"Hentikan, Alexa!." Alan mengepalkan tangannya dan menutup matanya sebelum dirinya tenggelam dalam tatapan mata Alexa yang intens nan memabukkan.
"Kenapa? Apa kau semakin sulit mengendalikan perasaan mu?." Tanya Alexa, bergerak lebih dekat dengan Alan dan terbentuk seringaian di wajah cantik gadis itu.
Alan Delvanio dia adalah seorang mafia kejam dan tak memiliki hati. Namun, tiba di suatu hari. Terdapat seorang gadis yang tertarik padanya. Semua orang takut padanya, kecuali gadis itu.
Seperti apa kisah mereka? Dan mengapa gadis itu tidak takut pada sang mafia? Lalu apa yang mafia itu lakukan pada gadis yang tidak patuh pada nya itu? Akan kah sang mafia bertindak kejam pada nya? Ikuti kisah nya mereka hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
"Hm... jadi seperti ini rasanya berbaring diatas tempat tidurnya. Selain wangi dan nyaman, kasur ini juga empuk." Alexa merebahkan tubuhnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut milik Alan, gadis itu juga berkali-kali menghirup aroma wangi dari tempat tidur pria itu. Matanya terpejam dan bibirnya membentuk sebuah senyuman yang puas.
Pada saat yang kebetulan, Marie masuk ke dalam kamar Alan karena ingin membersihkan kamar majikanya itu. Namun, ia terkejut dengan adanya Alexa. Wanita paruh baya itu sungguh terkejut ketika melihat seorang gadis untuk pertama kalinya berada di dalam kamar majikannya.
"Kamu pasti sangat istimewa bagi tuan Alan." Gumam Marie berasumsi.
Alexa membuka matanya dan menyipit ketika melihat Marie. "Apa?."
"Tuan Alan belum pernah membawa seorang gadis pun masuk ke dalam kamarnya, sebelum ini. Dan faktanya, tidak ada seorang pun yang diizinkan untuk masuk ke dalam kamar ini." Kata Marie pada Alexa.
Sementara Alexa hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Ngomong-ngomong bibi siapa? Jika tidak ada yang boleh masuk kedalam kamar ini, lalu mengapa kau masuk ke sini?." Tanya Alexa dengan curiga.
"Nama saya Marie, saya adalah pelayan tertua dimansion ini. Hanya saya dan tuan Justine yang diperbolehkan masuk kekamar ini." Kata Marie menjelaskan.
Meskipun telah berada di mansion ini, Alexa memang masih belum menemui semua pelayan yang bekerja untuk Alan di mansion ini, terutama Marie. Jadi, hal yang wajar jika Alexa belum mengenal siapa Marie. Terlebih selama dirinya ada di sini, pelayan lain yang diminta untuk selalu melayaninya.
"Oh, jadi bisakah kau menceritakan tentang Alan? Alasan mengapa dia selalu bersikap kasar dan apa pekerjaannya? Aku hanya tau kalau dia adalah pemilik klub. Tetapi aku pernah melihat dia memasukan banyak senjata kedalam truk. Karena itulah aku bingung dan penasaran." Kata Alexa, beranjak dari baringnya dan dengan sabar menunggu jawaban Marie.
"Maaf, nona. Saya tidak bisa mengatakan apa pun pada anda." Saat Marie mengatakan hal tersebut, terlihat jelas kekecewaan diraut wajah Alexa. "Tapi, nona. Saya akan memberitahu kamu tentang satu hal ini, tuan Alan tidak seperti apa yang dia tunjukan pada dunia." Kata Marie dengan nada bicaranya yang pelan.
Alexa kembali menganggukan kepalanya dan di saat gadis itu ingin bertanya lagi. Alan tiba-tiba keluar dari walk in closet.
Dia melayangkan tatapan tajamnya ke arah Alexa yang dengan santainya menunjukan kedipan nakalnya. Alan pun beralih menatap Marie. "Marie, keluarkan sampah itu dari kamar ku." Pemerintahnya sembari menunjuk kearah Alexa, lalu berbalik dan pergi ke kamar mandi.
Alexa mengernyitkan dahinya. Gadis itu segera turun dari tempat tidur setelah merasa tak terima dipanggil sampah oleh Alan. "Aku bukan sampah aaaaaa....." Saat ia berdiri, Alexa merasakan rasa sakit yang menusuk dipergelangan kakinya, terpaksa gadis itu pun kembali menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur yang empuk dan jeritan mengaduh masih keluar dari mulutnya.
Mendengar teriakannya, Alan menjadi cemas dan segera berbalik badan, menghampiri Alexa. Matanya yang tajam di penuhi kekhawatiran dan Marie memperhatikan ekspresi Alan.
