Istri Cantik Tuan Presdir
...[Beri like dan komen]...
Note: Baca Musim 1 Dulu Biar Paham!! Tahap Revisi...
...~Δ ______ Δ~...
Seorang wanita cantik sedang duduk sambil memandang pantulannya di cermin. Dia terlihat murung karena belum bisa mengingat masa lalunya. Dia memijit keningnya dan bersikeras untuk mengingat memori yang hilang enam tahun yang lalu.
Dia bernama Sovia Indriani, nama aslinya adalah Mira Arelia. Dia adalah anak pertama dari pasangan Ellen dan Arya, identitas keluarganya bahkan masih misterius.
Sovia pun mengikat rambut panjang gelombangnya ke samping. Tanpa dia sadari, tiba-tiba perutnya dirangkul oleh seseorang dari belakang.
"Sayang, kau sangat wangi malam ini." Pria bermata biru memeluknya sambil mencium wangi parfum pada leher istrinya itu.
Pria itu adalah Raka Alendra, seorang CEO di perusahaan Welfin. Sekaligus suami yang dulu memiliki sifat dingin kini mulai manja pada istrinya.
"Emh, terima kasih, sayangku."
Sovia berbalik, perlahan merangkul leher Raka dan tersenyum manis di depan pria yang seminggu lalu mengikat dirinya ke dalam pernikahan.
"Sayang, apa perasaanmu baik-baik saja? Kau terlihat murung malam ini." Raka melepaskan rangkulannya lalu menyentuh kedua pipi istrinya. Sovia menunduk di depannya, sebenarnya dia sangat ingin memori yang hilang itu bisa ingat kembali.
"Sayang, kamu kenapa lagi?" Raka mengangkat dagu Sovia agar dia bisa menatap kedua mata coklat istri tercinta. Sovia memalingkan muka tak ingin ditatap.
"Aku masih memikirkan ingatanku,"
"Kemarin, setelah kamu bercerita padaku, aku tetap saja tak dapat ingat sesuatu," ucap Sovia menatap Raka.
"Jadi cuma karena itu saja kamu murung seperti ini?" Raka kembali bertanya. Sovia mengangguk kecil. Raka pun memeluknya dan merenungkan keresahan Sovia.
"Jika aku beritahu padamu yang sebenarnya. Takutnya kamu tak akan menerima kenyataannya. Maaf sayang, aku harus berbohong lagi padamu, mengarang semua cerita palsu tentang kita, semua ini aku lakukan agar kau tak ingat masa lalu yang bisa saja membuatmu gila."
Raka melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Sovia. Meski begitu, Sovia tetap saja murung seperti orang asing bagi Raka dan keluarganya sendiri.
"Hei, sayang. Kamu tak usah sedih. Yang jelas, dulu kamu adalah kekasihku. Soal memori itu, lupakan saja." Raka seperti tak ingin membahasnya lagi.
"Tapi, aku ingin mengingat memori yang hilang itu,"
"Aku penasaran dengan wanita yang mirip denganku di dalam mimpi yang kau maksud Luna itu," tutur Sovia melihat Raka serius.
Sovia ternyata sangat penasaran dengan wanita yang ada di dalam mimpinya selama ini. Padahal mimpi itu adalah memori dirinya yang tidak dia sadari dan wanita yang mirip dengannya adalah dirinya yang sebenarnya.
Raka terdiam setelah mendengarnya dan sedikit terkejut dengan ucapan istrinya.
"Jadi selama ini dia selalu memikirkan wanita yang ada di dalam mimpinya?" gumam Raka dalam hati mulai resah.
"Baiklah, besok mungkin kita akan pulang ke kota. Aku akan menyuruh Dokter untuk melakukan terapi lagi untukmu," ucap Raka akhirnya menurut.
"Benarkah? Kita akan pulang besok?" Sovia sangat senang mendengarnya.
"Tapi ...." Raka mulai memikirkan resiko yang akan terjadi pada Sovia nantinya.
"Tapi apa?" Sovia bertanya ingin tau apa yang membuat Raka menghentikan ucapannya.
"Sayang, jika sesuatu yang tidak ingin kau lihat muncul di kepalamu. Kamu jangan syok setelah melihatnya," jawab Raka menepuk kedua bahu Sovia.
"Syok? Memangnya dulu aku pernah berbuat apa hingga aku harus syok?" Sovia terlihat heran dan penasaran.
"Hahaha ... itu," Raka cengengesan tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya.
"Itu apa? Apa dulu terjadi sesuatu yang mengerikan?" tanya Sovia membuat Raka terdiam mematung.
"Bukan itu. Mana ada sesuatu yang mengerikan." Raka melihat ke segala arah, lagi-lagi menyangkal fakta yang sesungguhnya.
"Terus, itu apa? Kamu tadi mau bicara apa?" desak Sovia semakin penasaran.
