NovelToon NovelToon
Terjebak Pernikahan Kontrak

Terjebak Pernikahan Kontrak

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati / Duda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:27.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Clarissa icha

Harap bijak memilih bacaan.
riview bintang ⭐ - ⭐⭐⭐ = langsung BLOK.!


Barra D. Bagaskara, laki-laki berusia 31 tahun itu terpaksa menikah lagi untuk kedua kalinya.
Karena ingin mempertahankan istri pertamanya yang tidak bisa memliki seorang anak, Barra membuat kontrak pernikahan dengan Yuna.
Barra menjadikan Yuna sebagai istri kedua untuk mengandung darah dagingnya.

Akibat kecerobohan Yuna yang tidak membaca keseluruhan poin perjanjian itu, Yuna tidak tau bahwa tujuan Barra menikahinya hanya untuk mendapatkan anak, setelah itu akan menceraikannya dan membawa pergi anak mereka.

Namun karena hadirnya baby twins di dalam rahim Yuna, Barra terjebak dengan permainannya sendiri. Dia mengurungkan niatnya untuk menceraikan Yuna. Tapi disisi lain Yuna yang telah mengetahui niat jahat Barra, bersikeras untuk bercerai setelah melahirkan dan masing-masing akan membawa 1 anak untuk dirawat.

Mampukah Barra menyakinkan Yuna untuk tetap berada di sampingnya.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Huft,, selesai juga." Yuna menghela nafas. Wajahnya terlihat lelah dengan keringat dikening dan pelipisnya.

Dia sudah menyiapkan makan malam dan selesai menatanya di atas meja makan.

Beberapa menu makanan tersaji di atas meja. Yuna tersenyum kecuk meski ada sedikit kebahagiaan yang dia rasakan.

Setelah melihat pertengkaran dan permasalahan yang menimpa rumah tangga orang tuanya, Yuna sempat berfikir tidak akan menikah.

Pengalaman pahit itu membuat Yuna merasa bahwa pernikahan hanya memberikan kebahagiaan sesaat dan pada akhirnya akan meninggalkan luka dan kehancuran.

Namun keadaan membuat Yuna harus berada di posisi yang tidak pernah dia inginkan. Harus menikah dan berurusan dengan laki-laki yang sampai detik ini tidak dia ketahui identitasnya.

"Aku melakukan ini demi Mama. Mas Barra sudah memberikan semuanya, Mama juga sudah sembuh dan kami bisa hidup tenang berdua."

"Sudah seharusnya aku menjalani semua ini sesuai perjanjian itu." Gumam Yuna sembari menatap makanan diatas meja.

Dia sedang memberikan semangat dan kekuatan untuk dirinya sendiri.

Pernikahan kontrak yang dia jalani masih panjang. Yuna berharap bisa melalui semua itu hingga akhir.

Melepas apron dan meletakan lagi di tempat semula, Yuna beranjak dan pergi ke kamar untuk mandi.

"Mas,,," Seru Yuna sembari mengetuk pintu kamar.

Dia bisa saja mandi di kamar sebelah kalau Barra masih ingin berada di dalam sana, tapi perlengkapan mandi dan baju gantinya ada di kamar yang sedang di tempati oleh Barra.

"Aku mau ambil baju,," Ujarnya lagi.

Pintu terbuka, Barra menatap datar wajah Yuna dan memberikan jalan untuk Yuna agar bisa masuk ke kamar.

"Maaf, lagi istirahat ya.?" Yuna terlihat tidak enak pada Barra

"Hmm."

"Baju apa.?" Tanya Barra.

"Baju ganti, aku mau mandi." Yuna menjawab sembari berjalan masuk.

Mendengar Yuna akan mandi, Barra beranjak keluar.

"Mas Barra nggak usah keluar, aku cuma mau ambil baju aja sama perlengkapan mandi. Mau mandi di kamar sebelah." Cegah Yuna.

Dia tidak enak membuat Barra keluar dari kamar padahal tadi sedang istirahat.

