NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Mereka bertiga memasuki kawasan hutan pinus, deru angin bergemuruh ketika meniup rimbun daun-daun pinus.

Banyak kelompok siswa yang juga berada ditempat itu, suasananya yang sejuk dan teduh membuat mereka betah berlama lama dibawah naungan pohon pohon tersebut, ada yang sambil makan, berfoto dan ada yang hanya duduk duduk begitu saja.

Dan kelompok Rizka juga ada di situ, ia bersama Stella, Igor dan beberapa lainnya.

"Tumben mereka tidak mencari masalah lagi denganmu, Nero?" bisik Nadia.

"Entahlah, mungkin mereka belum menemukan cara yang tepat, tapi bukannya duel dengan club karate karena gara-gara mereka?" cibir Nero, disambut tawa Nadia. Ia juga meyakini kalau duel itu karena ulah Stella dan kawan-kawannya.

Mereka memilih tempat yang cukup lapang, kemudian duduk bertiga. Nadia dan Susan mengeluarkan kotak kue yang dibawanya.

Nero asik memandangi beberapa anak yang main seluncuran, Rizka dan kelompoknya juga ikut dalam anak-anak itu, mereka menaiki pelepah daun pinang yang dipotong tangkainya, dengan kondisi tanah yang miring dengan timbunan daun-daun pinus yang tersebar merata menutupi tanah, membuatnya licin dan mudah dijadikan arena meluncur. Pada bagian bawah ada batang kayu besar yang melintang yang menghentikan peluncuran, jika tidak ada gelondongan kayu tersebut, mereka akan langsung terjun bebas masuk kedalam jurang, karena tidak jauh dibelakang pohon melintang tersebut adalah tepi sebuah tebing yang cukup tinggi.

Namun pemandangan indah di belakangnya membuat beberapa siswa mengabaikan bahaya tebing tersebut. Mereka dengan riang gembira berpose untuk berfoto-foto.

Perhatian Nero teralihkan ketika melihat beberapa anak perempuan mendekati, mereka mengajak kenalan tapi mata mereka tidak lepas dari bunga anggrek yang di bawa Nadia dan Susan.

Nero tersenyum mengamati, tentu saja ia tidak akan dilibatkan dalam perbincangan itu. Ia membaringkan tubuhnya terlentang, tangannya meremas daun-daun pinus yang seperti helai helai rambut namun dengan ukuran yang lebih kasar, dengan pikiran santai ia menyamankan diri diatas' kasur' pinus kering tersebut. Terus menyimak obrolan di sebelahnya, gadis-gadis yang datang itu memuji bunga-bunga yang mereka bawa. Mereka mengatakan corak warnanya sangat bagus dan alami, sampai akhirnya salah seorang menyatakan minat untuk membelinya.

Nero menajamkan pendengarannya, apa ia tidak salah dengar? Salah satu gadis itu menawar 250 ribu? Dia mengatakan dirinya adalah seorang kolektor berbagai jenis tanaman anggrek, namun tentu saja Nadia dan Susan menolak.

Tetapi penawar itu tidak kehilangan akal, dia dengan pintarnya akan membeli bunga Nadia dan ia akan menambahkan dengan anggrek jenis lain dari koleksinya di rumah, Nadia goyah.

Tiba-tiba terdengar jeritan dari bawah mereka, Nero terkejut dan langsung duduk, ia melihat Stella menjerit histeris, sementara Igor dan beberapa temannya terlihat sangat panik, semua orang menoleh ke arah suara jeritan, di sana banyak orang berlarian menuju kerumunan sambil melongok kedalam jurang.

"Ada yang jatuh?" Nero setengah berteriak bertanya, namun tidak tahu pertanyaannya ditujukan untuk siapa, ia segera berlari mendekati kerumunan, diikuti oleh Nadia.

"Ada apa?" Nadia bertanya sesampainya di kerumunan.

"Ada yang jatuh masuk ke dalam jurang," jawab seorang anak laki-laki.

Stella yang sekilas melihat Nadia spontan berkata dengan panik, "Nadia, Rizka jatuh kedalam jurang!" Air matanya mengalir deras ketakutan.

"Rizka?" Nero dan Nadia mengulang bersamaan.

Kenapa lagi-lagi anak itu, sesal Nero dalam hati.

"Sudah ada yang menghubungi pihak sekolah?" seseorang bertanya,

"Belum, tidak ada sinyal di sini..., tolong siapa saja yang ada sinyal ...."

Keributan menjadi riuh, tidak ada yang tau apa yang terjadi dengan Rizka di bawah sana.

"Aku akan turun kebawah," ucap Nero kepada Nadia.

"Hah?" Nadia terbelalak, "Kamu yakin?" Nadia merasa Nero hanyalah bercanda. Jurang itu sangat dalam, dengan kabut yang menutupi itu tampak lebih menakutkan.

"Aku akan mencoba," jawab Nero, "Kamu jangan khawatir, jika tidak memungkinkan untuk turun ke bawah, aku akan segera kembali," ia meyakinkan Nadia.

Nadia menatap mata Nero lekat-lekat, ia melihat jejak keseriusan di sana, ekspresi Nadia menjadi cemas, "Nero... kamu tidak perlu ...," Nadia menjadi bingung.

