Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Robert Kelabakan
"Robert, kalau kamu memang menyukai Casandra kenqpa tidak kamu nikahi saja dia. Aku hanya khawatir jika Casandra akan berpaling ke lain hati. Lagi pula se-x bebas itu tidak baik Robert. Kamu bisa kapan saja terkena HIV dan AIDS..."
Robert segera menepuk bahu Ibra dan agar sahabat baiknya ini segera berhenti berbicara.
"Iya Brother, aku tahu kau sangat peduli padaku. Akan tetapi, aku tidak bisa hidup walau sehari tanpa main kuda-kudaan. Makanya kau cepatlah menikah biar kau tahu rasanya seperti apa. Itu sangat sulit di jelaskan Brother. Mengenai Casandra, aku masih belum bisa memaafkan kesalahannya di masa lalu, aku sudah berusaha tapi aku tidak mampu Ibra." kata Robert memandang jauh ke depan.
"Bagaimana jika Casandra mengandung keturunan mu?" tanya Ibra pada Robert.
"Hahaha, kau lucu sekali Brother. Casandra selalu bertukar-tukar pasangan seperti menukar calana-dal-am, bagaimana mungkin dia akan hamil anak ku. Dari pada kau menawarkan aku menikahi Casandra, bagaimana jika aku menikahi adik manis kita? Vania?" tanya Robert menaik-turunkan alisnya, menggoda Ibra.
"Kau mau mati?" kata Ibra melototkan mata pada teman baiknya itu dan juga menunjukkan kepalan tangannya oada Robert.
Tawa Robert menggelegar pada mendengar keposesifan Ibra pada Vania.
"Kapan kamu mau bery tahu Mommy mengenai Vania?" tanya Robert.
"Kamu tahu seperti apa Mommy dan Daddy, mereka pasti akan meneriaki aku jika tahu aku tidak segera memulangkan Vania ke Rusia jika tahu Vania memutuskan untuk pergi dari orang tua jadi-jadiannya itu. Lagi pula, aku ingin Vania menikmati masa perjalanan panjangnya sebelum benar-benar menjadi seorang Bunda dari Twins." kata Ibra sambil tersenyum menerawang. Iya Ibra yang memang sering melakukan perjalanan lintas negara ingin mengajak adik satu-satunya itu berkelana melihat ke-Aguangan Allah SWT dengan melihat belahan buminya di berbagai negara tetangga.
"Baiklah, karena Adik manis kita akan berjalan-jalan maka aku akan ikut kemanapun kalian jika sedang tidak ada misi penting. Cassandra pasti akan bisa menjadi teman yang sangat baik untuk Adik kecil kita." kata Robert.
"Akan lebih baik lagi, jika kamu membawa Cassandra dengan status sebagai istrimu..." perkataan Ibra terhenti saat melihat Robert ngeloyor pergi tanpa mau mendengar kelanjutan dari kata pria tampan itu. Hal itu membuat Ibra beristigfar banyak-banyak. Ya Allah, semoga kamu segera mendapat hidayah sahabat ku.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Matahari telah lelah menyinari bumi dia berkata sudah saat nya pulang dan beristirahat. Lembayung senja menebarkan indah pesonanya. Di tengah syahdunya suasana senja ada sepasang insan yang sedang menunggu waktu magrib masuk untuk caper (cari perhatian) pada sang pencipta.
Terlihat sangat harmonis dan romantis, si oria menyimak salah atau benar bacaan gadis manis di depannya yang sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an, sedangkan di balik pintu ada seorang pria yang memandangi keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan. Hatinya acap kali bergetar dan menghangat melihat hubungan Ibra dan sang adik Vania. Kedua kakak beradik itu terlihat sangat manis dan harmonis jika sedang bersama. Terkadang Robert ingin bisa melakukan hal yang sama seperti Ibra sahabatnya, tapi hati kecilnya selalu bertanya apakah dia bisa seperti sahabatnya itu.
Ibra laki-laki baik, hidupnya tersusun rapi. Dari membuka mata hingga menutup mata sebelum mimpi menjemputnya pria berusia 30 tahun itu tersusun dengan rapi. Sangat berkebalikan dengan Robert, banyak hal yang membuat Robert betah bersahabat dengan Ibra salah satunya adalah orang tua Ibra. Robert yang besar di panti asuhan tidak pernah tahu seperti apa rupa kedua orang tuanya melalui orang tua Ibra, Robert mendapat kasih sayang orang tua yang selama ini pria itu dambakan.
