Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 23
Sampai di rumah, Raina di sambut dengan begitu senang oleh Chan dan juga kedua orang tua Bagus. Pun dengan Bik Yah dan Pak Bajo, mereka memberi selamat atas perpisahan Raina dan Rusman.
Atas instruksi Asih, Bik Yah masak dengan porsi banyak dan juga beragam. Ini sudah jam makan siang juga yang memang sengaja untuk menyambut Raina.
"Selamat ya, Nak. Akhirnya kamu terlepas dari belenggu itu. Semoga kedepannya kamu semakin bahagia,"ucap Asri dengan sangat tulus. Dia sungguh merasa senang dengan keputusan cerai yang cepat diambil oleh Raina.
"Semoga selalu bahagia,"imbuh Budi. Dia juga merasa senang melihat wajah Raina yang sudah menemukan cahayanya. Aura wajah Raina yang sebelumnya bak langit mendung, kini sudah seperti pagi hari yang disinari oleh mentari.
"Terimakasih Pak, Bu. Sungguh terimakasih banyak."
Raina tidak bisa menahan rasa haru. Kasih sayang yang begitu hangat ini, nyatanya bisa dia rasakan meski hanya sesaat. Namun sungguh dia sangat bahagia mendapat perhatian dari nenek dan kakek Chan. Seolah dia memiliki kedua orang tua yang salama begitu diinginkannya.
Air mata Raina tak terbendung, dan itu cukup membuat semua yang ada di rumah itu cukup terharu.
"Sus Ai kenapa nanis ladi? Sus Ai sedih ladi ya? Siapa yan nakalin Sus, coba bilan Yayah bial Yayah yang ulus."
Hahaha
Semua tertawa mendengar ucapan Chan. Bocah itu sungguh sangat peka dengan kondisi Raina. Sungguh bonding yang sangat kuat layaknya ibu dan anak.
"Sus Ai nggak sedih kok, Chan. Sus Ai sedang merasa senang. Sus Ai sangat bahagia sehingga air mata Sus Ai keluar sendiri. Dan Sus Ai bahagia karena mulai sekarang bisa main dan nemenin Chan sepuas Cha."
"Woaaah benelan, asiiiik. Talau ditu, sekalang Sus Ai tindal di sini kan?"
Raina mengangguk, dia sudah menyetujui permintaan bagus untuk bekerja full di rumah ini.
"Asiiiik, Chan sayang Sus Ai. Oh kalau ditu, Sus Ai jadi bundanya Chan aja ya."
Uhuk uhuk uhuk
Hahaha
Kini yang batuk bukan cuma Bagus tapi Raina juga. Dua orang single, yang satu duda dan yang satu janda baru itu terkejut dengan ucapan Chan. Sedangkan yang lainnya hanya tertawa.
Asri sungguh tidak menyangka bahwa Chan benar-benar begitu mendesak Raina. Ini cukup membuat Raina tampak kebingungan.
"Sudah sudah, sekarang makan ya. Chan makan juga ya biar sehat. Chan nggak mau kan masuk rumah sakit lagi?"
Chan mengangguk, dia kemudian menyendok nasi yang sudah ada di piringnya. Meskipun masih sedikit belepotan, tapi Chan sudah bisa makan sendiri dengan tenang.
Raina bernafas lega, Asri bisa membelokkan suasana sehingga ucapan Chan tadi menjadi kabur diterpa angin.
Mereka makan dengan sangat tenang. Ada sesuatu yang Raina rasakan, dia sungguh mampu makan dan menelan makanannya dengan nyaman. Dia juga bisa merasakan betapa enaknya makanan itu masuk ke dalam mulut dan perutnya.
"Terimakasih Ya Allah atas nikmat mu. Terimakasih sudah memberiku kebebasan dari belenggu yang menyiksaku itu. Aku janji akan lebih mencintai diriku sendiri dan aku janji akan hidup lebih baik lagi."
Berbeda dengan Rusman, saat ini tepatnya di dalam rumahnya dia masih tergugu kebingungan. Bukan menyesali perpisahannya dengan Raina tapi bingung bagaimana hidup kedepannya. Apalagi minggu depan dirinya akan menikah dengan Suci.
Urusan pendaftaran pernikahan di KUA sudah selesai. Seperti yang dia katakan kepada Suci bahwa merak akan menikah setelah ketok palu perceraian.
Drtzzz
Ponsel Rusman berbunyi, baru saja dipikirkan, wanita itu sudah menelpon.
"Mas, gimana. Semua lancar?"
"Iya lancar. Soal ke KUA besok, gimana apa sudah beres?"
Mau tidak mau Rusman tetap harus bertanya. Dia tidak mungkin terlihat acuh tak acuh kepada wanita yang akan jadi istrinya dalam waktu satu minggu lagi itu.
"Iya beres. Aku juga udah pesen kebaya dan juga make-up. Habisnya 5 juta. Ehmm kamu kapan mau kasih aku uangnya mas?"
Apa?
Rusman terkejut bukan main. Dalam pikirannya, masa hanya untuk baju dan make-up bisa semahal itu?
Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung, itu yang saat ini dipikirannya.
Sekarang saja untuk membayar cicilan motor, dia sudah sangat kebingungan. Ini ditambah biaya pernikahan yang kenyataannya memanglah tidak sedikit. Setelah menikah di KUA, dia juga harus membuat syukuran kecil-kecilan di kampung Suci, agar semua waga tahu dia dan Suci sudah menikah.
"Nanti ya aku kasih. Ya udah kalau gitu, aku mau ke toilet. dari tadi mules, hehehe."
"Oh oke Mas, aku tunggu ya."
Tuuuut
Panggilan selesai dengan Rusman yang mencari alasan. Dia sebenarnya sama sekali tidak ingin pergi ke toilet. Rasa mulas yang dirasakan pada perutnya bukan karena panggilan alam, melainkan karena jumlah uang yang harus dia keluarkan nantinya.
Blaaak!
Rusman membuka pintu kamarnya dengan sangat keras. Dia lalu mencari-cari, barangkali masih ada sesuatu yang bisa mendapatkan uang.
Dia mengobrak-abrik semuanya. Namun percuma, tidak ada satu hal pun benda berharga yang bisa ia temukan.
Bruuuk!
Hahaha
Rusman tertawa begitu keras. Dia menertawakan dirinya yang tidak bisa melakukan apapun.
"Ternyata dia sangat pintar, sungguh pintar. Wanita itu, saat pergi dari sini, dia sudah membawa semua barang miliknya. Aku tahu dia masih punya tabungan, tapi ternyata dia sudah membawanya saat pertama kali kakinya meninggalkan rumah ini. Arghhhh Bajingan brengseeeek! Bangsaaat sialaaan!!!"
TBC