Cowok Tengil yang Tampan dan bikin heboh seantero jagat raya, selalu bikin gaduh di Sekolah Menengah Atas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bella Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
"Gue mau... "
"Stop, sudah berdebatnya oke? " tiba-tiba Tania muncul dan menghentikan perdebatan sengit tadi.
Karena jika debat terus menerus yang ada tidak akan selesai sampai tengah malam.
" Gue hitung, satuuu, duaaa, tiiiga! " teriak Tania memberi aba-aba.
Syifa dan Brian beriringan, dan empat orang peserta lainnya juga menyusul.
Syifa melirik ke arah Brian yang masih fokus untuk mengalahkan dirinya, tersenyum lucu melihat aksi suaminya yang begitu terobsesi ingin menang.
Sudah dua putaran, Syifa masih unggul.
Brian yang kedua setelah Syifa.
Ketika akan melanjutkan putaran ke tiga, ada suara mobil polisi.
Sehingga semua yang ada di Arena balap liar bubar masing-masing, untuk menjelaskan diri.
Syifa mengikuti Brian, karena Brian tahu betul jalan pintas, saat berada di Aren balap liar.
Seharusnya mereka balapan di Arena balap resmi agar tidak ada polisi yang melewati mereka.
Jika sudah seperti ini, semuanya harus berlari kesana kemari.
Tepat sekali suara petir yang terdengar sangat mengaggetkan mereka.
Tak sengaja Syifa memeluk Brian.
"Ih, apaan sih, cowok kok peluk peluk cowok risih tahu gak" Brian merasa tak nyaman dengan pelukan Seno. Serasa tak pantas sekali, terlihat seperti homo.
Hujan turun juga, tapi Syifa akan terus menerjang hujan, karena kalau berlama-lama di rumah kosong bisa bahaya.
Meskipun rumah kosong itu banyak penjual yang berhenti, tapi perasaan Syifa tak tenang.
Syifa melaju dengan kecepatan sedang, namun tiba-tiba ada kucing lewat dan Syifa oleng, bukan hanya Syifa saja yang oleng melainkan Brian juga ikutan oleng dari belakang Syifa.
Untuk menghindari Syifa namun melesat, dan entah bagaimana kejadian awalnya, tiba-tiba Brian menindih dada Syifa.
"Aaaaaa" teriak Syifa masih mengenakan helm.
Brian pun melotot dan kaget saat yang ia pegang sangat empuk.
" Apa ini, cowok kok beginian " batin Brian heran.
Syifa mendorong cepat tubuh Brian, dan Brian pun langsung terdorong.
Ternyata tenaga Syifa cukup kuat.
" Loe, kurang sekali pegang gue" sentak Syifa pada Brian, dengan posisi masih terlentang di jalan yang sepi, sebab hujan sangat deras.
" Suaranya kayak kenal banget, dia bukan cowok, astaga siapa dia, gue harus buka helmnya " batin Brian masih bertanya tanya. Karena sangat penasaran Brian membuka helmnya.
Syifa tak bisa memberontak sebab kakinya tergores aspal, sampai celananya sobek, dan banyak mengeluarkan darah.
Saat Brian akan membuka helmnya, Syifa pasrah, karena tak mampu untuk menghindarinya.
Syifa masih menunduk saat helmnya terbuka oleh suaminya sendiri.
Brian melotot tak menyangka bahwa dua hari ini, yang mengalahkan dirinya adalah istrinya sendiri.
" Syifa " panggilnya.
Syifa masih terdiam, tiba-tiba...
"Auhhh, sakit hiks hiks, tolongin gue" Syifa mendadak drama kesakitan, agar tidak ditegur dan diomelin oleh Brian.
Brian diam sesaat, dan langsung mencari bagian tubuhnya yang sakit.
"Kita ke rumah sakit saja ya" ajak Brian.
" Gak mau! " tolak Syifa.
"Biar loe gak infeksi, ini parah banget loh, lihat darahnya ngalir terus, " tunjuk Brian.
Brian tak peduli jika Syifa tak mau dibawa ke rumah sakit, Brian sangat khawatir kakinya kenapa napa.
Brian menghubungi Vino dan kawan-kawan, untuk meminta tolong membawa mobil dan mengantarkannya ke rumah sakit.
Tak lama kemudian, tiba-tiba kepala Syifa pusing semuanya seakan berputar dan Syifa menjatuhkan dirinya ke aspal, Syifa pingsan.!!
Brian kaget melihat Syifa tergeletak di jalan.
Belum sempat dibawa ke rumah sakit eh udah pingsan.
Setengah jam kemudian Vino, Jon dan Bimbim tak lupa Tania juga ikutan.
Mereka membawa dua mobil satu Jon dan Bimbim.
Satunya lagi Tania dan Vino.
Mereka sudah di tempat, Brian buru- buru menggendong Syifa yang sudah tak sadarkan diri.
Vino mengendarai motor Syifa, Bimbim mengendarai motor Brian. Jon menyetir mobil sendirian. Brian, Syifa dan Tania satu mobil.
