Raka Chandra Wijaya, merasa bersalah dengan apa yang saat ini dia lakukan terhadap istrinya. Dia memiliki anak dengan wanita lain, karena kesalahan satu malam yang dilakukannya. Seharusnya, dia jujur dari awal pada Yuna Dafhina Aryadi agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak pergi. Sayangnya, Raka terlambat mengatakan kebenarannya pada sang istri. Alhasil, Yuna pergi meninggalkan dirinya sembari meninggalkan surat perceraian mereka. Tapi, Raka tidak menyerah dia ingin kembali pada sang istri apapun yang terjadi. Apakah Raka berhasil mendapatkan cinta Yuna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~10~
Livia menghidangkan makanan di atas meja makan, lalu Ibu Asih memanggil para bosnya untuk makan malam. Livia melirik Raka yang saat ini menggendong anaknya, dia tersenyum manis saat Raka melihatnya. Tapi, tidak dengan Raka pria itu justru membuang mukanya. Livia menatap wajah anaknya, terlihat sekali Yudha ingin menyapanya. Akan tetapi dia ingat, kalau Papa nya berpesan untuk tidak terlalu dekat dengan Ibunya tersebut. Kalau tidak, maka tidak ada kata maaf baginya dan kemungkinan besar dia akan dimasukkan ke dalam panti asuhan. Dia tidak mau akan hal itu, jadi dia hanya tersenyum saja saat melihat wajah ibunya tersebut.
" Livia, sedang apa kamu? " tanya Ibu Asih yang keheranan dengan gelagat Livia.
Livia terperanjat kaget mendengar suara Ibu Asih yang sedang menegurnya. Dia meminta maaf, sudah tidak fokus saat bekerja.
" M--m--maaf Bu, saya akan kembali ke dapur! " ujarnya sembari sedikit membungkuk.
Ibu Asih mengangguk, " Lain kali jangan melamun begitu, saya tahu Pak Raka itu ganteng. Tapi dia sudah memiliki istri, rasanya sangat tidak sopan kamu memandangi nya begitu. Asal kamu tahu, Pak Raka sangat mencintai Ibu Yuna. Jadi, jangan harap bisa merebut beliau dari Ibu Yuna! " ujarnya sarkastik.
Livia begitu terkejut dengan perkataan Ibu Asih, " Bu apa yang anda katakan? S--saya tidak seperti itu, jangan samakan saya dengan wanita penggoda suami orang ya. Saya walaupun miskin,tapi masih punya harga diri " ujarnya sembari berlalu dari hadapan Ibu Asih.
" Sungguh tidak sopan, saya tahu Livia kamu bukan wanita baik-baik. Saya perhatikan, kamu itu selalu melirik Pak Raka. Kamu juga begitu mencurigakan, tadi siang saja kamu ada di kamar Tuan muda. Kalau bukan menggoda Pak Raka, apalagi alasannya? " batin Ibu Asih.
" Asih, kenapa kamu kok melamun di situ? " tanya Nyonya Marlina.
Asih menoleh, " Ah tidak mengapa Bu, saya akan kembali ke dapur untuk kembali bekerja."
" Ah begitu, baiklah selamat bekerja ya Asih! " ujar Nyonya Marlina pada orang kepercayaannya.
Sementara itu Raka dan yang lainnya mulai makan malam bersama, tentunya setelah berdoa. Raka, sesekali menyuapi anaknya. Dia begitu perhatian pada anak pertamanya itu.
" Yudha, makanlah udang ini, enak loh! " ujar Marlina.
" Kakek bantu kamu untuk mengupasnya " kata Chandra antusias.
Yudha menggelengkan kepalanya," Tapi--, "
" Sayang, jangan pilih-pilih makanan tidak baik itu! " kata Raka sembari membenarkan kacamatanya.
" B---baiklah " Yudha terpaksa memakannya walaupun dalam keadaan gemetar.
Raka, dan yang lainnya dibuat keheranan saat melihat tingkah anak itu.
" Yudha, are you okay? " tanya Raka.
Yudha mengangguk, " I'm okay P--p-pa" belum selesai Yudha memanggil Papanya, dia sudah pingsan. Hal itu membuat semua orang panik dibuatnya.
" Astaghfirullah, Yudha kamu kenapa? " tanya Marlina.
Sementara itu Raka dengan sigap menggendong anaknya, dan meminta supir pribadinya untuk menyiapkan mobil.
" Cepat..., lelet sekali! " titah Raka sembari berteriak keras pada bawahannya itu.
Sang supir yang masih dalam keadaan bingung itu, akhirnya segera menyiapkan dan memanaskan mesin mobil. Lalu, Raka dan Ibunya naik ke kursi belakang. Sementara itu, Chandra duduk di depan bersama dengan supirnya.
Begitu sampai di rumah sakit, Raka segera turun dari mobil sembari menggendong anaknya. Sementara ibunya berlari agar bisa segera mendaftarkan cucunya tersebut.
