?" tawar Kay sebab khawatir jemarinya tak hati-hati dan menyentuh luka bekas operasi.
Gauri mengangguk, dia tersenyum manis pada ayah sambungnya.
"Bun!" Kay menjauh agar Elea pindah ke sisi ranjang sementara dirinya naik dan duduk di ujung brangkar.
Elea hanya mengangguk lalu tersenyum saat akan mencium pipi Gauri.
"Nakal, ya. Lele gigit pipi Oyi nanti," bisik Elea paham bahwa ini hanya akal-akalan Gauri.
Gadis cilik itu tertawa riang sebab pengasuhnya asik di ajak sekongkol. Gauri juga tak henti tersenyum, terkekeh saat Kay menirukan berbagai macam suara tokoh yang dia baca, persis gaya Elea ketika mendongeng.
Katrin jengah disuguhi pemandangan manis keluarga kecil Kayshan. Dia beberapa kali menghentakkan kaki, sebagai isyarat bahwa dirinya masih di sana dan ingin meminta sedikit waktu Kayshan.
Elea menangkap gelagat kurang baik dari Katrin sehingga meminta Kay menyelesaikan urusan dengannya agar Gauri tidak tertekan.
"Pergilah," ucap Elea lirih saat Gauri mulai dalam kondisi mengantuk.
"Nanti kalau Oyi bobok. Biarkan saja dulu, dia sudah konsumsi minuman kukubimo sehingga roso roso dalam hal menunggu," kekeh Kayshan ditimpali senyuman manis Elea.
"Serah kalau gitu," balas sang pengasuh, mulai acuh.
"Jangan ngambek, Bun. Aku gak ada hubungan apapun sama dia," ucap Kay disertai senyuman sembari merapikan buku-buku Gauri.
Tiba-tiba.
"Ehheemm!" suara Katrin mencoba mengalihkan perhatian keduanya.
"Sabar ya, Mbak. Gauri masih lelah dan rewel. Nanti juga Mas Kay akan menjelaskan apa yang Anda pinta," kata Elea, menoleh sekilas ke arah sang tamu.
Deg.
"Mas. Dia panggil aku, Mas," batin Kayshan. Dia tersenyum simpul memandang Elea.
Elea turun dari ranjang lalu menuju mini pantry mengambil air mineral untuk Katrin, sebab dia merasa Kay belum menghormati tamu dengan benar.
"Pergilah," pinta Elea melihat pada Kay sebab mulai jengah dengan ulah Katrin yang terus menghentakkan hak sepatunya ke lantai sehingga menimbulkan suara bising.
Kayshan mengangguk, dia lalu mengajak Katrin keluar ruangan.
Ternyata, Gauri belum sepenuhnya tidur. Saat Elea akan menutup tirai, suara Gauri mengejutkannya.
"Lele kenapa ngasih izin daddy pergi? orang itu akan ambil daddy dari aku," kesal Gauri, dia memukul sisi ranjangnya.
"Enggak akan. Daddy punya Oyi, kan?" sambut Elea.
Ucapan sang pengasuh agaknya tidak akurat kali ini. Gauri ngambek lagi enggan melihat ke arah Elea yang membujuknya. Dia menolak minum obat bahkan sekedar mencicipi buah.
"Duh, marah lagi," keluh Elea, duduk di kursi sisi brangkar.
Hening.
Elea memilih bersalawat thibbil kulub, lirih dan merdu sambil berdoa untuk Gauri. Dia memilih diam mengalah agar emosi anak asuhnya mereda.
Tidak semua yang diam tiada mampu bicara, kadang kala memilih tetap diam supaya tak menyakiti orang lain. Elea menerapkan ilmu ngaji diri dalam menghadapi Gauri. Allah menciptakan dua telinga dan satu mulut, tentu ingin agar manusia lebih banyak mendengar daripada bicara.
Setelah beberapa menit berlalu.
"Lele!" Gauri memanggil pengasuhnya.
"Beik, Salihah. Kenapa?" jawab Elea lembut, bangkit mendekat ke ranjang.
"Tolong cari daddy. Ajak ke sini lagi jika ingin aku gak marah sama Lele," pintanya pelan, masih enggan menatap manik mata pengasuhnya.
Glek.
Permintaan Gauri terasa sederhana, tetapi seakan berat untuk Elea lakukan.
"Harus? ... Lele panggil suster buat nemenin Oyi, oke?" usul Elea diangguki gadis cilik.
Dengan berat langkah, Elea mengikuti keinginan Gauri meski hati enggan. Dia hanya akan memutar cluster dan berdiri di luar kamar layaknya sedang mencari Kayshan.
.
.
...____________________...
...Beik artinya iya, dalem, hadir. Jawaban khas anak santri 🤭....
aku sampai speechles lanjutin bacanya mommy, baru komen lagi di sini , gk kuat bangett😭😭😭😭😭😭
ehhh bener juga sihhh