Lanjutan dari novel: Wanita Cantik Tuan Muda Dingin.
__________
Setelah melewati banyak waktu dan masalah. Raka sang CEO termuda di perusahaan Welfin telah berhasil menemukan kekasihnya dan bahkan tak menyangka jika kekasihnya itu memberikan sepasang anak kembar yang cerdas dan menggemaskan.
Namun masalah kembali datang dari istri tercinta yang memiliki Kepribadian Ganda. Karena itulah Raka mencoba menyembuhkan Sovia dan mulai belajar untuk menjadi Suami idaman untuk sang istri.
Akan tetapi seseorang mulai meneror keluarga kecilnya dan bahkan mencoba menyingkirkan satu persatu keluarga dekatnya. Hal ini karena perebutan harta waris di masa lalu di keluarga Welfin. Dapatkah Raka melindungi sang Istri dan kedua anak kembarnya, serta menyembuhkan mental Sovia?
Yuk kita simak perjuangan Raka dalam menyembuhkan Sovia dan perjuangannya menyelesaikan masalah yang silih datang berganti di keluarga kecilnya Raka.
Baca sampai selesai ya ^^
Terima kasih~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Sovia Diteror
...[Beri like dan komen]...
Terdengar suara tergesa-gesa langkah kaki seseorang menjauhi sesuatu dan juga diikuti nafas tak beraturan. Terlihat seorang wanita sedang berlari dengan keringat mulai turun membasahi keningnya.
"Tolong ... tolong, siapa pun itu ... tolong aku, hiks." Isaknya terdengar ketakutan.
"Hah ... hah, siapa pun ... siapa pun itu tolong aku!!" pekiknya masih berlari dilorong-lorong gelap. Hanya terdengar suara nafasnya dan langkah kakinya terdengar. Suasana semakin mencekam dikala hawa dingin mulai ia rasakan.
"Hiks ... hiks, tolong jangan mendekatiku." wanita itu yang tak lain Sovia yang lagi menangis. Ia gemeteran dan ketakutan melihat sosok mengerikan mulai mendekatinya.
"Hihihi ...." Sosok itu tertawa cekikikan, ia dipenuhi darah yang amat menyengat dan sangat bau busuk. Ia melayang sana sini dan menghilang berpindah tempat meneror Sovia.
"Tidak, jangan ganggu aku!" racau Sovia tak henti-hentinya menutup telinga karena tak kuat mendengar suara cekikikan yang amat menyeramkan dan menggema di kedua kuping telinganya.
"Hihihi ... hiks ... hiks." sosok itu langsung berhenti, ia tiba-tiba menangis namun tangisan itu malah menjadi semakin menakutkan membuat Sovia gemeteran dahsyat. Terdengar sangat menyedihkan.
Sovia yang ketakutan setengah mati ia berlari kembali menjauhi sosok itu. Namun sosok hantu perempuan itu langsung muncul di depannya dengan wajah amat mengerikan. Terlihat belatung-belatung menggulutinya. Terlihat begitu menjijikkan membuat Sovia berteriak histeris saking terkejutnya.
"Aaaaa!" pekik Sovia mundur. Ia pun tak sengaja terjatuh ke lantai. Perlahan-lahan sosok itu kembali cekikikan
"Jangan, jangan mendekatiku!" pekik Sovia menunduk sambil menutup wajahnya. Seketika sosok itu langsung berhenti.
"Hiks ... hiks, jangan ... jangan ganggu aku." Isak Sovia masih ketakutan.
"Hihihi ... ka ... u ... kau, kenapa kau ketakutan sekarang," Sosok itu akhirnya berbicara, terdengar sedikit ada rintihan kesakitan membuat Sovia tersentak.
"Dulu kau begitu berani padaku. Kau dengan mudahnya menghabisiku, hiks." Isakanannya terdengar menakutkan, terlihat sosok itu melayang mulai mendekati Sovia.
Sovia yang melihat dan mendengarnya, ia pun langsung mundur.
"Hiks, jangan ... jangan ganggu aku. Aku tak mengenalmu." ucap Sovia bertambah gemeteran karena melihat belatung-belatung mulai berjatuhan dan itu sangat menjijikkan.
"Kau tak mengenalku? Aku adalah orang yang kau bunuh!!" pekik sosok itu berteriak sambil melototi Sovia.
Sovia langsung tersentak setelah mendengarnya.
"Tidak!! Kau jangan ganggu aku! Jangan bicara seperti itu padaku!" Sovia kembali meracau tak percaya pada ucapan hantu itu.
Hantu itu yang mendengarnya nampak geram. Ia dengan kemarahan akhirnya mencekik leher Sovia. Mata Sovia langsung membola tak menyangka tangan sosok itu mencekiknya dengan kuat. Telihat tangannya begitu kotor dan bau darah yang amat menyengat.
"Agh! Lep ... lepas ... lepaskan!" Sovia memberontak untuk melepaskan tangan yang mencekiknya.
"Kau harus mati! Semua ini adalah perbuatan kejimu, kau harus membayarnya dengan nyawa!" geram sosok itu melototi Sovia ingin membunuhnya.
"Lepas ... lepaskan, aku ... aku tak mengenalmu!" Sovia kembali memberontak. Namun kini matanya mulai berair tak sanggup bernafas.
"Cih, aku akan membunuhmu!" gerak sosok itu memperkuat cengkramannya.
Namun tiba-tiba sosok itu memuntahkan cairan menjijikkan dari mulutnya. Matanya membola merasakan tusukan dari belakangnya. Terlihat pisau tajam menembus tubuh kotornya.