"Lanjutin aja istirahatnya, nanti aku panggil kalau kita mau makan malam." Tambah Yuna. Dia kembali melangkah menuju walk in closet.

Sementara itu Barra yang tadi sudah berada di luar kamar, kini masuk lagi ke dalam kamar. Berjalan menuju ranjang dan kembali merebahkan tubuhnya disana.

Persoalan rumit yang sedang dia hadapi, akhir-akhir ini membuatnya cepat lelah.

Keluar dari walk in closet, manik mata Yuna melirik sekilas ke ranjang.

Barra tidur terlentang dengan kedua tangan yang disilangkan di atas kening.

Kaos lengan pendek yang dia pakai, membuat otot-otot lengannya terlihat sempurna.

Yuna kembali melirik, kali ini lebih lama dan memperhatikan Barra dari ujung kaki hingga kepala.

Pertanyaan tentang identitas Barra kembali muncul di benak Yuna. Meski pernikahannya bukan untuk selamanya, tetap saja Yuna ingin tau identitas dan asal usul Barra yang berstatus sebagai suaminya saat ini.

Gerakan kaki Barra membuat Yuna langsung beranjak dari sana. Dia masuk ke kamar mandi, mengambil perlengkapan mandinya dan segera keluar dari kamar tanpa melirik ke arah ranjang lagi.

...*****...

Yuna turun ke bawah setelah tadi membangunkan Barra untuk makan malam bersama.

Sampainya di dapur, Yuna meletakkan 2 piring untuk dia dan Barra.

Yuna menoleh setelah mendengar sura langkah kaki. Wajah Barra yang baru bangun tidur, masih terlihat lesu. Walaupun Yuna tau kalau Barra sudah mencuci wajahnya. Terlihat dari rambut bagian depannya yang sedikit basah.

"Mama kamu nggak makan.?" Barra menarik kursi dan duduk di depan meja makan. Matanya mengamati hidangan yang tersaji di atas meja.

"Mama sudah makan, cuma minta buah sama roti aja." Jawab Yuna. Dia langsung duduk di depan Barra.

"Aku nggak tau makanan kesukaan Mas Barra apa, jadi cuma masak yang aku bisa." Tutur Yuna. Seakan sedang memberikan penjelasan pada Barra yang tadi masih mengamati masakan buatannya.

"Nggak masalah, aku makan apa saja." Barra menjawab santai. Dia menyendok nasi ke dalam piring miliknya, lalu mengambil beberapa menu.

Yuna hanya diam sembari memperhatikan makan apa yang di ambil Barra dan mana yang tidak disentuh olehnya.

Yuna tidak punya keberanian untuk menanyakan makanan kesukaan Barra, karna menurutnya akan terlalu mendalami peran padahal hanya sebagai istri sementara.

Setidaknya dengan cara mengingat makanan apa saja yang di ambil oleh Barra setiap kali makan bersama, secara langsung bisa membuat Yuna tau makanan apa saja yang disukai oleh Barra.

Anggap saja apa yang dilakukan Yuna saat ini, sebagai bentuk terimakasih atas kebaikan dan tanggungjawab Barra padanya dan Mama Rena.

Barra mulai menyantap makanannya, begitu juga dengan Yuna. Keduanya fokus dengan makannya masing-masing tanpa ada yang bicara.

Keheningan di antara mereka berdua di iringi dengan suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

15 menit berlalu dalam keadaan saling diam. Keduanya sudah selesai menghabiskan makan malam. Sesekali Yuna melirik Barra yang mulai sibuk dengan ponselnya.

"Ada apa.?" Tanya Barra. Dia memang tidak bisa membaca isi hati dan pikiran seseorang, tapi bisa membaca gerak gerik Yuna yang terlihat ingin menyampaikan sesuatu padanya.

Yuna sedikit terkejut, tidak sadar kalau ternyata Barra memperhatikan kegelisahannya sejak tadi.

