Azka Mahespatih (28th) bersembunyi di rumah Nandita (20th) saat ia tengah di kejar oleh beberapa orang preman yang hendak mencelakainya.
Dita yang kaget saat mendapati lelaki asing yang memasuki rumahnya sontak ingin berteriak,tapi sebelum itu terjadi Azka dengan cepat berlari menuju Dita tetapi kakinya tersandung oleh kaki kursi hingga ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas tubuh mungil Dita,di saat bersamaan para warga sekitar menggrebek mereka dan menikahkan mereka. mau tidak mau mereka menikah juga. bukan tanpa sebab Azka tidak menolak menikahi Dita,karena Azka pernah di tolong oleh Dita maka dari itu ia ingin membalas kebaikan Dita dengan menikahi gadis itu.
bagaimana kelanjutan ceritanya apakah pernikahan mereka akan langgeng atau sebaliknya?
jangan lupa dukung author dengan cara klik love,komen dan subcreb ya...🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yadah elek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penyesalan
Azka sedang duduk termenung mendengar penjelasan dari dokter,ia merutuki kebodohanya yang tak bisa meredam emosinya. memang dia aku memiliki tempramen. dia sudah mencoba untuk konsultasi ke psikiater tetapi hasilnya nihil, tetap saja dia berbuat kasar terhadap seseorang yang sudah menyakiti mamanya.
"istri anda mengalami kekerasan seksual sehingga mengalami pendarahan yang begitu hebat sehingga ia kehilangan banyak darah,untung saja anda dengan cepat membawanya ke rumah sakit jika tidak nyawa istri anda tidak tertolong ." penjelasan sang dokter semakin membuatnya merasa bersalah tak seharusnya ia bersikap demikian,dan seharusnya ia memilih menjauh dari pada harus meluapkan amarahnya. kini hanya penyesalan yang ada di benaknya.
Azka berjalan dengan gontai memasuki ruangan dimana istrinya berada.
dia mendekati ranjang istrinya dan duduk di sebelahnya,dia meraih tangan Dita yang tak terpasang jarum infus. dia memandang wajah pucat Dita dengan sendu,diambilnya tangan istrinya dan mengecupnya dengan lembut.
"mas minta maaf sayang,mas janji tidak akan mengulanginya lagi." ucap Azka sendu
saat Azka menunduk dan tanganya masih menggemgam tangan Dita,ia mendengar suara rintihan dari mulut mungil Dita.
"ayah...ibu...jangan tinggalin Dita,hiks...hiks...
ayah...ibu...aku ingin ikut kalian tunggu...jangan pergi." rintihnya
mendengar rintihan Dita,semakin membuat hancur lantas ia berdiri dan membawa Dita dalam pelukanya.
"tidak... tidak...sayang kamu akan tetap bersama mas,jangan tinggalin mas mas mohon." ucap Azka sendu
merasa Dita sudah tenang baru dia melepaskan pelukanya.dan dengan perlahan membaringkan Dita setelah itu dia menyusl ikut berbaring bersama istrinya,ia memeluk erat Dita seakan tak rela jika Dita pergi dari sisinya.
🥀🥀🥀🥀
Dita membuka matanya secara perlahan saat merasa ada beban berat telah menindihnya,sekuat tenaga ia membuka kedua matanya,saat matanya terbuka ia melihat Azka tepat di depan wajahnya,
"aaa... tidak,tidak mas maaf aku benar-benar tak sengaja." Dita meronta bahkan mendorong tubuh Azka Hinga terjatuh dari atas ranjang.
Azka meringis memegangi bokongnya yang terasa sakit akibat terjatuh,dia kaget saat melihat Dita yang begitu ketakutan sambil memeluk tubuhnya sendiri.
tubuh Dita gemetaran ia terisak kecil,terus bergumam tak jelas.
Azka berdiri dan menghampiri Dita yang tengah ketakutan,ia sangat takut Azka akan menyiksanya lagi.
"sayang..."ucap Azka sambil memegangi pundak Dita.
"ampun mas,Dita beneran gak sengaja." ucap Dita histeris.
Azka yang panik melihat Dita yang terus menolaknya saat ia akan memeluknya ia langsung memencet bel darurat untuk memanggil dokter.
"sayang,tenanglah mas gak akan nyakitin kamu lagi,kamu tenang ya." ucap Azka sambil terus memeluk tubuh Dita. walaupun Dita terus berontak Azka tetap memeluknya erat. sungguh bukan ini yang ia harapkan,ini semua karena kebodohannya.
tak berselang lama dokter dan suster berdatangan untuk menenangkan Dita.
"bapak tolong keluar dulu,biar kami bisa menangani."
Azka mau tak mau menuruti apa yang di katakan oleh suster tadi.
