Bagi Lea Richard pria paling brengsek dan menyebalkan di dunia adalah Bara Klopper. Tapi kenapa hatinya justru mencintai pria itu? Pria yang sudah memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Arneta.
Sedangkan bagi Bara Klopper wanita yang selalu membuat hati dan tubuhnya panas hanyalah Lea Richard, bagi Bara wanita yang bernama Lea Richard adalah miliknya! Tidak ada yang boleh memiliki Lea selain dirinya.
"Kau harus mau menjadi istriku!" Bara Klopper.
"Aku tidak sudih menjadi istri keduamu!" Lea Richard.
Akankah hubungan keduanya yang sempat menjauh selama beberapa bulan itu akan kembali terjalin? Ataukah akan berpisah untuk ke-dua kalinya dan untuk selamanya?
Follow Ig ~ mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
"Ish itu tandanya aku ini pintar, rugi jika aku menikah dengan pria brengsek sepertimu tanpa mendapatkan apapun." Sahut Lea dengan senyum yang tersungging di bibirnya. "Sekarang katakan apa yang kau lakukan sampai Daddy mengijinkan kita menikah?" tanya Lea untuk kedua kalinya.
"Kalau kau ingin tahu datanglah ke mansionku sekarang juga!"
"Baiklah aku datang." Baru saja Lea ingin menutup ponselnya, namun tidak jadi saat mendengar perkataan Bara.
"Jangan lupa bawa lingerie yang sexy." Goda Bara
"Lingerie yang sexy? Untuk apa?" tanya Lea dengan bingung.
"Tentu saja untuk kau pakai, karena kita akan berbicara di atas tempat tidurku."
"What? Dasar mesum." Lea langsung menutup ponselnya dengan wajah yang kesal, bagaimana tidak kesal jika kita sedang berbicara serius tapi dibalas dengan ke mesuman. Lea tidak bisa membayangkan akan seperti apa rumah tangga nya nanti mengingat kadar mesum calon suaminya yang begitu tinggi. "Sebenarnya apa yang dikatakan Bara sampai Daddy mengijinkan aku menikah dengannya?" Gumam Lea dalam hati saat mengingat tujuannya menghubungi Bara, namun sayangnya ia belum tahu jawabannya karena tidak ada seorangpun yang mau memberitahunya.
Sementara itu Bara yang berada di mansion miliknya, tengah tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui Lea mematikan sambungan ponsel begitu saja.
"Lea Richard kau begitu polos, itu sebabnya aku mencintaimu." Bara mengusap ponselnya dimana foto Lea terpasang memenuhi layar. "Sial, selama beberapa hari ini aku tidak bisa menemuimu." Bara menatap wajahnya yang penuh bekas pukulan.
Tok.. Tok.
Bara menatap kearah pintu kamarnya saat mendengar suara ketukan dari luar.
"Sayang buka pintunya ada yang ingin aku bicarakan!" Arneta kembali mengetuk pintu tersebut. "Bara...!" panggil Arneta.
Bara membuka pintu kamarnya dengan raut wajah yang dingin dan datar. "Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Em.. ijinkan aku masuk dulu, kau tidak kasihan pada perut ku yang sudah besar ini." Arneta mengusap perutnya.
Bara menatap Arneta dari atas sampai bawah yang saat ini memakai lingerie berwarna merah berbahan transparan hingga ia bisa melihat perut buncit wanita itu. Jika dulu Bara akan tergoda saat melihat penampilan Arneta saat mengenakan lingerie, tapi sekarang ia merasa muak apa lagi jika teringat wanita itu berselingkuh dibelakangnya bahkan sampai membuahkan hasil.
"Kita bicara di ruang tengah!" Bara berlalu pergi sembari menutup pintu kamarnya.
"Sial! Aku sudah memakai pakaian sexy seperti ini tetap saja Bara tidak melirikku." Umpat Arneta dengan kesal, ia pun mau tidak mau kembali ke kamarnya untuk mengambil outer kimono. Karena tidak mungkin Arneta duduk di ruang tengah hanya menggunakan lingerie sexy tersebut.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Bara dengan suara beratnya.
"Oh my God sayang, wajahmu kenapa?" tanya Arneta dengan terkejut saat menyadari wajah tampan suaminya yang babak belur.
Bara menghela napasnya dengan kasar karena bukannya menjawab pertanyaannya, Arneta justru bertanya tentang wajahnya. "Cepat kau ingin mengatakan apa? Aku beri waktu sepuluh menit dari sekarang!" ucap Bara tanpa menjawab pertanyaan Arneta.
"Ck, kau itu kenapa dingin sekali? Dulu kau tidak seperti itu." Arneta duduk di samping suaminya lalu mengusap dada bidang Bara dengan gerakan sensual.
"Waktu mu tinggal delapan menit." Bara menatap jam mewah dipergelangan tangannya, tanpa mempedulikan Arneta yang tengah menggodanya.
Membuat Arneta menghela napasnya karena Bara tetap tidak tergoda sedikitpun padanya. "Aku hanya ingin mengingatkanmu, kalau kau jadi menikahi wanita itu jangan pernah membawa dia kemari! Di Mansion ini aku adalah satu-satunya Nyonya Klopper tidak boleh ada yang lain."
"Sudah selesai?" tanya Bara dengan raut wajah datarnya.
"Dan satu lagi! Kau jangan pernah lupa aku ini sedang mengandung anakmu, jadi jangan pernah menyakitiku lagi seperti kejadian tadi siang dengan mengatakan aku wanita gila. Kau itu seharusnya berterima kasih padaku karena sudah mengijinkanmu menikah lagi, bukannya menghinaku seperti itu." Ucap Arneta panjang lebar.
"Sudah?" tanya Bara dengan singkat.
Arneta menganggukkan kepalanya.
"Yang pertama ini adalah mansionku, dan wanita yang berhak ada di sini adalah wanita yang aku cintai, yang kedua aku tidak pernah lupa bayi itu milik siapa!" Bara tersenyum sinis. "Dan yang ketiga aku tidak butuh ijin darimu untuk menikahi Lea, kau tahu betul maksudku." Bara beranjak dari tempat duduknya. "Dan satu lagi, kau harus sadar diri dimana tempatmu. Karena jika bukan karena kasihan sudah sejak lama aku menceraikanmu."
"Bara..." pekik Arneta dengan penuh emosi saat melihat suaminya pergi begitu saja setelah mengatakan sesuatu yang pedas padanya. "Sial! Aku harus secepatnya menemui kakek tua itu, agar posisiku kuat dan terjamin."