"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 03. Selalu Salah
Byurr
"Bangun putri tidur," teriak Mira sembari menyiram wajah Asilla yang masih terlelap.
"Mama, cukup Ma," lirih Asilla langsung terbangun merasakan air dingin membasahi seluruh wajahnya.
"Dasar pemalas," sengitnya.
"Sila sakit Ma," jawab Asilla merasakan seluruh tubuhnya sakit.
"Alasan kamu saja, cepat bersiap dan berberes. 1 jam lagi Kakakmu ada pemotretan di kota B," kata Mira memberitahukan.
"Untuk hari ini Sila mohon tidak bisa ikut Ma. Sila benar-benar sakit," lirih Asilla seperti memohon.
"Enak saja, kemana Kakakmu pergi kamu harus ikut. Apa kamu lupa pengorbanan Kakakmu terhadap dirimu? kamu harus membalasnya Sila, walaupun tidak sebanding dengan pengorbanannya," ungkap Mira dengan nafas turun naik.
"Baik Ma," tanpa membantah lagi Asilla berusaha bangkit dan melangkah menuju kamar mandi.
Di lokasi pemotretan
Sebelum melakukan pemotretan Asinta di make-up.
"Sila pijitin kaki gue dong," pinta Asinta seperti bentakan.
"Tapi Sila masih kerjakan ini Kak," jawab Asilla.
"Lo berani membantah? biar gue telpon Mama baru tau rasa," ancam Asinta dengan mata melotot.
"Baik Kak," jawab Asilla langsung memijit kedua kaki Asinta tanpa membantah lagi.
"Kayak orang tidak makan satu hari saja, letoi tak ada tenaga. Awas," omel Asinta karena pijitan itu tidak ada rasanya.
Seketika tubuh Asilla tersungkur oleh tendangan kaki Asinta. "Pergi sana, lanjutkan kerja lo yang tidak penting itu. Banyak bermimpi, lo kira menjadi seorang desainer itu abal-abal?" omel serta gerutu Asinta.
Sembari menunggu Asinta pemotretan. Asilla mencoret pensil di kertas yang selalu dibawanya. Asilla ingin sekali menjadi seorang desainer fashion atau perancang busana, tetapi tabungannya belum cukup untuk membuka usaha itu.
Sedangkan kedua orang tuanya tidak mau tau. Mereka hanya memikirkan putri sulungnya Asinta. Asilla memang lulusan desainer fashion dari negara Eropa, itu semua karena ia mendapat beasiswa.
Dari kecil sampai dewasa, Asilla tidak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, layaknya orang tua pada umumnya.
"Semoga aja bulan depan aku bisa menggapai cita-citaku, sepertinya tabunganku lebih dari cukup," gumam Asilla sembari membayangkan usaha didepan mata.
Setelah usai pemotretan mereka segera kembali pulang ke kota A.
******
Keesokan hari
"Sila, Sila!" Teriak Asinta yang berada di ruang bersantai.
"Iya Kak," jawab Asilla sembari berlari dengan tergopoh-gopoh.
"Lelet," gerutu Asinta dengan tatapan tidak sukanya.
"Maaf Kak tadi Sila lagi menjemur pakaian," jelas Asilla sembari mengusap peluh di wajahnya.
"Kasian sekali. Lo tidak ubahnya seperti pembantu kayak anak tiri saja," sindir tajam Asinta.
Mendengar perkataan Asinta tentu saja membuat Asilla sesak. Apa yang dikatakan sang Kakak persis yang telah ia alami. Padahal ia adalah anak kandung dari Farhan dan Mira seperti yang ia ketahui.
"Apa lo sudah masak?" tanya Asinta dengan kedua kaki bertumpu di atas meja sofa, benar-benar tidak mencerminkan sikap sopan.
"Sudah Kak. Kita hanya sedang menunggu Papa dan Mama turun," jawab Asilla. "Kalau begitu Sila akan menata makanan dulu," kata Asilla lalu berlalu menuju dapur.
Di meja dapur
Semua hidangan masakan olahan tangan Asilla telah tertata di atas meja makan.
"Siang Pa, Ma," sapa Asilla dengan ramah.
"Kakak kamu mana?" bukannya menjawab tetapi sang Mama balik bertanya.
"Di ruang televisi Ma," jawab Asilla sembari menuangkan air putih dalam gelas.
"Sayang, Sinta sayang," panggil Mira dengan kasih sayang.
Asilla terdiam sembari menunduk. Bahkan selama hidupnya ia tidak pernah mendengar kedua orang tuanya memanggilnya dengan panggilan yang biasa mereka gunakan ketika memanggil Asinta.
