NovelToon NovelToon
Harga Sebuah KEHORMATAN

Harga Sebuah KEHORMATAN

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Contest / Cintapertama / Badboy / Cintamanis / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Bad Boy
Popularitas:19.6M
Nilai: 4.5
Nama Author: Yutantia 10

"May, aku takut. Aku ingin mundur, aku ingin membatalkan semua ini." Ucap Rain dengan tubuh gemetaran.

Malam ini dia berada disebuah kamar hotel presiden suit. Ya, Rain terpaksa harus melelang keperawananannya demi uang. Dia butuh banyak uang untuk biaya rumah sakit adiknya. Selain itu dia juga tutuh uang untuk biaya pengacara, ayahnya saat ini sedang meringkut ditahanan karena kasus pembunuhan.

"Jangan gila Rain. Kau harus membayar ganti rugi 2 kali lipat jika membatalkan. Masalahkan bukan selesai tapi akan makin banyak. Jangan takut, berdoalah, semoga semuanya berjalan lancar." Ucap Maya.

Berdoa? yang benar saja. Apakah seorang yang ingin berbuat maksiat pantas untuk berdoa minta dilancarkan, batin Rain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PEMANDANGAN PAGI YANG INDAH

"Ayah.... Rain takut ayah. Ayah.... " Gadis itu terus meracau. Rain terduduk ditanah sambil memeluk kedua lututnya. Gadis itu seperti perlahan mulai kehilangan kesadaran.

Rain mengidap PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca trauma. Rain akan merasakan ketakutan hebat saat dalam situasi sama seperti saat kecelakaan yang menimpa dia da keluarganya. Semua bayangan saat kecelakaan itu akan kembali.

Sean yang mengejar Rain, terkejut melihat keadaan wanita itu. Gegas dia berlari menghampirinya.

"Rain kau kenapa Rain? Rain." Sean mengguncangkan badan Rain. Tapi tubuh itu terlalu lemas, menggigil hebat dan matanya terpejam.

"Ayah... Rain takut ayah. Ayah.., Ayah." Hanya kata itu yang terus keluar dari mulut Rain yang bergetar.

Sean melihat wajah Rain yang sangat pucat. Takut terjadi sesuatu, segera dia mengangkat Rain masuk kedalam villa.

Rain tak sadarkan diri saat Sean menggendongnya. Wajahnya sudah seperti mayat, pucat pasi dengan bibir membiru. Sean kebingungan, dia mencoba menghubungi Romlah tapi tak bisa tersambung.

Sean takut terjadi apa apa pada Rain. Tak ada pilihan lain, Sean segera melepas semua baju Rain yang basah lalu menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.

"Astaga, bagaimana ini, bagaimana membuatnya sadar. Tubuh gadis ini sangat dingin, aku takut terjadi sesuatu dengan dia," gumam Sean sambil mondar mandir didalam kamar.

Dia membuka tas Rain untuk mencari minyak angin atau apapun yang bisa dipakainya untuk membangunkan gadis itu. Membawanya ke rumah sakit sangat tidak mungkin karena cuaca sangat buruk.

Sean bersyukur menemukan minyak angin aroma terapi didalam tas Rain. Semoga saja benda itu bisa membuat Rain sadar.

Sean segera mengoleskan minyak dibeberapa bagian wajah Rain. Perlahan namun pasti, Rain terlihat sedikit bergerak dan mulai membuka matanya.

Sean menghela nafas lega saat melihat Rain sudah sadar. Belum pernah sebelumnya dia dihadapkan pada posisi seperti ini. Terlalu menegangkan baginya.

Rain merasakan kepalanya sangat pusing. Dia menatap sekitar dan mencoba mengingat apa yang terjadi.

Pandangan Rain berhenti pada sosok pria yang berdiri disamping ranjangnya. Siapa lagi kalau bukan bosnya. Rain mencoba untuk bangun. Tapi saat ingin duduk, dia baru sadar jika sedang tidak memakai baju.

"Apa yang anda lakukan pada saya?" Teriak Rain histeris. Gadis itu mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuhnya lalu menangis. Segala macam pikiran buruk melintas dikepalanya. Dia tak menyangka jika bosnya melakukan ini disaat dia tidak sadar.

"Aku tak melakukan apa apa, kenapa kau menangis?" Sean kebingungan.

"Tak melakukan apa apa? lalu kenapa saya seperti ini, dimana pakaian saya?" Rain kembali berteriak.

"Berhenti berteriak padaku." Teriak Sean yang mulai jengah karena sejak tadi diteriaki Rain. "Aku hanya menolongmu, kau pingsan tadi."

"Pingsan." Gumam Rain sambil mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Akhirnya dia ingat kejadian dihalaman tadi.