Ponsel pria itu bergetar, Robert segera menjauh dari ruangan yang selalu di bilang sahabatnya Musholla itu. Lalu pergi ke taman belakang.
"Bagaimana sejauh ini? Aku tidak ingin satupun tersisa. Tidak, tidak harus ada darah. Ibra tidak ingin aku sampai membunuh mereka, walau aku sangat ingin melakukannya! Buat mereka menangis darah! Laporkan perkembangan berikutnya padaku!" titah Robert pada orang di seberang sana.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Malam itu Robert ingin pulang ke apartmennya yang ada di Jepang. Sebagai Tuan Muda paling di segani dunia bawah tanah tentu Robert adalah laki-laki yang teramat kaya. Malam ini dia ada janji bertemu dengan Cassandra.
Saat tiba di apartmentnya Robert di sqmbut dengan wangi masakan yang sangat menggugah selera. Cassandra terkenal dengan 3 keahlian yang di milikinya, pertama mahir menggunakan senjata api dan pisau apapun jenis senjata dan pisaunya, kedua mahir mengolah masakan hingga membuat orang yang memakannya lupa diri karena nikmatnya, yang ketiga mampu membuat Robert lupa diri jika sudah bersama dengannya di ranjang penuh ya kalian tahulah maksudnya apa.
Robert yang baru saja membersihkan diri tidak menyadari ada yang berbeda dengan Cassandra. Wanita cantik seusia Robert dan Ibra itu memiliki tatapan agak berbeda hari ini.
Saat makan pun Robert terlena dengan kenikmatan makanan yang masuk ke dalam tenggorokannya.
Hingga saat pukul menunjukkan 9.30 malam dan Robert menghampiri sang teman ranjangnya itu. Cassandra langsung memberikan amplop sebelum Robert memeluk dirinya mesra seperti biasa.
"Apa... Apa-apaan ini kamu hamil anak siapa?" tanya Robert saat melihat ada alat test kehamilan yang menunjukkan garis dua dan juga surat dari dokter kandungan yang juga teman dekat Ibra dan Robert.
"Jangan pura-pura bodoh Robert. Kamu tahu pasti jika aku selama 1 tahun ini berusaha untuk mendapatkan kepercayaan kamu kembali. Dengan semua yang link yang kamu punya aku yakin kamu tahu jika aku hanya melakukannya dengan kamu." tekan Cassandra dengan wajah tanpa ekspresi yang dia miliki.
Jujur saja yang kaget bukan hanya Robert tapi Cassandra juga. Banyak sekali kemungkinan yang ada di kepala Cassandra saat akan mengutarakannya pada Robert, salah satunya adalah penolakan dari pria yang di cintainya itu.
"Aku tidak percaya jika itu adalah keturunanku." kata Robert dengan tegas.
Cassandra tertawa sumbang, lalu menengadahkan kepalanya sejenak. Lalu dia menatap pada Robert, tatapan biasa yang dia gunakan jika menatap pria itu. Tatapan penuh cinta juga syarat akan permintaan maaf ketika menatap ke arah Robert.
"Baiklah, tidak masalah. Jika dia bukan anak mu, maka dia akan tetap anak ku. Jika dia tidak punya Ayah, setidaknya dia punya Ibu. Lalu sekarang kamu ingin bagaimana? Aku sedang mengandung, apa masih ingin di teruskan hubungan kita?" tanya Cassandra menatap dalam pada Robert.
Robert yang merasa sangat kesal lebih memilih meninggalkan Cassandra tanpa menjawab sama sekali.
Setibanya di ruangan kerjanya Robert menghamburkan semua barang yang ada di meja kerjanya. Robert bukan orang yang bisa di bodohi, dia tahu jika anak yang ada di dalam rahim Casaandra adalah anaknya. Tapi Robert belum ingin punya anak.
Musuhnya yang ada di mana-mana pasti akan membuat dia kelabakan saat mengetahui jika dia punya kelemahan. Bahkan, Cassandra saja sudah beberapa kali dalam bahaya. Mungkin memang ada baiknya dia sedikit menjauh dari Cassandra, lebih tepatnya menjaga jarak.
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan