Miyawlova

Weekend adalah waktu-waktu favorit gue. Sabtu sekolah bisa pulang cepat dan jelas Minggu libur. Di waktu-waktu itu gue bisa healing ke tempat-tempat yang gue suka, seperti nonton di bioskop, jajan kuliner, atau jalan-jalan ke tempat yang instagramable.

Berbeda dengan Puput yang kebanyakan waktu senggangnya dihabiskan buat ngurusin ekskul, tapi ga jarang kami hang out bareng kaya ke spa gitu.

Malam ini adalah malam minggu. Kebetulan Puput lagi ga bisa gue ajakin jalan. Gabut deh jadinya gue. Waktu gue lagi berendam di bathtub, gue iseng mencet-mencetin HP gue dan gue kenotis sama nomor Gilang.

Grup WA kelas lagi ga rame-rame banget tapi masih ada aktivitas chatnya.

Tamtam:

"Selamat malam mingguan para jomblo. Jangan iri sama laku-laku squat kaya kami ya."

Ratna:

"Sumprit lu Tam. Apa maksud lu dengan istilah laku-laku squat'? Maksudlu kami-kami yang jomblo itu ga laku?"

Gilang:

"Ada yang punya catatan project 1 geografi ga?"

David:

"Memang ga laku sih kayanya."

Yosefina:

"Anj~, Bab~!"

Roni:

"Jomblo itu pilihan guys, bukan nasib. Sorry-sorry ini mah."

Ya ampun, chat Gilang ga ada yang menggubris. Kasihan amat. Lagian ngapain Gilang malah ngurusin tugas. Apa dia ga bisa santai dulu gitu? Apa Gilang ga malam mingguan?

Gimana kalau gue aja aja Gilang malam mingguan? Hihi. Kalau malam kan nyokapnya udah balik dari kerja tuh, siapa tahu sabi, secara ga cuma bokapnya yang pemabuk itu kan yang ada di sana?

Pesan pribadi

Laila:

"Gilang, malam ini lu ada acara ga?"

Gilang:

"Ga ada sih. Ada apa?"

Laila:

"Temenin gue cari buku ke Gramed yuk? Cuma elu temen yang bisa gue andelin."

Gilang:

"Kamu mau cari buku apa memangnya?"

Laila:

"Buku sastra klasik. Tapi gue bingung, soalnya gue belum pernah beli begituan."

Gilang:

"Oh, kalau sastra klasik jangan di Gramed. Mending cari di Kwitang. Tunggu, kamu ga masalah kan kalau saya rekomen tempat buku-buku bekas?"

Laila:

"Ga masalah, Lang. Meskipun barang preloved tapi kalau masih bisa dipakai kenapa enggak kan?"

Gilang:

"Kebetulan saya baru sekali ke sana. Waktu itu belum puas, jadi saya pingin ke sana lagi. Sebentar ya."

"Oke, bisa kok. Pergi jam berapa? Jangan kemalaman ya, karena jam 9 nanti mereka udah tutup."

Laila:

"Sip. Gue jemput lu ya?"

Gilang:

"Hah? Jemput? Memangnya kamu udah tahu alamat rumah saya?"

Laila:

"Eh anu, em... Swalayan. Iya, swalayan. Dari situ lu shareloc aja."

Gilang:

"Kita ketemu di swalayan itu aja. Kamu ga perlu ke rumahku."

Laila:

"Oh, gitu. Oke deh. Sampai ketemu jam 7 di sana ya."

Gilang:

"Jam 7, baik."

Setelah chattingan sama Gilang, gue pun bergegas nyelesein mandi gue. Setelah itu gue milihin baju yang cocok buat gue pakai nanti.

Astoge, gue bingung banget baju apa yang bakal gue pakai. Gue udah ganti-ganti dan ngaca, kayanya dari tadi gaya gue enggak asik semua deh.

Berpikir yang jernih, Le! Pejamkan mata, tarik napas perlahan, hembuskan tipis-tipis.. Oooohm... oooohm...

Oke, gue bakal pergi ke pasar buku bekas, jadi gue ga boleh berpenampilan terlalu glamor, ga boleh juga terlalu santai yang kaya tomboy begini. Gue ga nyaman kalau cuma keluar pakai kaos terus kemeja flanel kaya gini. Ga slay banget. Jadi baju-baju yang ini gue hempaskan dulu.

Kayanya ini oke deh. Skirt tanggung, blus krem. Eh, ga oke, terlalu slay. Yang santai aja, Le. Skirt-nya gue ganti jins pensil aja. Gue coba dulu.