"Sudah ingat?" Seru Sean yang melihat Rain hanya diam saja.

"Kenapa anda melepaskan semua pakaian saya? Anda ingin mencari kesempatan disaat saya pingsan?"

"Astaga." Sean mengacak acak rambutnya. Dia kesal atas tuduhan Rain padanya. Bukannya berterimakasih, malah dituduh yang enggak enggak. "Aku bukan pria yang akan mencari kesempatan saat melihat wanita tak sadarkan diri. Aku bisa mendapatkan wanita manapun yang aku mau. Bajumu basah, tubuhmu menggigil kedinginan. Makanya aku membuka seluruh pakaianmu." Terang Sean.

"Kalau memang seperti itu, kenapa anda melakukan ini pada saya. Kenapa anda tak menyuruh Bu Romlah?"

"Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi ponselnya tidak aktif."

"Harusnya anda menyadarkan saya dulu. Biar saya yang membuka pakaian saya sendiri."

Sean merasa benar benar kesal sekarang. Wanita didepannya ini benar benar tak tahu berterimakasih.

"Sudahlah Rain, hentikan kelakuan sok sucimu. Lagipula aku sudah pernah melihat tubuh polosmu. Aku sudah hafal setiap lakukan tubuhmu. Jadi tidak perlu merasa sangat dirugikan dengan apa yang aku lalukan. Toh aku sudah pernah menikmatinya dulu."

Rain merasa benar benar malu mendengar penuturan Sean. Dimata Sean, dia sudah kehilangan harga dirinya.

"Aku sudah menolongmu, bukannya berterimakasih kau malah marah marah. Aku tak paham sama sekali dengan isi otakmu."

Sean kesal lalu pergi meninggalkan Rain sendirian.

"Aww.." Rain berteriak histeris saat mendengar suara petir yang menggelegar dan lampu tiba tiba padam.

Sean yang baru sampai didekat pintu, menghentikan langkahnya. Segara dia menyalakan senter diponsel yang dia pegang. Rasa kesalnya pada Rain, membuatnya tak mau peduli lagi pada wanita itu. Dia melanjutkan langkahnya menuju pintu.

"Tunggu Pak." Teriak Rain saat Sean ingin menarik gagang pintu. "Saya takut, tolong jangan tinggalkan saya sendirian."

"Aku malas berdebat denganmu. Aku ngantuk, aku mau tidur dikamarku."

Jederr

"Awww.." Teriak Rain ketakukan.

"Tolong, saya mohon tolong jangan tinggalkan saya." Rain terpaksa memohon saking takutnya.

"Cih, akhirnya keluar juga sifat aslimu. Dari tadi berlagak sok suci. Sekarang minta ditemenin tidur." Sean pura pura menggerutu. Padahal saat ini, hatinya bersorak gembira. Cuaca sedang berpihak padanya.

"Jangan salah paham. Saya tidak minta ditemenin tidur. Saya hanya ingin minta tolong ambilkan ponsel saya dulu. Setelah saya menyalakan senter diponselnya saya, anda bisa pergi."

"Shitt." Umpat Sean karena telah salah paham. Dia berdecak kesal sambil berjalan menuju sofa. Diraihnya tas milik Rain yang tadi dia lempar sembarang disofa tersebut. Mengambil ponsel Rain lalu menyerahkannya pada wanita itu.

"Terimakasih." Ucap Rain sambil mengambil ponsel dari tangan Sean. Gegas dia menyalakan ponselnya yang mati. Tapi nahas, ponselnya tak bisa menyala. Rain terus berusaha menyatakannya, tapi hasilnya nihil. Sepertinya ponsel itu rusak karena terkena hujan tadi.

"Sepertinya ponsel saya rusak." Lirih Rain.

"Lalu? jangan bilang mau pinjem ponsel saya." Sinis Sean.

"Bisakah anda disini sebentar hingga lampunya menyala. Saya takut gelap."

Lagi lagi, Sean bersorak dalam hati. Beruntung saat ini gelap, jadi Rain tak bisa melihat senyum bahagianya.

"Ish malas sekali, lebih baik aku kembali ke kamarku. Aku mengantuk sekali, mau tidur." Sean sok jual mahal.

"Jangan! Saya mohon jangan tinggalkan saya sendirian."

Sean tersenyum smirk.

"Anda bisa tidur disini." Walaupun berat, akhirnya kata kata itu terlontar dari mulut Rain.

"Apa aku gak salah denger?"

Rain menggeleng. Tak ada cara lain, dia memang sangat takut gelap, ditambah lagi diluar hujan deras dan petir yang terus menyambar.

"Dimana? jangan bilang kau menyuruhku tidur di sofa?"