"Sudah 2 minggu aku cuti. Besok aku harus ke kantor lagi." Yuna sedikit ragu mengatakan hal itu pada Barra, takut Barra akan menjawab hal itu bukan menjadi urusannya. Tapi Yuna merasa harus tetap mengatakan hal itu pada Barra.

Barra mengangkat wajah, meletakkan ponsel di meja dan menatap dengan ekspresi serius.

"Selama masih terikat perjanjian, aku nggak ngijinin kamu kerja." Jawaban Barra tidak terduga. Yuna sampai bingung mendengarnya.

"Kamu bisa keluar dari pekerjaan sementara. Lagipula aku sudah mencukupi kebutuhan kalian."

"Mama kamu juga baru pulang dari rumah sakit. Kamu mau ngebiarin Mama kamu sendirian di rumah.?"

Perkataan Barra membuat Yuna berfikir ulang untuk kembali bekerja. Memang benar Barra mencukupi kebutuhan dia dan Mama Rena. Bahkan uang yang kemarin di kirimkan oleh Barra lebih dari cukup untuk keperluan selama 1 bulan.

Barra memberikan uang 3 kali lipat dari uang gajinya yang dia terima dari kantor.

Kesehatan Mama Rena juga belum stabil, belum bisa beraktivitas sendiri tanpa pengawasan dan bantuan darinya.

Namun, Yuna merasa terbebani kalau hanya mengandalkan uang dari Barra.

"Tapi aku nggak mungkin akan bergantung terus sama Mas Barra. Suatu saat,,, Maksudku setelah semua ini selasai, aku dan Mama harus tetap bertahan hidup."

Yuna sudah berfikir jauh. Setelah kontrak pernikahannya dengan Barra berakhir, dia tidak bisa lagi mengandalkan Barra.

Barra diam sejenak, terlihat berfikir keras untuk mencari solusi.

Dia tidak mungkin membiarkan Yuna bekerja karna takut Yuna akan kelelahan dan sulit untuk hamil.

Namun Barra juga tidak mungkin membatasi gerak gerik Yuna, apa lagi untuk menyangkut kelangsungan hidup Yuna dan Mamanya setelah pernikahan berakhir.

“Aku nggak ngijinin kamu kerja di luar, kamu mungkin bisa buat usaha di rumah. Selain waktunya fleksibel, kamu masih bisa jagain Mama kamu."

Tutur Barra. Dia juga belum punya ide tentang usaha apa yang bisa dikerjaan oleh Yuna. Setidaknya, hal itu bisa membuat Yuna berfikir untuk mencari ide sendiri sesuai dengan keinginannya.

"Baiklah, akan aku pikirkan nanti."

"Kalau begitu besok aku akan resign dari kantor." Yuna menunduk sedih. Sedikit tidak rela harus keluar dari pekerjaan yang sejak dulu menjadi impiannya.

1
Sriza Juniarti
kocak..kayaknya🤣🤣
roza prasinta
oon yuna, mau pula kd madu
Etha Margaretha
goblooookkkkk..gamau dket ama papanya anak² dngn maksd gamau dihina...tp masuk ke apartemen lelaki lainnnnn...TOLOL !!!!
Etha Margaretha
cewek anjeng
Etha Margaretha
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
barra, serakah harusnya dia milih Yuna dan anaknya
Heldina Togatorop Dina
harusnya barra milih Yuna, karena ada anak"
Leha Valenia
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
yuna bodoh bgt, kog mau sih ngasih anaknya, tetap aj cerai, karena bara ngak ada cinta SM km yuna,sadar dong
moemoet
Luar biasa
Inggrianie Sikumbang
ceritanya bagus
elluph
iklannya lama bgt
Quieenarra Nathaniella Kayleen
Luar biasa
Muki Roh
Kecewa
Muki Roh
Buruk
Annisa Rizki
Luar biasa
Muki Roh
bara jahat banget yaaa😭😭
Muki Roh
dasar si boro... licik
Susana Sari Sari
ceritanya biarpun panjang tp tidak sama sekali jd bosan thor...karyamu keren....
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺nada Mυɳҽҽყ☪️
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!