Hemh, ternyata gue cantik juga. Rambut gue di-ponytail aja. Sip. Anting? Kalung? Ih kayanya ga perlu deh, biar jadi cewek sederhana. Warna lipstik gue, ah yang nude aja.

"MAMIIII..." Gue pun wajib banget laporan sama nyokap gue.

Setelah semua beres, waktu juga udah menunjukkan lima belas menit menuju jam 7, gue pun berangkat bareng Pak Memet.

Karena ini malam hari gue agak lupa-lupa ingat alamat yang pernah gue datangin waktu itu. Gue sempat panik, gimana kalau waktunya jadi molor gara-gara gue nyasar. Kan kasihan Gilang kalau kelamaan nungguin gue?

Syukurnya gue ga nyasar, sempat kebablasan sedikit dan Pak Memet jadi harus mutar jauh. Tapi, waktu masih terkontrol aman, gue cuma telat sekitar lima menit.

Akhirnya gue sampai di swalayan tempat gue sama Gilang janjian. Rupanya Gilang udah ada di sana, dia lagi duduk di kursi di pelataran swalayan sambil nyeruput segelas kopi.

"Lu sampai udah nyeduh kopi gitu. Pasti lu nungguin gue daritadi?" kata gue terus ngecek jam di layar HP gue. "Tapi gue ga telat-telat amat kan, baru lewat tiga menit," lanjut gue.

"Enggak kok. Memang saya yang inisiatif berangkat lebih cepat. Saya selalu seperti ini orangnya. Dan ga ada salahnya juga kan sambil ngopi buat menghangatkan badan. Kamu mau? Biar saya seduhkan juga?" kata Gilang.

"Enggak, ga usah. Gimana kalau kita makan aja? Lu belum makan dong? Sebelum kita berburu buku, kita makan malam dulu, biar ga kelaparan nanti," kata gue.

"Ayo," jawab Gilang. Gilang pun masuk ke dalam mobil gue. Kami berdua duduk di belakang Pak Memet.

"Kamu udah ada rekomendasi tempat makan?" tanya Gilang. "Emh, dimana ya..." kata gue. "Maaf Non, Aden, menurut Bapak sih kenapa tidak makan malam di Cafe Balairung saja?" kata Pak Memet.

"Iya, iya. Saya pernah ke sana sekali dan itu pun dulu banget. Tempatnya asik. Ide bagus, Pak," kata gue. Gilang pun menyetujuinya juga.

Suasana cafe ini epik banget. Begitu kami sampai, kami langsung disambut dengan nuansa klasik. Di sisi-sisi dindingnya juga banyak terdapat rak buku yang dipasang agak tinggi. Tempat duduknya semacam sofa-sofa santai serasa di rumah lagi mau nonton TV gitu. Di situ juga ada live musik yang diisi sama penyanyi akustik.

Pak Memet melipir, jadi gue makan berdua sama Gilang. Tunggu! Apa ini kencan? Kok rasanya kaya kencan? Ada grogi-groginya dikit, anjoy! Atau mungkin karena suasana lokasi doang yang buat gue kaya gini.

"Di sini gue bertindak sebagai cewek, gue mau diklaimer dulu. Jadi ini bukan kencan ya Lang, dan gue ga mau ditraktir. Soalnya kebanyakan kalau makan kaya gini cewek selalu ditraktir. Gue ga mau," kata gue.

"Iya. Santai aja. Kita BS-BS aja," kata Gilang. Ih, Gilang udah ada kemajuan loh. Istilah BS-BS yang artinya bayar sendiri- bayar sendiri aja udah tahu.

"Oke, kita BS-BS. Padahal tadinya gue pingin neraktir elu," kata gue. "Berhubung niatnya saya duluan yang mau neraktir kamu tapi kamu diklaimer, jadi niat kita berdua mending kita gagalin bareng aja. Jadi BS-BS udah yang paling bagus," kata Gilang.

PRAAAAANG...

"Maaf... Saya sudah teledor. Maaf," kata seorang pelayan cewek yang tadi lagi mau nganterin makanan tapi malah ditabrak dan makanan yang dibawa tumpah.

Gue perhatiin orang yang nabrak pelayan itu mirip Puput. Sementara Gilang baru aja noleh, jadi dia ga sempat melihat cewek yang mirip Puput itu.

Gue pun berdiri buat mastiin. "Tunggu sebentar ya, Lang," kata gue dan gue pun pergi buat ngejar cewek misterius itu.