Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 14. New Job
Seorang pria yang memegang bahunya adalah pria yang tadi menghinanya saat di masjid.
" Jangan pernah kau mengganggu wanita ku!"
Ucapan pria itu membuat Kai mengerutkan kedua alisnya. Sejak kapan dia mengganggu seorang wanita, dia saja baru datang ke desa ini kemarin. Begitulah kira kira isi pikiran Kai.
" Maaf ya mas nya,saya itu baru saja datang ke sini. Sangat tidak mungkin saya mengganggu wanita wanita yang ada di sini. Bahkan saya belum mengenal orang orang di sini."
" Halah… nggak usah sok ngelak kamu."
Kai benar benar bingung dengan apa yang diucapkan pria itu. Ia pun membuang nafasnya kasar. Rencana untuk menikmati udara paginya menjadi gagal karena pria yang ada di depannya.
" Huft… mas… jujur aku nggak tahu apa yang mas bicarakan. Coba katakan siapa wanitamu, kapan aku mengganggunya, dan kamu mau aku berbuat apa?"
" Wanita adalah Ki…"
" Stop, aku bukanlah wanitamu Jaya. Dan kau ndak berhak mengurusi apapun yang terjadi dalam hidupku termasuk dengan siapapun aku berteman. Urusi saja anak dan istrimu."
Kiran langsung menarik tangan Kai. Kai hanya tersenyum melihat tangan Kiran yang berwarna agak kuning kemerahan memegang tangannya.
" Ayo bang kita pergi, ndak usah ngurusin pria ndak jelas ini."
Kai hanya mengangguk dan tersenyum. Ia pun pasrah tangannya ditarik, lebih tepatnya senang. Entah apa yang merasuki Kai, dia benar benar senang tangannya bersentuhan dengan tangan Kiran.
Sedangkan pria di belakang mereka yang bernama Jaya masih terus memanggil Kiran dan mengejar mereka.
" Kiran, aku akan jelasin. Semua hanya kecelakaan."
Kiran acuh dia tetap berjalan ke arah rumah Kai sambil menarik tangan pria bule itu.
" Kiran!!!"
Jaya menggapai pundak Kiran. Kiran berhenti lalu menepis tangan Jaya.
" Sekali lagi kau menggangguku aku akan beritahu juragan Darto dan istri mu Rosma."
Ancaman Kiran rupanya berhasil. Jaya tak lagi mengejar mereka. Tak lama mereka berdua sampai di rumah Kai.
" Huft dasar pria sableng, wes ndue bojo sek gatel ( sudah punya istri masih gatel) huh…."
Kiran mengomel di depan rumah Kai. Kai hanya tersenyum mendengar gadis itu marah. Menurutnya Kiran sangan menggemaskan saat marah marah begitu. Pipinya yang sedikit cubby tampak menggembung, dan yang jelas tangan Kiran masih memegang tangan Kai.
" Kiran, aku mau buka pintu."
" Ya sudah buka aja bang."
" Tanganku masih kamu pegang, kenceng lagi."
" Eh ... maaf bang."
Kiran sungguh malu menyadari dirinya masih menggenggam erat tangan Kai. Kai hanya tersenyum melihat tingkah malu malu Kiran.
" Duduk di teras saja ya."
" Iya bang, eh iya… ini ada makanan untuk abang sarapan. Maaf kalau tidak sesuai selera abang."
" Tenang aja apapun yang kamu buat semuanya adalah seleraku."
Kai lalu melangkah ke dalam rumah meninggalkan Kiran yang tersipu dengan ucapan nya.
" Makasih ya makanannya. Tadi itu?"
" Oh… dia adalah mantan suami ku yang kunikahi selama 10 menit."
" He??? Maksudmu??"
" Huft…. Ceritanya begini … waktu itu…."
Kiran menceritakan semuanya kepada Kai. Kai pun menyimak cerita gadis itu dengan seksama dan berhasil mengambil kesimpulan. Kesimpulannya adalah Kiran ini janda yang masih gadis, dan pria tadi adalah laki laki yang sudah mengkhianati Kiran.
" Emang dasar pria nggak tahu diri. Udah punya istri masih saja ngejar ngejar. Ntar kalau dilihat orang, aku yang dikata katain. Huft…. Eh… maaf Bang. Kok aku malah jadi curhat ya. Maaf bang."
