Kematian yang menyedihkan kembali membawanya hidup dalam sosok yang lain. membalaskan dendam yang belum usai kepada orang-orang yang sudah menyakitinya tanpa ampun. Penderitaan yang ditanggung begitu besar, hingga bernapas rasanya menyakitkan.
Namun, itu dulu. Kini ia kembali dengan penampilan yang baru. Kelemahan terbesarnya kini telah musnah. Semua yang dulu menganggapnya sampah akan dia singkirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hairunnisa Ys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sindiran Keras Mertua
Sepasang mata yang melihat itu pun tampak sendu.
"Andai aku diberi kesempatan, aku akan membahagiakanmu Saira."gumamnya dengan lirih.
Dia adalah sepupu dari Aksa yakni Rifki Pramudia dan anak dari adiknya Mama Aksa. Di keluarga Raka yang menerimanya sebagai menantu hanya Rina aka Mama dari Rifki.
"Sayang, Tante kangen banget sama kamu," ucapnya masuk ke kamar Saira. Ia tau benar bagaimana rumah tangga keponakannya ini.
"Saira juga kangen. Tante bagaimana kabarnya?" tanyanya sopan.
"Seperti yang kamu lihat sayang."
"Kenapa tidak turun.?"
"Lagi banyak tugas, kan Tante tau sendiri tidak ada yang menyukai kehadiran Saira."
"Tante sangat menyayangimu sayang, andai kamu jadi menantu Tante, pasti rasanya bahagia sekali. Mereka saja yang terlalu buta sayang. Kamu adalah sebuah permata yang belum terlihat karena hanya yang berhati tuluslah yang bisa melihat betapa berharganya kamu," ucap Rina dengan tulus.
Mendengar itu Saira menjadi haru, ia bersyukur setidaknya masih ada yang menyayanginya di dunia ini.
"Terima kasih Tante." Saira memeluk tubuh wanita cantik itu.
Rina mengelus lembut kepala Saira dengan sayang, ia seperti merasakan kembali pelukan dan elusan hangat seorang ibu.
"Sayang jangan pernah memaksakan diri karena setiap manusia punya batas limitasi. Jika batas itu sudah tak mampu lagi kamu tampung. Ada Tante tempat kamu bersandar, Tante akan selalu ada buat kamu sayang." Rini mengusap kepala Saira lembut. Ia tak sanggup melihat penderitaan Saira walaupun Claudi bukan menantunya tapi dia sangat menyayangi wanita rapuh ini.
"Terima kasih Tante, jika waktunya telah tiba aku pasti akan melakukannya."
Saira turun ke bawah bersama Rina.
Langkahnya masih di tangga. Namun, atmosfernya sudah berbeda.
"Apa sudah ada isinya?" Tanya mertuanya dengan sinis.
Claudi tersentak dalam langkahnya, bagaimana bisa hamil disentuh saja tidak pernah.
"Belum ada rezeki Ma," ucapnya sambil menunduk sedangkan Aksa hanya cuek seperti biasanya.
"Alah palingan juga dia mandul Ma." seru kakak dari suaminya.
Jangan ditanya bagaimana perasaannya, bahkan untuk bernapas pun rasanya amat menyakitkan. ditambah bungkamnya seorang suami saat melihat istrinya dihina dan dipojokkan.
"Itulah azab untuk wanita menjijikkan sepertimu. Dasar wanita murahan." Cerca sepupu suaminya tanpa saringan.
Lagi-lagi mata Saira menatap ke arah Aksa, nihil. Pria itu terlihat bercanda bersama sepupunya.
Lelah mendengar semua hinaan ia melangkah pergi meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya dengan perasaan hancur berkeping-keping. Sedangkan mereka yang berada di ruang tamu hanya tersenyum sinis melihat kepergiannya.
"Sekejam inikah semua orang padaku, apa aku tidak pantas untuk bahagia bersama orang yang aku cintai. Kenapa semua orang memperlakukan aku seperti ini Tuhan." Gumamnya dengan serak.
Ia mengalihkan pandangannya pada benda pipih yang kini bergetar.
"Halo," ucapnya dengan lemah.
"Apa kamu sudah memutuskan?"
"Belum saatnya Kak, aku ingin melihat sejauh mana aku mampu bertahan. Nanti kalau aku sudah menyerah aku akan ikut bersama Kakak."
"Baiklah, jangan membiarkan dirimu menerima cacian. Kakak tidak akan pernah rela melihatmu mati di tangan mereka."
"Tidak akan, Kak. Terima kasih." Ia menghela napas panjang setelah telponnya dimatikan oleh seseorang di seberang sana.
"Haruskah?" Tanyanya pada angin.
Karena tekanan batin yang ia dapatkan hari ini membuat tubuhnya benar-benar lelah. Ia pun membaringkan tubuhnya hingga tertidur.
Seminggu lagi ujian semester akan segera dilaksanakan. Saira disibukkan oleh kegiatan belajar di perpustakaan. Ia tidak ingin mengulang atau pun mendapat nilai jelek saat ujian. Untuk itu, ia mengupayakan belajar meski hanya satu jam. Seperti hari ini, ia di perpustakaan induk kampus sampai malam. Ia melihat jam yang melingkar indah di tangannya sudah menunjukkan pukul delapan.
"Ah, sudah sangat malam ternyata."
Ia segera mengemasi barang-barangnya dan beranjak dari sana.
---------
kenapa jadi abu-abu 🤔
cuiiiiiihhh 🖕🖕
apa itu masuk ya Thor🤔
cuuiiiiiiihhhh 🖕🖕🖕🖕🖕