Alexa memperlihatkan raut wajah datarnya. "Jangan berani-berani menyebutku sampah lagi, Tuan Delvanio." Kata Alexa memperingatinya sembari mengibaskan tangannya kearah Alan. Gadis itu juga mencoba untuk kembali beranjak dari atas tempat tidur. Tetapi Marie menghentikannya dengan memegangi tangan Alexa.
"Dan kau jangan pernah berani lagi masuk kedalam kamarku." Perintah Alan dengan nada tegas dan membuang arah pandangnya. "Marie, aku akan kekamar mandi dan ketika aku keluar, aku harap dia sudah tidak ada lagi disini." Perintah Alan pada Marie dan bergegas menuju kamar mandi setelah melihat Alexa dengan raut wajah marahnya.
"Beraninya dia menyebutku sampah?." Gumam Alexa dengan frustasi dan marah.
Marie pun membantu Alexa untuk berdiri dan Alexa mendesis kesakitan. Sementara itu, Alan memperhatikan semua ini dari dalam kamar mandi, dia merasa ingin keluar dan menggendong Alexa, tetapi egonya adalah yang paling penting baginya.
***
"Sekarang pasti bibi sudah menyadari betapa istimewanya aku baginya?." Tanya Alexa dengan sinis pada Marie, ketika wanita paruh baya itu membantunya berbaring diatas tempat tidur, di dalam kamarnya sendiri.
"Kamu spesial, Nona. Saya telah melihat jika tuan Alan perduli padamu dari matanya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, sikap yang dia tunjukan pada orang-orang berbeda dengan sikap aslinya. Hati-hati nona." Kata Marie dengan sopan sebelum meninggal ruangan Alexa.
"Apa aku benar-benar spesial baginya?." Alexa bertanya pada dirinya sendiri sembari menatap dinding. "Bibi Marie benar, kalau Alan memang tidak menunjukkan perasaan yang sebenarnya karena dia peduli padaku, tapi dia tidak pernah mengakuinya. Untuk pertama kalinya seseorang dengan tulus perduli padaku, tapi dia tidak mau menerimanya." Kata Alexa menjadi kesal.
'Jika pria itu tidak begitu seksi dan tampan, aku tidak ingin tinggal bersama pria kasar.' Gumam Alexa didalam hati.
***
Saat Alexa sedang duduk diatas tempat tidurnya dan mengerjakan pekerjaan dengan laptop di pangkuannya, tiba-tiba indera pendengarannya mendengar suara Alan dari luar kamarnya.
"Hai, Rosa. Akhirnya kamu sampai di sini. Aku sangat frustasi dengan gadis menyebalkan yang tinggal dimansion ini."
Mendengar hal itu Alexa tentu saja merasa marah dan langsung menutup laptopnya secara kasar.
Gadis itu beranjak dari duduknya dan mengesampingkan semua rasa sakit di kakinya, ia bergegas keluar dari kamar. Barulah setelah itu, Alexa merasa cemburu ketika melihat Alan tengah mencium seorang gadis dalam balutan gaun berwarna abu-abu dan dalam posisi Alan yang menekan tubuh gadis itu hingga menempel didinding, di luar kamar Alexa.
Alan yang menyadari Alexa keluar dari kamarnya, nampak menyeringai. Ia sengaja mencium gadis itu diluar kamar Alexa untuk menunjukan pada Alexa tipe gadis yang disukainya.
Memperhatikan itu semua, mata Alexa dipenuhi amarah dan tertuju ke arah mereka berdua, kulit tangannya bahkan memutih saking eratnya Alexa mengepalkan tangannya.
Alan melepaskan ciuman mereka dan menoleh kearah Alexa. "Ini tipe idamanku dan sikapmu bahkan sangat jauh dengannya."
Alexa menghela napasnya dalam-dalam guna mengendalikan amarahnya. "Benarkah? Ugh! Standar mu benar-benar rendah, Tuan tampan." Balas Alexa dengan menatap gadis asing itu dengan raut wajah jijiknya. Alexa mengalihkan pandangannya menatap ke arah Alan. "Tapi jangan khawatir, aku akan meningkatkan standar mu."
Alan membuang arah pandangnya, dia terlihat kesal. "Rosa, ayo kita pergi ke tempat lain." Pria itu menggenggam lengan Rosa dan membawanya ke ruang tamu.
Alexa tidak ingin, tetapi dia tetap mengikuti mereka. Dia sendiri tidak mengerti mengapa dirinya merasa seperti ada yang meremas dadanya.
Sementara itu, Alan menyeringai jahat ketika mengetahui Alexa yang berjalan menuju ruang tamu. Pria itu menutup pintu dan berbalik.
Hari ini sebenarnya Alan juga merasa jijik karena menghabiskan waktu bersama seorang gadis. Saat dia membuka bajunya, tubuh Alexa yang sempurna terlintas di benaknya. Dan Alan pun merasa marah, bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengapa ia selalu memikirkan Alexa.