Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
You are Only Mine Baby
"By... Bangun Sayang. Kita ke rumah sakit." Alvin membangunkan Aya yang tengah menikmati tidur siangnya. Pipi merah jambu gadis itu begitu menggoda membuat Alvin enggan berhenti menciuminya.
Pria itu beralih pada hidung mancung Aya yang tampak kemerahan. Ia mengusap lembut hidung gadis itu dengan sesekali sedikit mencubitnya.
"Ini jam berapa?" tanya Aya masih dengan mata terpejam meskipun tidurnya terganggu.
"Jam setengah satu."
"Masih setengah satu." Aya mendudukkan tubuhnya malas.
"Ayo dong By..."
"Iya...Iya aku mandi dulu."
Aya beranjak dari ranjangnya dan segera mandi sebelum Om nya mengomel.
Sampai di rumah sakit Alvin menggandeng tangan Aya. Memperingatkan pada para dokter muda yang menatap Aya, bahwa By adalah miliknya seorang.
"Selamat siang Tuan Alvin dan Nona Aya. Silahkan duduk."
Sapa dokter paruh baya ber name tag Widia. Dokter wanita yang Alvin pilih khusus untuk memeriksa Aya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah setelah Alvin dan Aya mendudukkan diri.
"Begini dok. Sudah lima hari lebih By Flu. Sudah minum obat dan Istirahat yang cukup. Sampai sekarang belum sembuh juga. Malah lebih parah." Jelas Alvin.
Dokter tampak menganggukkan kepalanya paham.
"Begini Tuan. Saya takutnya ada indikasi Nona mengalami alergi. Bagaimana kalau dilakukan tes saja?"
"Tesnya di tusuk kaya waktu itu Om?" Tanya Aya cemas.
Alvin hanya mengangguk sambil mengelus kepala Aya.
"Nona pernah melakukannya?"
"Iya dok."
"Tidak apa. Kita lakukan lagi. Hanya sebentar dan hasilnya akan cepat keluar."
Dokter melakukan prosedur tes tusuk kulit untuk mengetahui alergi apa yang di derita Aya.
Alvin mendekap gadis itu erat agar tak melihat jarum yang tengah di tusukkan ke lengannya untuk memasukkan alergen.
"Kita tunggu 20 sampai 30 menit untuk mengetahui hasilnya." kata dokter setelah menyelesaikan kegiatannya.
"Baik dok."
30 menit berlalu. Dokter kembali memeriksa lengan Aya. Beberapa bentol dan ruam terdapat pada lengan Aya mengindikasikan bahwa Ia menderita beberapa Alergi.
Dokter berpamitan dan beberapa menit kemudian kembali.
"Bagaimana hasilnya dok?"
"Begini Tuan. Nona Aya menderita beberapa Alergi sekaligus. Diantaranya Bulu hewan, Debu, dan kedelai. Ini hasil tes nya dan Ini adalah resep obatnya." Dokter menyerahkan map dan secarik kertas.
"Baik dok. Terimakasih."
"Sama sama." Keduanya pergi meninggalkan ruangan setelah berpamitan.
"Gimana hasilnya?" tanya semua orang saat Aya dan Alvin mendudukkan diri di sofa.
Mommy merebut map yang di pegang Alvin karena tak kunjung mendapat jawaban.
"gimana Mom?"
" Alergi kedelai itu kita sudah tau. Alergi bulu hewan dan Satu lagi, Debu." Kata Mommy menjelaskan.
"Kucingnya buang aja."
"Jangan Om." rengek Aya.
"Kamu Alergi kucing sayang."
"Piara aja kek. Janji aku ga akan sentuh. Nanti di kandangin."
"Nggak. Om bakalan tetep buang."
"Jangan di buang. Nanti mereka makan apa??" Aya mulai menangis. Sementara kedua adik Aya hanya bisa menenangkan sebisanya.
"Udah kak. Ikhlasin aja."
Alvin harus tetap tega untuk kali ini. Hatinya tidak boleh goyah lagi.
'Demi By.' tekadnya dalam hati.
"Om gak buang. Om kasih ke orang." kata Alvin bangkit dari duduknya.
Alvin membawa dua kandang hewan berbulu itu dan menyuruh orang untuk mengantarkan ke suatu tempat.
Ia kembali merangkul Aya yang sudah menangis sesenggukan.
"Udah By. Ini demi kebaikan kamu. Kamu nginep dulu di apartemen Om."
"Kok gitu?"
"Kakak ini gimana. Semuanya kan belum di bersihkan. Bulu kucing ada di mana mana. Nanti alerginya ga sembuh sembuh lagi."
"Emang apartemen kamu bersih?"
"Iya dong Bu. Tiap hari di bersihin. Yaudah kalo gitu kita berangkat dulu."
"Nggak tunggu nanti malam?"
"Enggak. Ayo By."
"Mommy nggak ikut?" Tanya Aya.
"Mommy kamu ga ikut." Jawab Alvin Cepat sambil menggandeng tangan Aya.
"Jaga anakku baik baik Vin." Semua orang memeluk Aya bergantian.
"Iya iya tenang aja."
Alvin kembali ke apartemennya setelah menemui seseorang selepas makan malam tadi. Amarahnya memuncak, setelah melihat laporan dari orang kepercayaannya. Ia mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum memasuki kamar. Alvin membuka pintu dan menutupnya dengan keras.
"Ini apa By..." tanya Alvin dengan nada tinggi sembari melemparkan beberapa foto di depan Aya.
"Om mata matain aku?"
"Jawab Om. Om ga butuh pertanyaan kamu." Bentak Alvin membuat Mata Aya berkaca kaca.
"Temen aku."
"Kenapa pegang pegang tangan begitu?"
"Aku ngobatin tangannya. Luka."
"Peduli banget kamu."
"Om kenapa sih. Aku pengen punya temen kaya yang lainnya. Kenapa Om selalu ngatur aku. Om keterlaluan." Kata Aya puas menyatakan isi hatinya.
"Mau kemana kamu?" kata Alvin melihat Aya beranjak pergi.
"Mau pulang." kata Aya tanpa menoleh.
"Selangkah lagi. Om bakalan hukum kamu. Om sita semua fasilitas kamu."
"Terserah Om. Aku udah capek."
"By. Berhenti." Aya tetap melanjutkan langkahnya. Alvin berjalan cepat dan menggendong gadis itu dan membaringkannya di atas ranjang.
"Om lepasin..aku mau pulang."
"Nggak."
"Om jahat."tangis Aya dalam dekapan Alvin.
"Om lakuin ini semua demi kamu."
"Bohong."
"By...Maafin Om. Om cuman mau melindungi kamu." Kata Alvin melunakkan suaranya.
Ia mengusap lembut punggung Aya agar tangis gadis itu sedikit mereda.Tangannya terulur menyibakkan rambut yang menutupi wajah cantik gadis yang tengah tertidur dengan air mata yang telah mengering itu. Alvin menciumi wajah Aya dengan kata maaf yang tak berhenti keluar dari mulutnya.
Ia menaikkan selimut membalut tubuh gadis itu dan tubuhnya setelah mendengar nafas teratur dari Aya. 'Maaf. Om menyakitimu lagi By.' lirih Alvin mencium bibir Aya. Ia mendekap tubuh itu lebih erat mencium aroma candunya dalam dalam. "You are only mine Baby" bisiknya pada telinga Aya.