Anak Genius : DEMI GAURI
Jakarta.
Dua orang pria terlibat pembicaraan serius di suatu ruangan bernuansa putih. Salah satunya, terlihat menggeleng kepala pelan seakan dia enggan menerima pesan amanah.
"Kau akan sehat lagi, Ken. Dia butuh kamu," lirih Kayshan menggenggam jemari kakaknya.
"Titip. Sayangi dia," lirih Ken. Wajah pucat pasi itu memaksa tersenyum meski tampak lemah. Kelopak mata dengan bulu mata lentik itu, perlahan ikut menutup. Tautan jemari mereka pun mulai melemah. Isakan halus nan panjang seorang wanita kian intens terdengar, menambah pilu suasana pagi itu.
Wajah tampan keturunan Belanda yang duduk di sisi brangkar kini menunduk, sesekali jemarinya menyeka butiran bening di ujung netra. Bibir turut bergetar mengucapkan kalimat yang dia tahu, Ken tak menggubrisnya lagi.
"Bangun, Ken!" sentak Kayshan pelan dan tegas, berharap kakaknya kembali memijak bumi.
Tuuuutt. Suara mesin EKG berbunyi panjang.
Tombol panggilan cepat, di tekan Kayshan berkali-kali, mengharap bantuan medis segera datang.
Beberapa menit menunggu, takdir menyatakan kuasanya. Ken dinyatakan berpulang akibat serangan jantung.
"Keeen!" teriak Kamala histeris saat kain putih itu menutup wajah tampan putra sulungnya.
"Ken, selamat jalan, Buddy. Aku akan berusaha menjaga dia," ucap Kay lirih, bangkit dari sisi brangkar menuju luar ruangan.
Dia tak mengira, kepulangannya kali ini hanya untuk mengantarkan jasad sang kakak menemui Sang Pencipta.
Kayshan menghela nafas, meraup wajah kasar sembari menggulung lengan kemejanya hingga siku. Dia harus tenang saat akan bicara dengan Gauri.
Gadis cilik yang sedang duduk di bangku depan kamar VIP itu terlihat sangat tenang. Dia memeluk boneka kelinci kesayangannya dengan tatapan lurus, kedua kaki si bocah tengah diayunkan pelan.
Kayshan perlahan mendekat, berusaha menyapa keponakan berusia tiga tahun yang jarang dia temui. Kayshan belum memiliki gambaran tentang bagaimana nanti dia akan mengurus Gauri.
Dia juga harus segera pindah ke Indonesia dan meninggalkan pekerjaan di Malaysia sebab tak mungkin membawa Gauri ke sana. Kayshan akan mengalah demi menjaga amanah Ken.
"Halo, Gauri. Aku Kay, masih ingat, kan?" tanya Kayshan pelan sambil duduk di sebelahnya.
Tidak ada sahutan dari gadis ini, bahkan menoleh pun tidak.
"Kita teman," imbuh Kay lagi, menyodorkan kelingking sebagai tanda pinky promise.
Hening.
Hingga brangkar Ken di dorong menuju pemulasaran jenazah pun, Gauri masih diam. Kayshan tiba-tiba teringat vonis dokter tentang kondisi Gauri yang pernah Ken sampaikan. Keponakannya mengalami speech delay.
"Ikut aku mau, kan? kita lihat daddy," ujar Kay lagi. Kali ini, upayanya berhasil. Gauri menoleh ke arahnya.
"Ayo." Kayshan mengulurkan tangan agar Gauri menyambutnya. Ketika tautan jemari telah dalam genggaman, Kayshan menggendong Gauri dan mendekapnya erat.
Seketika dia merasakan hangat tubuh Gauri meresap dalam kalbu. Mata Kayshan memejam, berharap Gauri menerima dirinya.
Semenjak peristiwa kematian Ken, Gauri tak pernah bicara. Dia enggan berkomunikasi dengan siapapun hingga Kay kesulitan dalam berinteraksi dengannya.
*
Setahun berlalu begitu cepat.
