Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.
Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.
Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.
"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. RSK
Setibanya di cafe, Azzura dan Nanda kembali beraktifitas seperti biasa. Melayani pembeli dengan ramah juga mengantar pesanan pelanggan.
Menjelang siang, sang mertua mendatangi Azzura. "Zu, bisa ke ruangan momy sebentar?"
"Bisa, Mom, sebentar ya." Azzura mengangkat kedua jempol jari sembari tersenyum.
"Nanda, aku tinggal sebentar ya," izin Azzura lalu melepas celemeknya.
"Baiklah," sahut Nanda.
Azzura kemudian berlalu meninggalkan Nanda menuju ruangan kerja momy Lio.
"Mom," sapa Azzura sesaat setelah masuk ke ruangan sang mertua. "Ada apa, Mom?"
"Sayang, harusnya kamu dan Close pergi honeymoon. Bukan kembali bekerja. Setidaknya seminggu saja kalian meluangkan waktu bersama," saran Momy.
Azzura terkekeh. "Wah, Mom, sepertinya kalian sudah nggak sabar ingin menggendong cucu," kelakar Azzura.
"Nah itu, kamu bisa menebaknya," sahut Momy dengan senyum sembringah.
"Aku dan Close belum sempat memikirkannya, Mom. Apalagi kami sama-sama sibuk. Lagian ibu masih dalam tahap pemulihan," jelas Azzura sekaligus memberi alasan.
Momy Lioe mengangguk pelan. Ia tampak berpikir serta membenarkan ucapan Azzura. Kini wanita paruh baya itu menatap sang menantu kemudian berkata, "Oh ya, Zu, momy ingin kamu menjadi manager di cafe ini."
"Mom, terima kasih atas tawarannya. Tapi, aku lebih senang menjadi barista di cafe ini," tolak Azzura.
Kekecewaan seketika tampak di wajah momy Lio. Akan tetapi ia tetap menghormati keputusan Azzura.
"Ya sudah momy nggak akan memaksa. Tapi, jika kamu berubah pikiran jangan sungkan-sungkan ngomong sama momy, ya," saran Momy dengan seulas senyum.
.
.
.
Kantor Close ....
Close baru saja keluar dari ruang meeting bersama Yoga.
"Pak, saya permisi ke ruangan saya," izin Yoga.
"Hmm." Close melanjutkan langkah ke ruangannya.
Sesaat setelah masuk ke ruangannya, ia langsung melonggarkan dasi serta melepas jas-nya.
"Azzura!! Wanita seperti apa dia?! Setetes pun air matanya nggak mengalir meski aku menyakiti fisiknya," ucap Close dengan perasaan geram.
Tok! Tok! Tok!
Pandangan Close tertuju ke arah pintu. "Laura," ucap lirih.
"Sayang, aku membawakanmu makan siang," kata Laura seraya menghampiri sang kekasih.
Ia langsung duduk di pangkuan Close lalu mendaratkan kecupan di bibir. Close bergeming sembari memandangi Laura yang terlihat begitu seksi memamerkan lekuk tubuhnya.
Satu hal yang Close sadari. Azzura tak pernah mengenakan pakaian seksi seperti Laura. Gadis itu selalu berpakaian tertutup lengkap dengan hijabnya.
'Sejak zaman kuliah sampai sekarang, dia masih tetap sama. Pakaiannya tetap tertutup. Bahkan semalam saat dia tidur, hijabnya nggak lepas dari kepalanya. Apa dia nggak merasa kepanasan?'
"Sayang," panggil Laura kemudian melingkarkan tangan ke punggung leher Close.
"Hmm."
Keduanya mengarahkan pandangan ke pintu karena diketuk oleh seseorang. Tak lama kemudian Yoga terlihat membawa berkas.
"Ah, maaf Pak," ucap Yoga lalu menundukkan pandangan merasa tak enak.
Laura memutar bola matanya malas. Gadis blasteran itu kemudian beranjak dari pangkuan Close menuju sofa.
"Ada apa Yoga?" tanya Close.
"Saya ingin menyerahkan berkas penting ini, Pak," kata Yoga kemudian menyodorkan berkas itu kepada Close. "Pak, saya sekalian ingin minta izin untuk mengembalikan motor milik Zu."
Mendengar Yoga menyebut nama sang istri. Close langsung memberikan tajam pada pria itu.
"Ah, maksud saya Nyonya Azzura," sambung Yoga bahkan tak segan membalas tatapan tajam sang boss.
