18+
Ikatan yang terjalin karena sebuah fitnah, membuat Karenina terpenjara oleh cintanya, hingga ia memutuskan untuk menjadi selingkuhan suaminya sendiri.
Penyamaran yang begitu apik, dan sempurna, sehingga sang suami tidak menyadari kalau ternyata, wanita lain dalam rumah tangganya adalah istri sahnya.
"Kau yang mengurus segala keperluanku, dan saat kau memutuskan untuk pergi, ada ketidak relaan dalam hatiku, namun aku tak bisa mencegahmu.
Hidupku kacau tanpamu, rapuh porak poranda" DANU ABRAHAM BUANA
"Anna Uhibbuka Fillah Lillah..., itu sebabnya aku menjadi orang bodoh, bertahan hampir dua tahun untuk mengabdikan diriku pada suami yang tidak pernah membalas cintaku" KARENINA LARASATI ARIFIN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Pov Nina
Sejenak ku tatap pantulan wajahku di cermin, mengamati setiap inchi wajahku.
Aku sangat cantik bahkan sekarang jauh lebih terawat karena mas Danu tak pernah perhitungan soal rupiah yang aku gunakan untuk keperluan apapun termasuk untuk perawatan kecantikanku. Dia selalu memberiku uang yang lebih dari cukup setiap bulannya.
Tapi kenapa kecantikanku tidak mampu menarik perhatian mas danu? dan ketika aku berdandan sebagai Nesa, dia begitu tergila-gila padanya. Sebagai seorang istri, aku pun selalu memprioritaskan mas Danu dengan segala cara, lalu dimana kekuranganku? jangankan mencintai, dia bahkan tidak pernah memandangku.
Aku tersenyum getir. Begitu lihainya takdir mempermainkanku, ragaku di beri kecukupan materi, namun jiwaku fakir cinta dan kasih sayang dari suaminya sendiri.
Rasanya, tak ada lagi semangatku untuk menjalani hari-hariku.
Ku raih gawaiku yang tergeletak di atas meja rias, ku kirim pesan pada mas Danu, aku ingin sekali memeluknya, dan hanya berperan sebagai Nesa lah aku akan berada dalam dekapannya
"Mas bisa temui aku di tempat biasa?"
Tidak lama mas Danu sudah membaca pesanku, tampaj di sana mas Danu sedang mengetik.
Mas Danu : "Bisa sayang, aku akan datang saat jam makan siang"
Sebuah mini drees berwarna ungu muda, dengan belahan dada yang tidak terlalu rendah, terlihat anggun membalut tubuhku.
Kini aku sedang menunggu mas Danu di dalam kamar, tempat aku pernah memadu kasih dengannya.
Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunanku.
"Mas Danu"
Ku buka pintu berbahan kayu jati, menampilkan sosok suamiku yang bagiku sangat tampan. Aku segera menarik tangan mas Danu lalu menutup pintunya kembali.
Mas Danu menatapku lekat-lekat, mungkin dia sedikit heran dengan sikapku yang langsung menunjukkan sikap manja.
Kedua tangannya membingkai wajahku. Sungguh aku semakin mencintainya, aku ingin sekali setiap hari berperan sebagai Nesa, waniya yang sangat mas Danu cintai.
Ku peluk tubuh kekar mas Danu, ku hirup aroma tubuhnya dalam dan lama.
Pelukan yang hangat, dan sangat menenangkan.
Mas Danu pun membalas pelukanku seolah merasakan hal yang sama denganku. Aku sungguh tidak ingin kehilangannya. Tapi melihat bagaimana mas Danu mencintai Nesa, keoercayaan diriku justru terkikis. Walau Nesa adalah aku, tapi tetap saja aku seperti memiliki saingan. Saingat yang sangat berat bagiku.
"Sayang, aku senang dengan sikap manjamu" Katanya masih dengan tangan melingkar memeluku.
Detik berikutnya, mas Danu mengurai pelukan kami, mengangkat daguku dengan tangan kanannya.
Dia menyapu bibirku dengan sentuhan yang sangat lembut, dan sedikit memberikan lum*atan. Sesapan sesapan lembut darinya, membuatku semakin gila, aku benar-benar tidak siap jika harus berpisah dengan priaku.
Permainan lidahnya di dalam mulutku, membuatku melupakan segalanya. Mungkinkah aku sudah kehilangan akal?
Ah aku tidak peduli, yang aku pikirkan aku sangat bahagia berada di dekatnya.
Kami melepaskan ciuman ketika sama-sama kehabisan oksigen.
Mas Danu menatapku penuh cinta. Aku tahu dari sorot matanya dia begitu mencintai Nesa, setidaknya seperti itulah penilaianku lewat pancaran matanya.
"Besok aku akan menemui orang tuaku, aku akan mengatakan pada mereka bahwa aku mencintaimu dan akan menikahimu"
"Secepat itu mas?" tanyaku resah.