"Aish ... banyak yang sebenarnya terjadi dulu. Jika aku kasih tahu yang ada kau akan gila."
Raka bergumam dalam hati menatap Sovia dan masih terdiam saja.
"Kamu kenapa diam?" Sovia melambai-lambai ke wajah Raka. Raka langsung merangkulnya lalu membisikkan sesuatu.
"Sayang, apa kau ingat malam pertama kali kita tidur bersama?"
Sovia yang terdiam setelah mendengarnya.
"Tidak sepenuhnya, padahal aku ingin tahu bagaimana aku bisa masuk ke kamarmu," jawab Sovia menyentuh kepalanya mencoba ingat sesuatu, tapi percuma saja. Karena yang dilihat hanya dirinya yang pada saat itu telah berada di dalam kamar dengan Raka.
"Nah yang itu. Aku takut kamu melihat sepenuhnya malam itu dan membuatmu syok. Aku cuma takut setelah kamu ingat, kamu akan membenciku lagi," jelas Raka melepaskan rangkulannya.
"Tunggu dulu," Sovia tiba-tiba ingat sesuatu.
"Ada apa?" tanya Raka langsung was-was.
"Sebelum aku pastikan ini ingatanku. Aku melihat wanita itu lagi, dia menyuruhku membunuhmu juga. Bukan cuma aku yang mau dibunuh, tapi kamu juga," jawab Sovia ketakutan.
Raka terdiam, tentu dia terkejut mendengarnya. Raka tak habis pikir, istrinya dulu ingin membunuhnya.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" Sovia kembali berbicara untuk menyadarkan Raka yang lagi melamun.
"Ah itu, aku baik-baik saja kok," jawab Raka mencoba tenang.
"Aku yakin, dia waktu dulu trauma karena aku telah memperkosanya dan mungkin inilah pemicu dia bunuh diri waktu itu."
Raka dengan lembut membelai rambut Sovia dan perlahan mengecup kening istrinya itu membuat Sovia tersipu. Sovia selalu saja menerima sikap kelembutan dari suaminya.
"Sayang, kamu tak usah pikirkan itu. Dan juga, maaf soal waktu dulu aku menyakiti perasaanmu. Aku tak bermaksud merebut kesucianmu. Kamu mau kan maafkan aku?"
Raka melihat kedua mata Sovia. Melihat apakah istrinya itu telah tulus memaafkannya.
Sovia mengangguk sambil tersenyum lalu memeluk Raka dan mendongak melihatnya.
"Itu sudah berlalu dan aku sudah memafkanmu. Lagian aku tak bisa juga menyalahkanmu terus-menerus. Aku malah ingin berterima kasih kau sudah baik padaku. Memberiku rasa aman padaku dan juga untuk si kembar," jelas Sovia memeluk erat Raka.
"Haha ... kau memang istriku yang baik, tak mudah marah." Raka tersenyum kecil mendengarnya. Dia merasa lega, tapi tetap masih merasa gundah dalam hatinya.
"Kalau begitu, kita sebaiknya keluar makan malam bersama. Mama dan Papa serta yang lainnya pasti sudah menunggu kita," ucap Raka tersenyum kecil.
"Baiklah, sayang." Sovia pun melepaskan pelukannya lalu meraih tangan Raka dan kemudian berjalan keluar bersama. Setelah Sovia membuka pintu, ternyata si kembar dan Willy telah berdiri di depan pintu kamar.
Sovia terdiam melihat Willy. Ia seperti ingat sesuatu yang terlintas di kepalanya. Sebuah ucapan yang pernah dilontarkan Willy kepadanya saat Willy mengintrogasi dirinya di dalam mobil.
Willy adalah Asisten sekaligus sekretaris Raka. Dia memang pernah mengintrogasi Sovia saat pertama kali Raka mencurigai Sovia adalah kekasihnya yang bernama Mira Arelia.
Nama sesungguhnya Willy adalah William Finley. Berkat dirinya, dia berhasil membongkar sebagian identitas Sovia yang ternyata adalah Mira yang berhasil di selamatkan oleh Keluarga Pak Candy. Dia juga berhasil membongkar kedok jahat wanita yang bernama Luna Ashela yang telah melakukan operasi pada dirinya dan menyamar jadi Mira untuk mengelabui Raka.
Sovia tak henti-hentinya menatap Willy yang berdiri di depannya. Seperti ada yang ingin dia bicarakan pada pria berkacamata itu.
...______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Ana Uhibbuka Fillah
aku mampir thor
2022-03-10
0
ʀ𝖍𝒚𝖓𝖆
Wah Seru Nih Kayaknya
2021-10-03
0
suci setia ningsih
Thor ini yg pertama,terus Devan n Rafa ya,ad lagi gak thor
2021-08-15
0