Cinta Setelah Bercerai

"Ya gak gitu juga Rifky!"

"Sayang, bisa lebih manis lagi panggil aku? Aku kan lebih tua beberapa tahun di atas kamu? Bisa ya sayang?"

Ryuka langsung menyadari, betapa formalnya dia saat pertama kali mengenal Rifky. Dan sekarang semenjak punya hubungan lebih dekat, Ryuka malah memanggil Rifky hanya dengan nama.

"Maaf, pak Rifky." Ucap Ryuka pelan.

Rifky menggaruk keningnya sambil tertawa kecil, "Jangan pak juga, yang lebih manis dan enak gitu di dengernya."

"Ih ... Aku gak tau."

"Yaudah, Rifky aja ... Dari pada Bapak." Ucap Rifky mengalah, karena mood Ryuka sedang tidak stabil kali ini.

"Aku mau pulang ke kontrakan aja."

"Ke apartemen kita dulu ya sayang, aku masih pengen sama kamu."

"Yaudah yang penting jangan disini, aku kesel terus bawaannya."

"Iya iya." Rifky menjalankan mobilnya, dan menjauh dari rumah Ryuka.

Di perjalanan.

Ryuka tertidur karena lelah sudah melupakan emosinya.

Rifky tersenyum, sambil mengelus pelan kepala Ryuka, sedangkan satu tangannya tetap fokus menyetir.

Kenapa aku bisa se gila ini jatuh cinta pada wanita, bahkan aku tidak pernah merasakan seperti ini saat bersama Alea dulu.

Andai dari dulu aku menyadari perasaan ini, mungkin sekarang kamu sedang mengandung buah hati kita.

Rifky terkekeh karena halusinasinya sendiri.

Karena suara itu Ryuka pun mengerejapkan matanya dan terbangun. "Kok belum sampai?"

"Agak macet sayang, kalau masih ngantuk tidur lagi."

"Engga, aku udah seger kok."

"Laper?"

"Nanti aja, aku mau masak di apartemen kamu."

"Apartemen kita." Ralat Rifky.

.

.

Di apartemen.

"Yang, terus apa lagi?" Tanya Rifky sambil berteriak ke arah Ryuka yang sedang membersihkan meja makan.

Rifky saat ini sedang fokus membuat telur dadar sosis, tapi karena pria itu sama sekali tidak pernah mengerjakan apapun di dapur, jadilah dia menanyakan terus menerus apa yang harus di lakukan.

"Potong sosisnyaaaaaaa, perasaan udah aku jelasin barusan ky." Sahut Ryuka sedikit kesal.

Rifky terkekeh, "Maaf yang, namanya juga pemula."

Hampir setengah jam Rifky menyiapkan telur sosis yang sebelumnya sudah dia janjikan pada saat di perjalanan tadi.

Ryuka hanya duduk manis di meja makan yang sudah bersih dan Rifky meletakan piring telur itu di atasnya.

"Taraaaa ... telur sosis cinta ala calon suami." Kata Rifky dengan bangganya

Ryuka tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Rifky yang menyebut dirinya sebagai calon suami.

"Tapi sayang, cinta kita terhalang restu." Sahut Ryuka jail.

"Akan kuhadang halangan itu, asalkan terus bersama kamu semuanya akan baik-baik saja."

Ryuka hanya membalas dengan senyuman, lalu menyiapkan piring untuk mereka menyantap masakan Rifky .

"Hubungan kita manis dan menyenangkan, tapi terhalang restu orang tua yang haus harta, hm ... Semua orang pasti mempunyai masalahnya tersendiri, aku yakin kita pasti dapat hasil terbaik, jika sudah berjodoh, tidak akan ada yang bisa menghalanginya." Ucap Ryuka.

"Setuju sayang, yuk makan dulu, habis itu kit ngobrol lagi."

"Habis ini mau pulang dong." Ledek Ryuka.

"No ... Aku culik kamu hari ini, nginep ya? Ya ya ya." Pinta Rifky dengan mata berbinar.

"Engga Ky, gak boleh." Sahut Ryuka dengan wajah seriusnya.

"Iya becanda sayang, tapi pulangnya nanti malam dong, aku masih kangen."

"Hmmmm."

Rifky mencubit gemas pipi Ryuka, lalu keduanya menyantap bersama makanan sederhana yang mempunyai rasa mewah di lidah mereka masing-masing.

***

Di kantor.

Pagi ini Ryuka harus membersihkan ruangan kerja Glen yang merupakan CEO tempatnya bekerja.