Mas Danu mengangguk, "Aku ingin secepatnya kamu menjadi istriku"
"Tolong jangan secepat ini, aku belum siap, aku ingin menikmati masa-masa dengan mas seperti ini"
"Kita akan melakukannya setiap hari, kita masih bisa menikmatinya bersama di rumah kita nanti"
Kata-kata mas Danu begitu manis, tapi kenapa aku justru merasakan sakit. Aku ini Nina mas"
"Tolong jangan sekarang" pintaku lalu memeluk kembali tubuhnya, menempelkan salah satu sisi wajahku di dada bidangnya.
"Ayolah Nesa, aku sudah tidak sabar membina rumah tangga dengan wanita yang aku cintai"
"Kamu harus mengurus Nina terlebih dahulu kan mas? jika urusanmu dengannya sudah selesai, kamu boleh mengatakan pada orang tuamu lalu menikahiku"
"Tapi kamu tidak akan meninggalkanku kan?"
Ku anggukan kepalaku sebagai jawaban atas pertanyaannya.
"Walaupun aku jatuh miskin?" tanya mas Danu penuh selidik.
Lagi-lagi aku menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Hari sabtu aku akan menjemputmu di sini, aku akan membawamu ke vilaku, kita akan menginap di sana satu malam" Cicit Danu sambil menyelipkan anak rambuk di belakang telinganya. "Kamu mau kan?"
"Aku mau mas"
Mas Danu menatapku intens, detik itu juga mencium keningku. Aku merasa bahwa aku sedang menjadi istrinya saat ini. Ku eratkan pelukanku seakan pelukan ini adalah sarat jika aku tidak ingin kehilangannya.
Nyaman sekali. Mas Danu maafkan aku sudah membohongimu, tapi kamu juga salah, kenapa kamu tidak mengenali wajah istrimu sendiri, walaupun di rumah aku selalu memakai jilbabku, setidaknya sedikit saja kamu curiga, bahwa aku Nina, istri sahmu, Meski aku kecewa, tapi aku sungguh menikmatinya.
Mas Danu membawaku ke ranjang, lalu menidurkanku di sana, Dia yang berada di atas tubuhku, mendaratkan ciuman di keningku dalam dan lama. Sebuah dering ponsel mengagetkan kami. Mas Danu segera merogoh ponsel yang berada di saku celana lalu mengangkat panggilan yang tak ku tahu panggilan dari siapa.
"Iya Ra ada apa?" ucap mas Danu. Mungkin Rara sekretarisnya.
"Ya aku akan segera datang"
"Sayang, aku akan kembali ke kantor, jika kamu masih merindukanku, aku akan kembali setelah pulang kantor" ucapnya sesaat setelah mengakhiri sambungan telfon.
"Tidak usah kembali kesini, kita bertemu hari sabtu saja" ucapku seraya merangkum wajahnya lalu mengusapnya lembut.
"Baiklah, aku pergi dulu" Mas Danu memberiku kecupan kening lalu turun ke bibir sedikit lebih lama.
Ternyata menjadi wanita simpanan mas Danu sangat menyenangkan.
Ilmu agama yang sudah ku pelajari selama ini benar-benar tak aku gunakan dengan baik. Aku kalah, aku buta dengan cinta mas Danu.
Aku sangat tahu jika perbuatanku menjadi selingkuhan suamiku sendiri itu berdosa, apalagi sudah berzina, meskipun dengan suami sendiri, tetap saja itu salah dan dosa besar.
Yaa Rabb maafkan aku, ampuni aku, aku tidak tahu bagaimana caranya mendapat cinta dari suamiku sendiri selain dengan cara seperti ini.
****
Malam harinya setelah makan malam bersama di rumah yang sudah aku tempati selama dua tahun, mas Danu menyerahkan sebuah amplop berisi uang bulanan pada ku yang saat ini sedang mencuci piring bekas kami makan.
"Nina, ini uang bulanan dan nafkah untukmu" ucap mas Danu sambil meletakan amplop itu di atas meja makan.
Uang yang di berikan padaku untuk di pakai dalam keperluan rumah tangga selalu lebih setiap bulannya, Dia tidak pernah menanyakan untuk apa uang itu, cukup atau tidak, yang jelas aku selalu menyimpan sisa uang pemberian mas Danu. Setahu mas Danu, uang itu habis aku pergunakan.
"Mas" panggilanku membuat mas Danu menghentikan langkahnya, lalu membalikan badan. Dia seperti menatapku, namun aku segera melempar pandangan ke arah lain.
"Sabtu malam minggu, aku akan menginap di rumah abi, apa boleh?"
"Boleh" jawab mas Danu Singkat, lalu kembali melangkahkan kaki menuju kamar pribadinya.
Tentu saja boleh, aku kan tidak perlu meminta ijinnya, sudah berkali-kali dia mengatakan aku tidak perlu minta ijin jika ingin pergi. Dan tentu saja mas Danu mengijinkan karena dia juga akan menginap di vilanya bersama Nesa"
Ku gelengkan kepalaku "Mas Danu, aku yang akan menginap di vilamu, Nesa itu adalah aku, Nina"
Selesai aktivitas di dapur, aku berniat menyetrika pakaian kantor milik mas Danu.
Aku yang memasak untuknya, mencuci pakaian serta menyetrika baju dan membereskan kamarnya, tapi Nesa yang mendapatkan cintanya.
BERSAMBUNG