Kayshan berdiri di balik tirai ruang meeting saat menerima panggilan. Wajahnya cemas dengan dahi mengernyit, dia tengah mendengarkan laporan dari maid bahwa Gauri enggan makan siang hingga berakibat hidungnya mimisan lagi.
Kayshan mulai dilanda panik. Dia izin keluar ruang meeting dan meminta asisten pribadinya melanjutkan agenda siang itu. Kay akan pulang dan membujuk Gauri sendiri.
Beberapa saat kemudian.
Langkah panjang dan tergesa-gesa membuat suara sepatu beradu dengan ubin kentara terdengar. Kamala tahu, putranya pulang. Dia menyongsong Kayshan sebab Gauri terlihat lemah.
"Kay! Mama gak tahu, Gauri kenapa lagi," ucap Kamala panik.
"Sayang!" seru Kay saat membuka panel pintu kamar Gauri. Gadis ciliknya tengah berbaring.
"Daddy!" lirih Gauri nyaris tak terdengar, dia merentang tangan menyambut paman kesayangannya.
"Ke rumah sakit ya, Sayang. Daddy cemas," bisik Kayshan, seketika memeluk gadis ayu nan lemah.
"With Daddy!" bisik Gauri.
Kayshan mengangguk. Dia tidak berniat menghilangkan figur Ken sebagai ayah kandung Gauri. Suatu malam, gadis itu tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan daddy sehingga Kay pun mengikutinya.
Tidak ada yang berhasil berbicara dengan Gauri selain Kay, meski dirinya pun harus membutuhkan waktu lama hanya untuk sekedar mendengar tiga kata dari Gauri.
Saat menyibak selimut, betapa Kayshan terkejut manakala lengan, kaki, paha bahkan area perut Gauri banyak terdapat luka lebam. Kayshan pun tersulut emosi.
"Mbak!"
"Mbak!" teriak Kayshan, membuat Gauri menangis ketakutan. Bayangan dan bau khas rumah sakit seketika menghantui.
"Maaa?" kata Kayshan, beralih pandang pada Kamala yang masih berdiri di depan ranjang sejak tadi.
Kedua wanita pun mendatangi kamar Gauri lagi. Kayshan bertanya mengapa tubuh putrinya memar akan tetapi baik maid dan Kamala tak tahu apapun.
"Maaf, Tuan muda. Saya tidak memperhatikan tubuh Nona kecil tadi. Beliau hanya berbaring di kamar seharian ini," tutur maid berdiri di depan pintu sambil menunduk dan memilin ujung bajunya.
"Mama juga gak tahu, lekas bawa saja," panik Kamala, menarik lengan Kay agar segera pergi.
Kayshan langsung membopong Gauri dan membawanya ke rumah sakit dengan Kamala.
Sesampainya di rumah sakit.
Gauri langsung mendapatkan pertolongan pertama. Satu jam kemudian, beberapa dokter terlihat ikut melakukan tindakan tambahan. Gauri memeluk Kayshan erat sambil menangis. Dia tak suka diperlakukan seperti ini.
"Sabar ya, daddy gak kemana-mana," bisik Kayshan, membelai dan mencium pucuk kepala Gauri hingga putrinya tenang.
Kayshan lalu diminta menyiapkan kamar perawatan bagi pasien selama masa observasi. Gauri menolak tapi Kay membujuknya pelan.
Pasangan paman dan keponakan itu terpaksa bermalam di rumah sakit. Kayshan sibuk dengan pekerjaannya sehingga abai terhadap Gauri, sementara gadis kecil itu tak berani meminta ini dan itu sebab dia tahu, Kayshan bukan ayahnya.
Keesokan pagi.
Setelah jam kunjungan pergantian shift, Kayshan diminta oleh suster untuk menemui dokter yang menangani Gauri di ruangan beliau.
"Pak Kayshan, silakan ke ruangan dokter Habrizi di lantai lima," kata suster setelah mengecek tekanan darah Gauri.
"Baik. Terima kasih, Sus," jawab Kayshan. Dia akan menunggu Kamala tiba agar Gauri ada yang menemani.