Saat Ryuka memasang tanda lantai basah, Glen masuk ke dalam ruangan dengan terburu-buru, pria itu terjatuh dan menabrak Ryuka dengan ember yang berisi air di sampingnya, sontak saja Ryuka langsung basah di bagian celana dan sedikit di bagian perut, begitu juga dengan Glen si pelaku.

"Mm-maaaf Ryuka, saya sedang buru-buru karena ada rapat mendadak, waduh baju seragam kamu basah." Ucap Glen merasa bersalah.

"Tidak apa pak Glen, nanti saya ganti seragam stok yang ada di gudang."

"Sekali lagi saya minta maaf, saya harus segera keluar dan harus mengambil flashdisk di laci meja kerja saya, kamu silahkan lanjut bersihkan, jangan lupa langsung ganti baju, agar tidak masuk angin."

"Iya pak Glen.

Sesudah menyelesaikan tujuannya, Glen langsung pergi ke ruang rapat dan meninggalkan Ryuka.

.

.

Rifky dengan senangnya memasuki lobby kantor dimana Ryuka bekerja, di setiap jam nya Rifky selalu excited saat akan melihat sang kekasih, walaupun sebenarnya dia tidak rela wanitanya itu bekerja sebagai cleaning service, tapi Ryuka selalu menentangnya.

Rapat kerja di adakan oleh beberapa pembisnis di ruangan khusus di kantor Glen.

Hampir 4 jam rapat berlangsung, semua peserta rapat sudah mulai meninggalkan ruangannya.

Glen mengambil barang pesanannya di resepsionis, dan segera pergi ke pantry, dimana biasanya Ryuka berada.

"Ryuka!" Panggil Glen.

"Eh, iya pak." Ryuka berjalan mendekat pada Glen.

Tanpa mereka tahu Rifky menghentikan langkahnya, saat melihat Glen dan juga Ryuka yang sedang berdiri saling berhadapan, tujuannya ke pantry adalah memberi Ryuka kejutan tanpa mengabarinya terlebih dahulu.

"Ini, saya tadi pesan cake coklat, sebagai permintaan maaf tadi pagi."

"Yaampun pak, beneran saya gak apa-apa, gak usah berlebihan pak."

"Terima aja Ryuka, ini enak loh."

"Mm ... Kalau begitu saya terima, terimakasih ya pak."

Rifky yang tidak mendengar percakapan Ryuka dan Glen langsung meradang, saat melihat kedekatan pacarnya itu dengan teman bisnisnya, apalagi Ryuka terlihat menerima paper bag kecil berwarna pink.

"Ehem ... " Ucapnya sambil berjalan mendekat.

Ryuka mendadak kaget saat melihat Rifky berjalan dengan tatapan dingin yang dulu, tatapan saat pertama kali mereka bertemu.

"Pak Rifky, anda belum pulang?"

"Belum, saya mau menemui PACAR saya dulu, tidak boleh?" Kata Rifky dengan sinis.

"Oh ya, silahkan pak Rifky." Glen meninggalkan Rifky dan juga Ryuka di depan ruangan pantry.

Ryuka menelan ludahnya kasar, dia tahu Rifky adalah orang yang sangat sangat pencemburu.

"Udah makan siang?"

"Udah Ky, barusan sama temenku, kamu kok gak ngabarin mau kesini, kita kan bisa makan siang bersama." Ucap Ryuka mencari aman.

"Yasudah, baguslah. Oh ya ... Sore ini kamu gak usah ke apartemen, saya mau pergi."

"Pergi? Kk-kemana ky?" Tanya Ryuka yang sudah merasakan perasaan tidak enak.

"Saya pamit." Ucap Rifky tanpa menjawab pertanyaan Ryuka.

Ck ... Pasti salah paham. Batin Ryuka.

Ryuka tidak bisa berbuat banyak untuk menahan Rifky agar tidak pergi, karena dia sudah menghabiskan waktu istirahatnya tadi, tentu saja temannya akan merasa tidak adil jika Ryuka melakukan itu dan menyia-nyiakan waktu bekerjanya.

***

Di kantor.

Fadli sudah membayangkan, Rifky akan sumringah saat pulang dari rapat di kantornya Glen, tapi kenyataannya Rifky datang ke kantornya dengan wajah masam dan langkah kaki yang tidak santai, sehingga Fadli kewalahan membuntutinya.

Ada huru hara apalagi ini? Ternyata perkiraanku salah.Batin Fadli.