"Kenapa motor Azzura ada padamu?!" tanya Close kesal dengan rahang mengetat.
"Maaf Pak, kemarin saya nggak sengaja bertemu Nyonya Azzura di supermarket. Barang belanjaannya banyak jadi saya menawarkan diri untuk mengantarnya pulang," jelas Yoga.
Close bergeming mendengar penjelasan dari Yoga. Entah mengapa darahnya seolah mendidih membayangkan Yoga dan Azzura bersama.
"Pak," panggil Yoga sembari menanti jawaban.
"Hmm, pergilah!" kata Close dengan ketus.
Tanpa banyak kata Yoga memutar badan.
Ketika melangkah, ia melirik tajam ke arah Laura sekaligus merasa jijik pada gadis itu.
"Sayang, aku nggak suka sama asistenmu itu!" aku Laura kesal. "Sebaiknya kamu pecat saja dia lalu mencari assisten yang baru."
"Jangan ngaco kamu," sahut Close. "Jika aku memecatnya, aku nggak mungkin mendapatkan pengganti secerdas serta cekatan seperti Yoga."
Laura mendengus kesal. Sedetik kemudian ia berkata, "Makan yuk."
Close tak menanggapi karena memikirkan Azzura juga Yoga. Masih jelas dalam ingatannya ketika memergoki istrinya tertawa lepas bersama pria itu.
'Akh,sial! Kenapa aku malah memikirkan mereka berdua!' umpat Close dalam hati merasa dongkol.
"Sayang, kita makan siang di cafe saja," usul Close.
"Tapi kenapa? Aku sudah membawa makanan untukmu," protes Laura.
"Aku ingin ke cafe saja!" tegas Close tak ingin di bantah. Bahkan tak menghiraukan wajah kesal Laura.
Laura menghentakkan kaki sekaligus menuruti keinginan Close. Karena ia tak punya pilihan lain.
"Kenapa sih, kamu tiba-tiba berubah ingin makan di cafe?!" cecar Laura ketika keduanya berada di dalam lift.
Close tetap bungkam tak menghiraukan ocehan Laura.
.
.
.
Setibanya di cafe, Close tersenyum sinis saat mendapati motor Azzura sudah berada di area parkir karyawan.
Sesaat setelah berada di dalam cafe, ia langsung ke meja barista karena ingin memastikan Azzura ada di tempat itu.
"Permisi," kata Close.
Azzura berbalik sambil mengernyit. Ia memberi kode pada Nanda supaya melayani sang suami. Sedangkan ia sendiri akan mengantar pesanan Yoga.
Ekor mata Close tak lepas mengikuti ke mana arah langkah sang istri akan berhenti. Saat tahu Azzura ke meja Yoga, darahnya kembali mendidih.
Sedangkan Azzura yang kini berada di meja Yoga sedang menyajikan pesanan pria itu.
"Terima kasih ya, Zu," ucap Yoga dengan seulas senyum.
"Sama-sama, silakan dinikmati hidangannya," tawar Azzura kemudian meninggalkan Yoga.
Azzura kembali ke meja barista sekaligus berpapasan dengan Close juga Laura. Dengan cepat, Close mencekal lengan Azzura lalu berbisik, "Ikut aku ke ruangan Momy."
Close melirik Laura lalu meminta sang kekasih menunggunya di salah satu meja yang kosong. Meski enggan serta kesal Laura tetap menurut.
Close tak melepas cekalan tangannya dari Azzura sehingga membuat gadis itu meringis. Dari meja yang tak begitu jauh, gelagat keduanya menjadi perhatian Yoga.
"Close ... lepasin!! Kamu apa-apaan sih!" bentak Azzura. Melepas paksa tangan besar suaminya.
"Apa kamu nggak mendengarku tadi?! Harusnya kamu melayani aku dulu daripada pria itu!" Close balik membentak.
Azzura tersenyum sinis sembari menatap tajam Close. "Ya, aku mendengar. Tapi aku lebih memprioritaskan pelanggan yang lebih dulu mengorder sebelum kamu. Lagian belum tentu kamu akan mencicipi makanan yang sudah tersentuh oleh tanganku," sindir Azzura kemudian meninggalkan Close.
Close mematung tak berkutik mendengar sindiran Azzura. Akhirnya ia kembali ke meja di mana Laura sedang menunggunya. Selera makannya langsung hilang dalam sekejap.
...----------------...
Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya 🙏. Bantu like, vote dan komen, setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