"Tidak, anda bisa tidur diranjang."

Yes, Sean bersorak dalam hati.

Sepertinya malam ini dewi fortuna berpihak pada Sean.

"Kamu yakin?"

"I, iya."

"Baiklah kalau begitu." Dengan senang hati, Sean segara merebahkan tubuhkan disebelah Rain. Dia membiarkan senter ponselnya tetap menyala dan meletakkannya diatas nakas.

"Kau tidak mau tidur?" tanya Sean. Dia melihat Rain yang masih tetap dengan posisi duduk sambil memegangi selimut.

"Anda tidur saja, jangan pedulikan saya." Rain sudah memutuskan kalau dia baru akan tidur setelah Sean tertidur. Dia takut jika Sean akan berbuat macam macam padanya.

Setelah meyakini kalau Sean benar benar sudah tidur. Akhirnya Rain merebahkan diri. Sebenarnya dia ingin memakai baju kerjanya. Tapi mengingat baju itu dia letakkan dikamar mandi, dia takut untuk mengambilnya. Terpaksa dia tidur hanya berbalut selimut

...******...

Sean mengerjabkan matanya saat merasakan ada cahaya matahari yang masuk kedalam kamarnya. Dia meregangkan otot yang terasa kaku sambil sesekali menguap.

Sean ternganga saat melihat kesamping. Matanya tak berkedip melihat pemandangan pegunungan yang indah. Dada Rain terekspos sempurna karena selimut yang dia pakai turun hingga keperutnya.

Busyet, mimpi apa gue semalam, pagi pagi udah dikasih sarapan yang enak. Mana cantik banget. Auto haus gue, pingin minum susu. Batin Sean.

Sean menelan salivanya dengan susah payah . Dia tak menyangka akan mendapat pemandangan indah pagi ini. Bagaimanapun, dia tetap laki laki normal. Dia merasakan celananya terasa mulai sesak. Dia sudah pernah menjamahnya dulu, dan kali, kembali muncul keinginan untuk mengulangi.

Tidak, tidak, Sean tak mau mengambil keuntungan pada wanita yang sedang tidur. Dia berniat segera pergi, tapi hasratnya yang memuncak memaksanya tetap berada disana.

Pegang dikit gak papa kali ya. Mumpung si galak masih tidur. Rugi kalau cuma dilihat doang.

Perlahan tapi pasti, tangannya mulai bergerak kearah dada Rain. Pelan pelan dia mulai merasakan kelembutannya.

Astaga, gue kok gemetaran gini sih. Padahal dulu udah pernah. Gue juga udah biasa ***** cewek. Kok sekarang nerveous gini. Karena yang punya galak kali ya. Gumam Sean dalam hati.

Saat jemari Sean memainkan puncaknya, terlihat Rain mulai bergerak gelisah. Sepertinya gadis itu terbangun karena ulah bos nya yang tak tahu diri. Sean langsung menarik tangannya dan pura pura tidur.

Benar saja, Rain ternyata terbangun. Dan dia begitu kaget melihat selimutnya sudah turun hingga ke perut. Rain buru buru menaikkannya hingga leher. Dia menoleh ke arah Sean.

"Syukurlah Pak Sean masih tidur. Kalau dia bangun duluan, dia pasti sudah melihatnya." Batin Rain sambil bernafas lega.

1
Wahyu Ganteng
biarpun ini cerita karangan semata biarpun ada di dunia nyata

seolah perempuan sudah tidak ada lagi harga diri nya
sue'
Rahmawati
bagus bgt
Rahmawati
bagus
Ariastuti Wahyuningrum
Luar biasa
Erni Fitriana
ku baca karya indah mu
Melda Herawaty
👍👍👍👍
Aneke Laoh
Luar biasa
betriz mom
seharusnya kecelakaan menimpa keluarganya sudah hampir setahun kok 6 bulan Thor.
4 bukan adek nya akan. koma, kejadian dia SMA Sean udah 5 bukan yg lalu 🙏🏻🤗
Irma Dwi
kasihan juga kamu sean
Irma Dwi
gengsi banget bilang cinta,,,,
Tina Nine
Luar biasa
Rusie Abdullah Ibu Kidorin
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Achmad Erna
Luar biasa
Ariel Bahtiar
😂😂😂😂
May Keisya
somplak 😂
May Keisya
mertua angker😂
May Keisya
yaelah ini bayik gede pengen gue tabok tuh mulut
May Keisya
Sean ga ada manis2 ya ampuuun...mulutnya emg bikin org darting Mulu😭🤦
May Keisya
Sean dartinggi Mulu😂
May Keisya
🤣🤣🤣....loe orgnya lucu klo Sean byk bikin gedeknya😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!