Kecelakaan maut yang menimpa sahabat baiknya, membuat Dara Asa Nirwana terpaksa menjalani nikah kontrak dengan Dante Alvarendra pria yang paling ia benci.
Hal itu Dara lakukan demi memenuhi wasiat terakhir almarhumah untuk menjaga putra semata wayang sahabatnya.
Bagaimanakah lika-liku perjalanan lernikahan kontrak antara Dara dan Dante?
Cerita selengkapnya hanya ada di novel Nikah Kontrak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 32
Saat prosesi pemakaman ayahanda Max berlangsung, Alice melirik sekilas ke arah Dara dan Dante dengan tatapan sinis, kemudian membuang wajahnya.
Dara yang sempat melihat hal tersebut langsung merasa sedih. Wanita yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri begitu kecewa terhadapnya, ia merasa seperti telah merebut Dante darinya.
Selesai pemakaman, Dante menghampiri pengacara Max untuk menanyakan mengapa Dion ataupun keluarga Albert tidak ada yang datang? Padahal Dion satu-satunya kelurga dari almarhum ayahanda Max.
"Kemarin mereka sudah mengutus seseorang untuk datang. Mungkin kau tidak tahu karena tak mengenalnya," jawab pengacara. "Mereka juga sudah memberikan karangan bunga yang paling bagus di rumah duka. Apa kau tak melihatnya?"
"Persetan dengan karangan bunga," gumam Dante. "Dion satu-satunya keluarga, mengapa mereka tak mengizinkan Dion untuk melihat kakeknya untuk yang terakhir kalinya?"
Beruntung Dara yang berada di sampingnya menggenggam erat tangan Dante, jika tidak? Dante tak dapat menahan emosinya.
"Ya aku tahu, tapi apa boleh buat. Mereka sangat sibuk, jadwal Dion pun padat. Apalagi menjelang natal, besok sore mereka ingin membawa Dion liburan keluar negeri melihat salju," ucap sang pengacara sembari tertawa.
"Luar negeri?" Dada memegang dadanya karena terkejut.
"Bukankah Dion masih dalam pengawasan dinas sosial? Mengapa kalian mengizinkan Dion pergi sejauh itu?" protes Dante.
Sang pengacara terlihat enggan menanggapi ocehan Dante. "Liburan baik untuk perkembangan anak, Dion pasti senang bisa melihat dan bermain salju."
Ia menepuk bahu Dante. "Berhentilah mengkhawatirkan Dion, anak itu sangat bahagia di tangan orang tua yang tepat." Ia berlalu meninggalkan Dante, berjalan menuju gerbang pemakaman.
Dante dan Dara yang masih belum terima dengan ucapan pengacara pun berlari mengejarnya. "Kalian tidak bisa membiarkan Dion pergi sejauh itu!" bentak Dante.
"Dante...!" tegur Alice, ia dan suaminya berdiri di belakang Dante dan Dara, tatapan matanya tajam menatap ke arah mereka berdua.
Dante dan Dara menoleh.
"Sudah Mama duga kalian masih bersama karena mengharapkan Dion kembali," ujar Alice. "Bukankah Papa pernah bilang, biarkan Dion bahagia di urus dengan orang tua yang benar-benar siap merawat anak?"
"Tapi Mah..." Dante berusaha mejelaskan hal yang mengganjal yang ia dan Dara rasakan terhadap orang tua angkat Dion.
"Cukup Dante," potong Boby. "Papa tau bekerja di program infotaiment sama sekali bukan gayamu, sehingga kau masih mengincar harta peninggalan Max sehingga kalian tak mau bercerai dan berusaha keras mendapatkan Dion kembali. "
"Papa..." Dante menggelengkan kepalanya ia tak menyangka ayahnya berpikir seperti itu.
"Biarkan Dion bahagia bersama keluarga barunya. Kau yang mengatakan bahwa kau melanjutkan pernikahan bukan semata-mata untuk mendapatkan Dion, melainkan kau mencintai wanita ini," tunjuk Boby pada Dara. "Kalau begitu kau tunjukan saja, bukan malah sibuk meeebut kebahagiaan Dion yanh sudah bahagia dengan keluarga barunya."
"Papa, tidak seperti itu..."
Dara menahan Dante untuk marah terjadap krang tuanya. "Mah, Pah. Kami permisi dulu!" ia menarik Dante pergi dari tempat pemakaman.
Sebetulnya Dara ingin mengajak otang tua Dante menginap, namun ia yakin Alice dan Boby tidak akan mau dan malah membuat Dante dan orang tuanya bertengkar lagi. Sebelum masuk mobil, Dara menyempatkan diri memesan taxi online untuk kedua orang tua Dante.
"Dasar wanita tak tahu malu, aku yakin dia yang sudah mempengaruhi Dante," gumam Alice. "Dia sudah kehilangan si Dokter itu sehingga berusaha keras meraih harta Dion." Ia terus menatap kepergian Dara dan Dante.
***
"Sudahlah, sayang." Dara meraih tangan Dante dan menggengamnya, ia rasa percuma menjelaskan sesuatu kepada orang yang hatinya sudah di penuhi oleh rasa kecewa.