" Baik, Tunggu sebentar ya Bu"
" Jangan lama-lama, ini menyangkut nyawa cucu saya! " bentak Marlina pada petugas resepsionis itu.
" Berapapun uangnya saya akan bayar, ini menyangkut anak saya. Jadi, segera tangani anak saya, panggil dokter segera! " ujar Raka berapi-api.
Beberapa menit kemudian, perawat datang dan segera membawa Yudha menggunakan ranjang pasien. Tindakan pun segera dilakukan, dan tidak lama setelah itu, dokter datang dan menangani Yudha lebih lanjut.
" Bagaimana keadaan anak saya Dok? Yudha tadi sehabis memakan udang, dia langsung begini? " tanya Raka dengan wajah paniknya.
" Tenang Pak Raka, Yudha baik-baik saja. Hanya saja, anak itu sedikit syok karena makanan yang barusan dimakan olehnya. Emh, anak anda ini sungguh sangat mirip dengan Ibu Yuna ya ? " tanya Alvaro penasaran.
Deg...
" Benar juga ya, kalau diperhatikan cara makan Yudha ini lebih mirip dengan Yuna daripada aku. Bahkan, Livia yang ibu kandungnya saja, tidak memiliki kesamaan dengannya " batin Raka.
" Tuan Raka, saya rasa ini cukup. Setelah bangun, nanti anak anda harus minum obat yang saya resepkan dua kali sehari ya. Jangan lupa, agar anak anda tidak boleh memakan makanan yang membuat alerginya kambuh. Baik kalau begitu saya permisi dulu ya! "
" Terima kasih, Dok ! "
" Sama-sama Pak Raka, ini memang sudah tugas saya "ujar Alvaro berlalu pergi.
Alvaro merupakan adik kelasnya, dulunya mereka bersaing untuk mendapatkan cinta Yuna. Tapi, tentunya tidak berhasil, karena Rakalah yang menjadi pemenangnya.
" Raka, bagaimana kata Dokter? " tanya Marlina panik.
" Yudha baik-baik saja, dia hanya syok karena memakan udang itu. Ma, apakah Mama tidak merasa aneh. Yudha ini kok mirip sekali dengan Yuna ya? " tanya Raka sembari menoleh menatap ibunya.
Ayahnya yang baru datang pun ikut nimbrung, " Ada apa ini, kok kalian tidak ajak-ajak Papa? "
" Ini loh Mas, Raka tadi bertanya kok bisa ya Yudha mirip banget sama menantu kesayangan kita? "
" Lah, memangnya apa yang mirip dari Yudha dan Yuna? "
" Selain nama yang sama-sama depannya Yu dan belakang nya A . Mereka juga memiliki kesamaan yaitu, alergi terhadap udang. Apa Mas lupa waktu Yuna masih kecil, dia juga pingsan gara-gara kau suapi udang. Iya kan? "
Chandra mengangguk, " Kau benar istriku, " katanya.
Kedua orang tua Raka meminta anaknya agar menyelidiki hal ini lebih lanjut. Sebab, ini menyangkut masa depan Yudha juga. Kalau dia terbukti memang anak Yuna, maka bisa dipastikan masa depannya cerah. Namun, rasanya mustahil, sebab anak yang Yuna lahirkan bukankah sudah meninggal satu hari setelah dilahirkan dan bahkan sudah dimakamkan.
" Rasanya mustahil jika Yudha anak kandung kami. Karena, saat itu anak kami dinyatakan meninggal setelah lahir ke dunia ini "
" Tolong periksa saja dulu, jangan kebanyakan mikir. Kita tidak akan tahu kebenarannya jika tidak mencoba memilih resiko ini, " kata Marlina tegas.
" Baik Ma, aku akan segera memeriksanya " kata Raka sembari memasuki ruang rawat anaknya.
Marlina memanggil supir pribadinya, Supriyono, menghampiri majikannya. Dia, memberi hormat pada Marlina dan juga Chandra.
" Yono, tolong bawakan sikat gigi Yuna. Jangan lupa panggil bi Asih untuk membawanya ya. Jangan sampai pelayan baru kita juga tahu. Aku benar-benar curiga padanya, dia itu sepertinya terobsesi dengan Raka. Sebab, aku pernah memergoki wanita itu menatap putraku dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku takut, nanti sikat giginya ditukar dengan milik nya. Seperti yang ada di sinetron-sinetron itu." kata Marlina panjang lebar.
Mendengar ucapan sang istri, Chandra hanya tertawa kecil. Istrinya ini memang kebanyakan menonton sinetron, jadinya selalu saja disangkutpautkan dengan sinetron yang ditontonnya.
" Baik Bu, saya akan laksanakan. Kalau begitu saya undur diri " ujar Supriyono berlalu pergi.
" Baik, hati-hati di jalan ya Yono ! " ujar Marlina dan Chandra.
Bersambung