Sosok itu pun langsung melepaskan cengkramannya membuat Sovia terjatuh dan terbatuk-batuk. Sosok itupun langsung berbalik melihat siapa yang telah menusuknya.
Mata sosok itu kembali membola melihat wanita bermata merah dengan wajah masam tak kalah menakutkan dari dirinya telah berdiri di depannya.
Sontak pisau itu kembali dicabuk olehnya lalu dengan cepat menancapkannya ke kepala sosok itu.
Alhasil semburan cairan kotor menyembur keluar dan akhirnya hantu itu menghilang dari tempatnya membuat Sovia terkejut melihat perlahan perempuan yang mirip dengannya berdiri tepat di hadapannya dengan pisau tajam.
Sovia pun dengan nafas masih tak beraturan alias masih ngos-ngosan. Ia kembali mundur untuk menjauhinya.
"Siapa ... siapa kamu! Kenapa kamu terus menggangguku!" teriak Sovia menunjuk ke arahnya.
"Siapa aku itu tak penting, sekarang ini waktunya aku yang sendiri menghabisimu!" Wanita itu yang tak lain adalah Mira langsung mengangkat pisaunya lalu ingin menusuk Sovia.
Namun tiba-tiba saja pisau itu terpental disaat ingin menusuk Sovia. Ia terkejut melihat ada kaca pembatas antara dirinya dan Sovia.
Begitupun Sovia ikut terkejut melihatnya. Karena saking ketakutan dan lelah berlari, Sovia pun akhirnya perlahan jatuh pingsan dan tak sadarkan diri membuat Mira geram.
"Tidak! Tidak! Jangan! Jangan tinggalkan aku! Agh! Kenapa ada kaca di sini!" teriaknya memukul dan menendang kaca pembatas antara dirinya dan Sovia yang terkapar tak sadarkan diri.
"Hiks ... hiks, jangan ... jangan tinggalkan aku di sini. Biarkan aku keluar. Aaaarg!" Isak Mira berteriak histeris hingga suara teriakannya menggema di ruangan gelap itu. Lilin-lilin yang meneranginya mulai redup dan akhirnya gelap gulita. Suasana kembali mencekam dan menakutkan, terlihat ia bertekuk lutut menunduk sambil menangis.
______
Sebuah bis menuju ke sebuah kota yang berbeda. Tak memakan waktu lama, bis itu pun berhenti juga. Para penumpang pun turun dari bis, begitupun Nenek yang di dekat Mira. Nenek itu perlahan menepuk bahu Mira yang sedari tadi tertidur.
"Nak, bangunlah. Bis sudah berhenti." Nenek itu masih saja membangunkan Mira.
Perlahan mata wanita cantik yang duduk di dekatnya akhirnya mulai sadar. Terlihat bola matanya berubah menjadi coklat kembali dan itu membuat Nenek tadi terkejut melihatnya, ia yang tak lain adalah Sovia yang kini mengandalikan tubuhnya.
Sovia pun terbangun dan langsung membola. Nafasnya mulai terasa sesak dengan apa yang ia lihat barusan. Melihat sosok hantu yang menerornya serta wanita yang mirip dengannya ingin membunuh dirinya.
Sovia pun akhirnya sadar sepenuhnya ketika Nenek di dekatnya berbicara pada dirinya.
"Hei Nak, kau baik-baik saja kan?" Nenek itu agak kuatir melihat Sovia berkeringat hebat. Seperti telah bermimpi buruk.
"Astaga, kenapa aku bisa bermimpi buruk dan loh ... ini aku di mana?" gumam Sovia melihat sekeliling bis.
"Hei Nak, kenapa diam saja?" Nenek itu kembali lagi bertanya.
"Maaf, Nek. Anda siapa? Dan di mana aku sekarang?" Sovia bertanya balik dan merasa heran.
"Kau sekarang berada di kota Michigan." jawab Nenek itu tersenyum. Tapi itu malah membuat Sovia semakin kaget.
"Apa? Michigan? Kenapa aku bisa ada di sini? Seharusnya aku ada di rumah sedang melakukan terapi. Argh!" batin Sovia terheran-heran.
"Eh, kau baik-baik saja?" Nenek itu semakin kuatir.
"Baik-baik saja kok, Nek." jawab Sovia sedikit tersenyum, walau sebenarnya ia agak takut padanya karena Sovia sama sekali tak mengenalnya.
"Bagus deh, jika begitu kau turunlah bersamaku. Supir bis ini sudah menyuruh kita turun." ucap Nenek itu mulai berdiri.
"Maaf, Nek. Saya tetap di sini." Sovia menolaknya.
"Lihatlah jam itu, bis ini tak akan pergi kemana lagi. Apa kau ingin tidur di sini?" Tunjuk Nenek itu pada jam kecil yang tergantung di bis itu.
Sovia terkejut. Ternyata sudah malam dan sudah pukul 21.37 malam.
Nenek itu pun mulai berjalan untuk turun. Sovia yang masih ketakutan, ia pun akhirnya turun dari bis itu mengikuti Nenek itu. Nenek itu pun turun diikuti Sovia di belakangnya.
Sontak seorang wanita muda yang juga cantik sedang berdiri menunggu. Ia terlihat membola terdiam mematung melihat Sovia berjalan bersama dengan Nenek dari suaminya.
Begitupun Sovia terdiam karena ditatap terus-menerus oleh wanita itu.
"Mi ... Mi ... Mira?"
Wanita itu terbata-bata saking terkejutnya melihat Sovia malam ini. Kedua wanita itu kini saling pandang dan terdiam.