Entah mengapa Kiran merasa los saja cerita kepada Kai. Padahal selama ini dia tidak pernah mau membicarakan hal pribadinya dengan siapapun. Bahkan dengan ibunya pun Kiran selalu bisa menutupi perasaannya. Tapi dengan pria yang ia temui baru dua hari ini Kiran benar benar bisa meluapkan rasa hatinya.
" Nggak apa apa… ceritakan saja biar lega. Selama ini pasti dipendem sendiri kan?"
" Eeh… kok abang tau."
Kai hanya tersenyum. Kiran jika belum pernah bertemu seperti gadis pendiam yang cuek. Tapi jika sudah mengenal sebenarnya Kiran adalah gadis yang ceria dan menyenangkan diajak berbicara.
" Oh iya kamu tidak jualan?"
" Hari ini libur bang, biasanya kalau hari jumat aku memang libur."
Kai mengangguk paham. Mereka berdua pun bercerita tentang banyak hal. Namun ternyata keakraban mereka dilihat oleh tatapan sinis dua orang yang melihat dari tempat yang berbeda.
" Awas saja tidak akan kubiarkan kamu mendekati kiran."
" Heh dasar wanita ndak tau diri sok kecakepan. Aku akan mendapatkan pria bule itu."
🍀🍀🍀
Selepas sholat jumat, Kai berjalan jalan di sekitaran masjid. Ia melihat sebuah warnet dan tempat game online di sana. Ia pun iseng untuk masuk.
" Assalamualaikum…."
Tidak ada yang menjawab salamnya. Tampak seseorang tengah sibuk dengan komputer miliknya.
" Misi mas!"
" Heh, koe ra isoh moco po. Kan ono tulisan tutup nang lawang ( kamu tidak baca apa, kan ada tulisan tutup di pintunya)!"
" Eh… maaf mas saya nggak lihat."
" Lho abang yang tadi subuh mengimami di masjid to."
" Kamu?"
" Oh saya Arman Bang bule."
Kai pasrah dengan nama panggilan yang disematkan kepadanya. Biarkanlah yang penting mereka nyaman saja, itulah yang ada dipikitan Kai.
" Sedang apa Man emangnya?"
" Ini bang. Komputernya kena virus kayaknya, jadi nggak bisa dipakai."
Kai mendekat lalu melihat komputer yang tengah berusaha di otak atik oleh Arman.
" Oh ini. Sini Man saya coba lihat."
Pemuda yang bernama Arman itu berdiri dari depan komputer dan mempersilahkan Kai untuk melihat apa yang terjadi dengan komputernya.
Tik….tik...tak...tik….tak…
Sepuluh jari Kai menari indah diatas Keyboard. Arman sangat takjub dengan apa yang dilakukan Kai. Tidak sampai 5 menit komputer Arman kembali seperti semula.
" Waaah kau hebat bang… manteb tenan."
" Heheh biasa saja, kebetulan tahu."
" Bang .. Abang mau kerja di sini nggak. Tapi ya saya ndak bisa gaji banyak. Awalan sejuta gimana?"
" Hmmm boleh deh Man. Kebetulan saya juga butuh pekerjaan. Dan saya baru di sini juga belum tahu mana mana."
" Siiip deal ya bang."
Kai tersenyum menerima uluran tangan Arman. Pemuda seusia Akhza dan Abra itu sangat ramah. Kai senang mendapatkan teman pertamanya di desa itu.
Alhamdulillaah, paling tidak aku tidak pengangguran lah ya hehehe, batin Kai.
" Bang, abang bule ini dari mana sebenarnya terus mau apa ke sini."
" Aku dari kota J, kalau ditanya ke sini mau apa? Hmmm entah juga Man. Aku hanya ingin keluar dari kota metropolitan itu."
Arman geleng geleng dengan ucapan bule di depannya ini. Jika orang desa pada berbondong bondong untuk ke kota besar mengadu nasib ini malah orang kota mau ke kampung untuk menghindari keriuhan.
" Kenapa Man?"
" Heheh nggak bang. Aneh aja sama abang."
" Eh Man, aku mau tanya. Emang muka ku bule banget ya?"
" Hahahha abang coba deh ngaca. Tuh muka ne abang itu emang bule, apalagi mata abang. Nggak pernah lihat aku warna mata seperti punya e abang. Kalau rambut abang pirang mesti bule nya tambah meyakinkah hahaha."
Kai ikut tergelak dengan penjelasan Arman mengenai dirinya. Ia sungguh bersyukur beberapa orang di desa ini dapat menerima kehadirannya.
TBC