Sepuluh menit kemudian, Kamala masuk ke kamar perawatan cucunya membawa banyak cemilan kesukaan Gauri. Meski tanpa respon, keluarga Ghazwan tetap berusaha berkomunikasi secara intens dengan putri tunggal Ken.
Kayshan pun pamit pada putrinya, lalu bergegas naik ke lantai lima untuk bertemu dokter. Sesampainya di sana, jantung Kayshan bagai di tikam belati. Sakit hingga membuatnya seakan berhenti bernafas.
"A-appa?" lirih Kayshan, terduduk lemas di kursi. Wajahnya seketika memucat, beberapa butir keringat dingin muncul di sela rambut rapi gaya tapper stylenya.
"Gauri membutuhkan donor sumsum tulang belakang, segera. Anda di sarankan melakukan serangkaian tes guna mengetahui kecocokan gen dan lainnya." Habrizi mengutarakan semua diagnosa untuk Gauri.
"Ibunya di Singapura, Dok. Apakah membutuhkan donor inti?" tanya Kayshan. Dia enggan berhubungan lagi dengan wanita itu.
"Keluarga inti, justru lebih akurat," jelas Habrizi lagi.
Deg.
Kayshan kian lemas, menyandarkan punggungnya ke kursi tanda misi ini bakalan berat. Dia pun pamit, untuk membicarakan hal ini dengan keluarga.
Wajah lesu Kayshan terbaca jelas oleh Kamala, dia mencurigai sesuatu dan menanyakan pada Kay.
"Bentar, Ma. Aku hubungi Geisha dulu. Semoga nomernya masih aktif," kata Kay, seraya duduk di sofa.
"Buat apa? mama gak sudi jika wanita gila itu kembali menemui Gauri. Dia membuang cucuku, Kay!" tegas Kamala, matanya membola hingga urat leher pun ikut tegang.
"Ssst, ada Gauri," ucap Kay, mencegah ibunya mengungkit masalah Geisha di depan Gauri.
"Gauri sudah tidur. Dia takkan mendengar," elak Kamala, terlanjur emosi.
["Nomor yang Anda tuju berada di luar jangkauan. Mohon periksa kembali nomor tujuan Anda."] Suara operator seluler.
"Gak aktif. Bagaimana ini," keluh Kayshan, dia merasa putus asa saat ini.
"Gauri kenapa? sampai harus mencari Geisha," cecar Kamala lagi.
Kayshan menghela nafas. "Harus cangkok sumsum tulang belakang dan Geisha pendonor utama," lirih Kayshan.
Deg.
"A-appaa! ... lagi-lagi wanita itu membawa petaka. Mama gak setuju. Pengobatan sudah canggih, Gauri bisa sembuh tanpa campur tangan Geisha!" ujar Kamala, berapi-api.
"Jangan egois, Ma. Dia ibu kandung Gauri, suka atau tidak," jawab Kayshan, langsung di hadiahi kata-kata pedas ibunya.
Kayshan tak mengindahkan ocehan Kamala, dia bangkit menuju brangkar Gauri dan menaikinya. Kay memeluk putrinya penuh sayang. Akan dia pikirkan cara terbaik dalam membujuk Geisha nanti.
Gauri merasakan pelukan hangat sang paman seiring kesedihan merasuk ke dalam kalbu. Tidak hanya ayah, nenek pun membenci ibunya sementara dia sangat rindu sosok Geisha yang tidak pernah melihat keberadaannya.
"Mama, jika memang Gauri harus pergi agar mama happy. Gauri pasrah," batin Gauri Fizva, air mata gadis kecil pun luruh membasahi pipi tanpa Kayshan tahu.
.
.
..._______________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Martha Kharisma
baru bab satu udah bikin meleleh aja.. jatuh cinta sama kisahnya. makin penasaran buat lanjutt😍
2023-09-18
2
SUKARDI HULU
Nih sudah mampir kk, jangan lupa mampir juga ya thor❣️❣️🙏
2023-09-13
1
𝐀⃝🥀ḉ!ℓℓᾰ❁
baru baca langsung jatuh cinta😍
2023-08-17
2