Sebab Tania yang menidurkan Syifa di pahanya.
Hening didalam mobil, melihat Syifa tak sadar diri, Brian sangat cemas, takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak.
"Bri, Syifa kenapa jadi seperti ini? " tanya Tania memecah keheningan.
" Kita kecelakaan Tan, dia lihat darahnya sendiri tiba-tiba begitu" ujar Brian.
"Oh, pantesan lihat darahnya sendiri" tenang Tania.
"Loe gak khawatir gitu sama sahabat loe sendiri, heran ada orang pingsan loe tenang, sahabat macam apa loe! " geram Brian dengan perkataan enteng Tania.
" Syifa tuh udah biasa lihat darah terus pingsan, dari dulu juga udah begitu Bri, " jelasnya.
Brian geleng-geleng saat dengan enteng Tania berkata seperti itu.
"Elo juga tahu, kalau sebenarnya Syifa adalah pembalap yang handal? " tanya Brian, penasaran.
"Iya" jawab Tania, singkat.
"Sejak kapan Syifa jadi berandal kecil kayak gitu?" lanjutnya.
Tania berfikir dulu, sebab ia jug tidak tahu pasti kapan Syifa jadi anak pembalap.
Setahu Tania, sejak SMA Syifa suka balap motor, meskipun sedang berada di Pesantren.
Dan yang bikin heboh Pesantren saat itu, ya gara-gara Syifa suka nyolong-nyolong naik sepeda motor.
" Gue tidak tahu sejak kapan Bri" Tania jujur benar-benar tidak mengetahui sejak kapan Syifa jadi pembalap.
"Ya sudahlah, kita sudah sampai, ayo turun" suruh Brian.
"Loe tuh pinter atau telat pandai sih, berat ini, ya ampun Bri, loe tuh bikin repot gue tahu gak" sungut Tania, yang tak peka untuk gendong istrinya.
Brian pun lanjut menggendong istrinya masuk kedalam rumah sakit.
Syifa sudah ditangani oleh seorang dokter, dan ternyata dokter itu adalah Kakak kelasnya waktu kelas tiga SMP.
saat itu Syifa kelas dua, dan dokter itu jadi pembimbing PMR. Alias anak kampus yang membimbing kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
" Maaf, Anda keluarga pasien? " tanya dokter.
" Iya, dok, saya keluarganya, " ucap Brian, tak mau mengakui identitasnya.
Tania memicingkan matanya jengah, atas pengakuan Brian.
Ingin menjitak tapi takut dibalas lagi.
" Kayak seperti pernah kenal, tapi dimana ya? " ucap dokter dalam hati.
"Maaf dok, dia baik-baik saja kan dok,? " tanya Tania.
"Iya, dia baik-baik saja kok Mbak, " jawab dokter.
Dokter pun mempersilahkan, Brian dan Tania masuk ke dalam ruangan Syifa.
Karena Vino masih dijalan, dan Jon serta Bimbim masih di luar.
"Syifa mendadak membuka matanya, Bri" ujar Tania yang terlalu girang. Menarik narik lengan baju Brian.
" Aku dimana? " tanya Syifa masih setengah sadar.
" Loe, dirumah sakit, udah loe gak usah bangun, " perintah Brian, yang terlalu khawatir.
Syifa tak sengaja menatap ke arah dokternya, yang ada di samping Brian dan Tania.
Dokter itu tersenyum melihat pasiennya siuman.
"Loh, Kak PMR?" tebak Syifa pada dokter.
Dokter pun mengerutkan keningnya, apa benar orang yang di depannya adalah Syifa yang suka diomeli oleh dirinya.
" Kamu Syifa ya, yang selalu saya hukum." Ucap dokter itu.
Brian menoleh ke arah dokter itu.
"Ish"
Lanjutkan ceritanya
semangat 😘
udah gak berhenti kuliah trus cintanya tak terbalas 😭😭😭
jangan kelamaan marahnya entar jamuran lo 🤪🤪🤪
kalo aku jadi Syifa sudah tak tinggal baru tahu rasa looo🙄🙄🙄
gak papa bang Fatih yang penting makmum mu baik dan taat beribadah😘😘 jangan cari yang sempurna. maka kamu tidak akan pernah mendapatkan nya ☺️☺️☺️
Bri gimana rasanya di kacangin oleh sang istri 😇😇😇
bang Bri kok gampang cembukur 🤭🤭
takut istrinya di embat orang yaaa😅😅
awas Bri Syifa kamu tinggal pergi sebentar saja langsung di bawa kucing garong 😊😊😊
baru tau rasa looo 😡😡😡
tp jangan lupa PJ nya PJ nya 🤭🤭🤭
ayo Bri Syifa ajak aja menjauh dari orang tua nya ganggu saja🤭🤭🤭 jadi gak bisa ena-ena deh 🤭🤭🤭
pasti suatu saat pasti ada orang yang tulus mencintaimu 😘😘😘