"Aku yakin kesalah pahaman ini akan berakhir," lanjut Dara.
"Ya, aku juga yakin akan lah itu." Dante mengecup tangan Dara, kemudian tersenyum kearahnya.
"Bagaimana kalau kita menghias pohon Natal?" ajak Dante.
"Kau tidak ke kantor?"
Dante menggelengkan kepalanya. "Aku ingin bersamamu seharian penuh," Dante kembali mengecup tangan Dara.
Ketidak hadiran Dion, kabar Dion akan dibawa keluar negeri, hingga pertengkaran dengan orang tuanya membuat hati Dante terasa sangat buruk, ia butuh Dara untuk memulihkannya dan ia yakin Dara pun membutuhkan dirinya.
Tiba di rumah Dara langsung membongkar kotak yang berisi koleksi pernak pernik natalnya. Sudah belasan tahun sejak neneknya meninggal dunia, ia tidak pernah lagi menghias rumahnya untuk menyambut datangnya Natal.
Tapi kali ini karena kehadiran Dante di hidupnya membuatnya lebih bersemangat menyambut Natal, meski ada ruang hampa yang tersimpan untuk Dion di hatinya.
'Andai dia ada di sini, Natal kali ini akan terasa sempurna,' batin Dara.
Dante terkejut dengan banyaknya koleksi pernak pernik Natal yang Dara miliki, pohon Natalnya pun cukup besar.
Butuh waktu hampir tiga jam untuk mereka menyelesaikannya, tentu saja mereka mengerjakannya tidak benar-benar serius. Terkadang Dante menjahili Dara, dan terkadang mereka meninggalkannya untuk sekedar bercumbu mesra.
"Tinggal bintang di atas," ucap Dante takjub dengan hasil karnya bersama Dara. "Kau mau memasangnya," ia merentangkan tangan bersiap menggendong tubuh mungil istrinya.
Dara menggeleng, wajahnya mendadak berubah menjadi murung. "Biar Dion saja nanti yang pasang."
Dante memeluk Dara dengan erat. "Ya, biar Dion saja yang memasang bintangnya," bisik Dante, ia kemudian mengecup kepala Dara.
"Hoeek..."
Saat berada dalam pelukan Dante, tiba-tiba saja Dara merasakan perutnya bergejolak. Ia mendorong Dante, lalu berlari menuju kamar mandi.
"Sayang kau baik-baik saja?" Dante berlari menyusul Dara dengan panik.
Ia membantu Dara memijat tengkuknya. "Kita ke dokter ya."
Dara menggeleng, ia menyeka sisa muntahan di bibirnya dengan menggunakan tisu. "Aku hanya masuk angin, mungkin karena lelah dengan pesanan hampers yang makin banyak," ucap Dara.
"Kalau begitu kau istirahat saja, biar aku yang bersihkan."
Setelah membersihkan kamar mandi, Dante membuatkan teh hangat untuk istrinya. "Apa tidak sebaiknya kau menambah pegawai saja?"
"Apa tidak apa-apa jika di bayar harian? Aku tidak enak membayar upah sedikit." Ia tak sanggup jika harus merekrut pegawai tetap baru, karena hanya di momen-momen tertentu saja tokonya ramai, selebihnya relatif biasa saja.
"Tidak apa-apa, cari saja mahasiswa. Mereka pasti butuh uang saku untuk tambahan liburan," saran Dante.
Dara mengangguk, ia akan mempertimbangkan saran yang di berikan oleh suaminya.
Setelah Dara terlelap, Dante kembali memikirkan soal Dion. Ia mulai membuka laptopnya untuk mencari tahu profil kedua orang tua angkat Dion.
Albert Elardo.
Dante mengetikan nama Albert dalam kolom pencarian google, benar apa yang di katakan rekan kerjanya tak begitu sulit menemukan nama orang kaya di negeri ini.
Dante langsung menemukan nama perusahaan yang di miliki oleh Albert, rupanya tak jauh dari kantornya. Ia langsung menyalin alamatnya, meski ia tahu sekali gedungnya.
Pantas saja dia dan istrinya terlihat sangat sombong, perusahan milik Albert memang yang paling besar di kawasan tersebut dan merupakan perusahan internasional.
Dante tersenyum sinis, apa Dion masih akan menganggap Dara ibunya jika orang tua angkatnya sekaya ini?
Mendadak ia ragu untuk terus mengejar Dion, ia takut istrinya hanya akan menelan kekecewaan jika Dion menolaknya.
hubungan yang awalnya sudah tdk sehat apalagi dengan keterpaksaan akhirnya jd tidak baik
sudah diapain itu Dionn 😭😭😭😭
Max dan Yulia mafia berlian 😱😱😱😱😱
bahkan ia tega menggunakan identitas kakaknya untuk melakukan perdagangan anak di bawah umur ini
pantas aja dia langsung resign saat Albert akan berangkat ke luar negeri, mungkin tuh petugas dinas sosial takut dirinya akan ikutan masuk penjara jika kasus penjualan anak itu terbongkar kali yaak
minta maaf katamu???
setelah Dion mengalami trauma kayak gini, ish ish ish ish
pengacara macam apa kamu itu