Nero lalu mengacak sayang rambut Nadia, tanpa sepatah kata lagi ia meminta jalan di kerumunan, berdiri di tepi tebing dan melihat kemungkinan ada jalan untuk turun.

Ia melihat ada akar pohon yang keluar dari sisi tebing, Nero membungkuk dan meraih akar kayu tersebut, lalu dengan gerakan ringan ia merayap turun ke bawah.

Stella yang melihat Nero turun kebawah tebing, menatap tak percaya, ia gugup sejenak sebelum matanya mencari-cari Nadia.

Tebing itu sangat curam, namun untung saja banyak akar kayu yang menonjol, bahkan ada pohon belukar yang tumbuh di sisi itu.

Dengan tidak ada orang yang melihatnya, Nero lincah berpindah dan bergantungan dari satu tonjolan akar ke mana saja bagian kokoh yang bisa menahan tubuhnya.

Namun sejauh ini ia belum melihat dasar dari jurang tersebut, didalamnya tertutup kabut, pandangan Nero terhalang.

Sayup-sayup ia mendengar suara halus minta tolong, hati Nero sedikit lega, paling tidak Rizka masih hidup, pikirnya.

Suara itu semakin keras, ia melihat ke dasar dasar jurang masih jauh, namun suara Rizka diperkirakan nya tidak sejauh itu.

Nero memperhatikan dari mana datangnya suara, ia terus menuruni tebing, dan ketika memasuki area berkabut, Nero melihat sebuah pohon kecil yang tumbuh di sisi tebing. Di salah satu dahan, sesosok tubuh gadis remaja tampak tersangkut.

Gadis itu berpelukan pada sebuah dahan rimbun yang menjorok ke jurang, wajahnya ketakutan, rambutnya acak-acakan, ia menangis dan tampak sangat menderita.

Ketika menyadari ada yang datang, ia berteriak minta tolong lebih keras lagi, namun pandangannya terhalang kabut, dan ia tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang yang akan menolongnya itu.

Nero menginjakkan kakinya di dahan pohon tempat Rizka berada, dengan hati-hati ia menuju ujung dahan.

"Nero?"

Sekarang Rizka melihat dengan jelas siapa sosok itu, dan hatinya tercekat, bahkan di pikiran paling liarnya sekalipun, ia tidak akan memikirkan bahwa orang itu adalah Nero.

"Tenang, jangan bergerak," ujar Nero, ia memperhatikan posisi Rizka. Jika ia tidak datang tepat waktu, Rizka kemungkinan tidak bisa bertahan lebih lama lagi di dahan itu, pikir Nero.

Nero mengulurkan tangannya, mencoba menjangkau Rizka.

"Ulurkan tanganmu," kata Nero.

Rizka mengulurkan tangannya, namun jaraknya masih cukup jauh.

"Geser lebih dekat," pinta Nero, namun ketika menggerakkan tubuhnya, terdengar suara berderak. Rizka hampir terjatuh kembali. Melihat jurang yang dalam di bawahnya, bahkan hati Nero sedikit bergidik.

"Toloong!," teriak Rizka.

"Cukup, jangan bergerak!" Nero balas berteriak, ia menjadi pucat.

Suara pekikan elang terdengar di bawah lembah, kabut putih menggumpal tebal.

"Tenangkan dirimu, tarik napas," Nero mengingatkan agar Rizka jangan panik.

Nero menatap keatas, berharap bantuan akan segera datang, namun tidak ada tanda-tanda gerakan.

"Kita coba lagi," ujar Nero, ia menatap Rizka.

Rizka mengangguk, ia tidak tahu apa perasaannya saat ini, atau bahkan ia tak peduli, hanya memikirkan ingin diselamatkan, air matanya terus bercucuran.

Menarik napas kemudian Nero melangkah lagi di dahan. Perlahan ia maju, mengulurkan tangannya. Rizka juga mengulurkan tangannya... sedikit lagi.... dapat!.

"Pegang tanganku erat-erat!" perintah Nero, Rizka mengangguk dan memegang tangan Nero kuat.

"Perlahan geser tubuhmu kesini," instruksi Nero, Rizka menuruti, ia menggeser tubuhnya yang terbaring di ujung dahan ke dekat Nero.

Krakk..!

Nero pucat pasi, dahannya berderak, tidak kuat menahan berat tubuh mereka berdua. "Jangan bergerak!" teriak Nero panik, Rizka menjadi gugup, namun belum sempat Nero menstabilkan diri, dahan itu benar-benar diakhir pertahanannya. Dengan suara derak mengerikan dahan itu patah!

Kraakk!!!!

Tangan Nero masih memegang tangan Rizka, di saat tubuhnya terayun mengikuti jatuhnya dahan itu, ia mencoba menggapai sesuatu dengan tangan sebelah lainnya, namun sia-sia, tidak punya pilihan, Nero dengan satu injakan kuat melempar dirinya kearah Rizka dan memegang tubuh gadis itu.

Rizka menjerit, dengan refleks memeluk erat tubuh Nero, mereka berdua meluncur jatuh ke dalam jurang.

...

1
Rahmat Anjaii
lanjut thioorrr, klo prlu tambah babnya.
dear: diusahakan
total 1 replies
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!