Azka berjalan mondar mandir menunggu seseorang untuk keluar dari ruangan Dita di rawat,dia sungguh ingin tahu apa yang terjadi dengan istrinya itu,kenapa bisa sehisteris itu saat melihatnya.
butuh waktu tiga puluh menit dokter memeriksa istrinya,
"boleh saya bicara sebentar?" tanya sang dokter
"tentu dokter,." Azka kemudian mengikuti sang dokter menuju ruangannya.
🥀🥀🥀🥀
"bagaimana keadaan istri saya dokter?" tanya Azka saat sudah sampai di ruangan dokter dan mendudukan bokongnya di kursi yang telah disediakan.
"begini pak,sepertinya istri anda mengalami trauma pasca kejadian yang menimpanya,dan membutuhkan psikiater agar istri anda bisa pulih seperti sedia kala." ucap sang dokter.
sungguh Azka mendengar hal itu sangat terpukul dia semakin menyalahkan dirinya sendiri.
Azka berjalan gontai menuju ruang istrinya berada,sungguh ia benar-benar menyesal seandainya waktu bisa di putar kembali dia tidak akan melakukan hal itu kepada istrinya dan istrinya tidak akan mengalami hal ini.
"Azka bagaimana keadaan Dita?" tanya sang papa kawatir.
"mama kok ikut kesini?seharusnya mama banyak istirahat." Azka mengabaikan pertanyaan sang papa dia malah fokus ke sang mama yang masih berjalan kesusahan datang kerumah sakit.
"mama sudah lebih baik sayang kamu jangan kawatir,bagaimana keadaan Dita?"
"Dita sudah melalui masa kritisnya ma,tapi .."
"tapi kenapa nak?" tanya sang mama mendesak
sang papa juga menanti jawaban dari anaknya.
"Dita mengalami Trauma ma,pa akibat perlakuan kasar Azka."
lalu Azka menceritakan semuanya tanpa ia tutupi sedikitpun.
"papa benar-benar tidak menyangka atas perbuatanmu Azka, seharusnya kamu jadi pelindung bagi istrimu bukan malah sebaliknya." ucap sang papa
"papa apaan sih,Azka kan cuman bela mama pa lagian itu juga di luar kendalinya." bela sang mama
"kamu itu ma,anak salah bukanya di tegur malah di bela."
"sudah-sudah jangan bertengkar,ini semua salah Azka jangan di kalian jadi bertengkar akibat masalah ini biar Azka yang menanganinya."
mereka masuk ke dalam terlihat Dita yang masih pucat memejamkan matanya akibat obat penenang yang di berikan oleh sang dokter.
"Azka lebih baik kamu pulang dulu,bersihkan dulu badan kamu dan istirahatlah biar mama dan papa yang menjaga." ucap sang mama.
"tapi ma..."
"mama kamu benar Azka kamu harus istirahat jangan sampai kamu juga sakit,jika kamu sakit siapa yang akan memberikan semangat ke Dita." timpal sang papa.
akhirnya Azka menuruti apa yang di bilang oleh kedua orang tuanya,dan ia juga membenarkan ucapan sang papa.
sebelum pergi Azka menyempatkan untuk mencium kening sang istri,sungguh ia merindukan Dita yang ceria,jangan sampai ia kehilangan keceriaan sang istri akibat perbuatannya.
deret... deret...ponsel papa berbunyi , dengan segera ia mengangkat telponya.
"ma, sepertinya papa harus pergi harus ada yang papa tangani.mama gak apa kan jika harus sendirian menjaga Dita."
"iya pa,papa tak perlu kawatir,biar mama disini sampai kembali."
"ya sudah kalau begitu,kalau ada apa-apa,mama telpon papa ya."
mama mengangguk dan menatap kepergian sang suami.ia tersenyum saat sang suami melambaikan tanganya,lalu kemudian senyum itu luntur saat mama menatap Dita yang masih tak sadarkan diri.
mama lebih memilih duduk di sofa yang tersedia di kamar VIP itu,ia mengambil majalah untuk di bacanya sambil menunggu Azka kembali.
selang berapa menit Dita sadar dari tidurnya,ia membuka matanya secara perlahan.
"ma..." ucap Dita lemah,namun masih di dengar oleh sang mertua.
sementara sang mertua hanya menoleh lalu melengos memandang Dita. ia berusaha bangun untuk menggapai air yang tersedia di atas nakas,tetapi karena badanya yang masih lemas ia tak sengaja malah menyenggolnya.
pyaar...
sontak mama menoleh ke arah Dita lalu dia berjalan ke arah Dita,dan membantu Dita untuk minum.
"dasar merepotkan." ucap sang mama setelah memberi air kepada Dita.
"maaf ma." cicit Dita
"sudahlah,ini belum seberapa aku akan mebuat dirimu lebih menderita karena telah berani masuk ke dalam keluargaku." tunjuk sang mama tepat di wajah menantunya.
Dan benar2 bkn orang tuanya yg melakukan
padahal pelakunya bkn ibunya dita.
hanya saksi hidup sdh tdk ada