"Iya Ma," sahut Asinta dari ruang televisi.
Kini mereka mulai menikmati hidangan masakan Asinta. Selama 1 minggu ini Asilla yang mengurus pekerjaan rumah, jika tidak mengikuti sang Kakak pemotretan. Dari mencuci kain, membersihkan rumah, memasak dan lain sebagainya. Sebelum Asilla datang mereka mempekerjakan ART, tetapi sudah diberhentikan karena ada Asilla. Sungguh nasib wanita cantik ini begitu miris, tetapi selama ini ia tidak pernah terlihat menyedihkan atau lemah dihadapan orang-orang. Sehingga tidak ada yang menyadari jika wanita cantik serta cerdas ini hidupnya begitu miris.
"Sayang nanti malam calon mertuamu mengundang kita makan malam di Mansion megahnya. Hmmm kamu harus tampil cantik dan tidak lupa untuk bersikap manis, hmmm jangan mau kalah, disini banyak yang bermuka dua." Sindir Mira.
"Ingat Sinta tujuan utama kita, jangan membuang berlian yang sudah digenggaman. Perusahaan Papa mengalami kerugian besar, bisa-bisa kita jadi gelandangan," ujar Farhan dengan serius atas ucapannya.
Asilla mengangkat wajahnya setelah mendengar perkataan sang Papa. Selama ini ia tidak tau bagaimana hubungan Asinta dengan Filio. Dari perkataan secara tidak langsung dari Farhan, Asilla dapat mencerna setiap makna perkataan itu.
"Iya Pa aku mengerti," jawab Asinta.
"Dan kamu Sila, apa rencanamu? jangan kamu harap ada lelaki lain yang akan menerima wanita yang sudah ternodai seperti dirimu," kata Mira tanpa perasaan, sangat tega menyudutkan putrinya sendiri.
"Besok Sila akan memulai seperti apa yang Sila cita-citakan Ma. Sila sudah mendapatkan sebuah ruko kecil," ungkap Sila dengan mata mengembun. Perkataan sang Mama melukai hatinya.
"Baguslah jika kamu ada pekerjaan karena kita perlu makan, tetapi jangan mengabaikan pekerjaan rumah," kata Mira sembari meneguk air putih.
"Iya Ma," jawab Asilla patuh.
"Tunggakan Papa di bank dengan nominal besar, kamu harus membantu sebagai anak. Papa dan Mama sudah menghabiskan biaya banyak untuk menyekolahkan kamu, jadi saatnya kamu balas." Ujar Farhan.
Asilla sesak mendengarkan perkataan itu. Bukankah dari sekolah menengah pertama sampai kuliah ia mendapatkan beasiswa. Sama sekali sepeserpun kedua orang tuanya mengeluarkan uang untuk membantu sampai ia mendapatkan gelar. Bahkan untuk uang jajan dan kebutuhan pribadi Asilla harus bisa memutar otak mencari recehan. Dulu ketika SMP-SMA ia membuka jasa les serta guru privat untuk anak-anak TK sampai SD. Sedangkan menempuh pendidikan di Eropa selama 4 tahun. Untuk mendapatkan receh Asilla menjadi karyawan ship siang di perusahaan desainer fashion, sehingga dari sana ia banyak mendapat pengetahuan.
Sungguh Asilla adalah wanita mandiri. Beda dengan sang Kakak Asinta, ia adalah wanita manja serta angkuh dan sombong. Berkat poster tubuh serta bisa bergaya ia berhasil di kontrak sebuah agensi menjadi model papan atas. Setahun ini menjalani hubungan dengan putra satu-satunya penerus JANUAR GRUP yaitu Filio Ar Januar.
"Iya Pa, Sila mengerti. Papa jangan banyak pikiran bahkan setres, Sila akan berusaha keras." Jawab Asilla serta menasehati sang Papa. Asilla bisa melihat beban berat yang dipikul oleh Farhan.
"Papa perlu bukti bukan ucapan," ujar Farhan seperti memandang rendah dengan kemampuan Asilla.
"Dengar itu," timpal Mira. "Ikuti jejak Kakakmu yang cantik serta model terkenal," imbuhnya memuji putri tertuanya Asinta.
"Iya Pa, Ma. Maaf jika Sila belum bisa membahagiakan dan membalas budi Papa dan Mama," kata Asilla dengan mata berkaca-kaca.
Hmmm
"Jangan banyak berharap deh Pa, Ma." kata Asinta dengan wajah sinisnya.
"Kenapa aku selalu salah di mata kalian?" batin Asilla dengan wajah sendunya.
...******...