Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Lavanya Cuti, Sakala Hampa
Seperti biasanya, di setiap pagi suasana rumah Dallas selalu riuh dan hangat. Semua tidak terlepas dari keceriaan kedua anak kembar mereka. Tiap pergi sekolah suasana pagi sangat heboh. Hal ini membuat keluarga Dallas semakin ramai dan harmonis.
"Ayo, sarapan dulu. Sebentar lagi jemputan kalian datang," peringat Syafana setelah selesai menyiapkan sarapan di depan mereka masing-masing.
"Mama, Fina ingin selai nanas," tunjuk Fina pada selai yang teronggok di tengah-tengah mereka.
"Baik, Sayang."
"Mama, Alf juga. Tapi selainya black current," tunjuk Alf pada toples berisi selai black current.
"Siap, Sayang." Syafana melayani Fina terlebih dahulu, setelah itu baru Alf.
"Mamaaa, cepat dong. Kak Fina biar sama Papa saja," teriak Alf protes dengan mulut mencucu, sepertinya Alf cemburu karena roti Fina yang lebih dulu diolesi selai nanas.
"Sudah, giliran saja. Alf juga bakal mama berikan selainya. Sabar, harus antri," ujar Syafana membujuk Alf.
"Sini, punya Alf sama papa." Dallas meraih piring punya Dalfas yang sudah ada roti di atasnya, lalu Dallas mengoleskan selai yang diinginkan Alf.
"Terimakasih, Mama," ucap Fina, setelah rotinya dibaluri selai oleh Syafana.
"Sama-sama. Cepatlah dimakan rotinya, sebentar lagi jemputan datang. Alf juga, ato segera makan, kan udah dibaluri selai sama Papa rotinya," suruh Syafana mengingatkan kedua kembarnya sarapan lebih cepat.
"Kaka, mau mama ambilkan selainya?" Kini perhatian Syafana beralih pada Sakala.
"Tidak, Ma. Kalau roti Saka diambilkan selai oleh Mama, nanti akan ada yang cemburu," cetusnya sembari melirik Dalfas. Karena Dalfas memang seakan ingin dia saja yang memiliki Sayafana.
"Sudah, kalau begitu Kaka juga cepat sarapan, nanti kesiangan," peringat Syafana sembari tersenyum kecil, sebab ia sudah tahu watak semua anak-anaknya terutama Dalfas. Dia sering cemburuan.
"Papa, mau diambilkan juga?" tawar Syafana sembari menatap Dallas.
"Tidak. Papa sudah ambil sendiri," tolak Dallas sembari membalas senyuman Syafana dengan sebuah senyum penuh kebahagiaan.
"Totot"
"Tuh, Pak Arif sudah membunyikan klakson. Ayo, minum dulu air putih hangatnya," ujar Syafana. Dalfas dan Syafina segera menyelesaikan sarapannya dengan cepat.
"Alf pamit, ya, Ma," ucap Alf seraya mencium tangan Syafana, Dallas dan Saka secara bergantian. Disusul oleh Fina. Mereka berdua berlarian keluar menghampiri jemputannya.
"Ampun, si kembar. Selalu saja lari-larian kalau jemputan datang. Padahal tidak akan ditinggal sama Pak Arif." Syafana geleng kepala melihat kedua anak kembarnya selalu berlarian kalau jemputannya datang.
"Biarkan saja, Ma. Mereka memang sudah terbiasa seperti itu," tukas Dallas.
Kini tinggal mereka bertiga yang masih berada di meja makan. Dan sebentar lagi baik Dallas maupun Sakala, aka segera berangkat ke kantornya masing-masing.
"Ma, Pa, Saka berangkat dulu, ya. Papa Saka duluan. Pagi ini bakal ada Wakasad. Kalau Saka telat dan kesiangan apel, malu." Sakala berpamitan tidak menunggu Dallas lagi.
"Baiklah, Ka. Hati-hati, ya," ucap Dallas.
"Ka, nanti jangan lupa, si kembar," peringat Syafana, takutnya Sakala lupa atau tidak bisa. Siapa tahu kegiatan dia di kantor akan menyita waktu sampai sore, mengingat saat ini ada kunjungan Wakasad.
"Siap, Ma. Saka ingat, kok."
"Memangnya Kaka tidak ada kegiatan sampai sore?"
"Tidak, Ma. Saka pulang seperti biasa," jawab Sakala seraya berpamitan.
Syafana menatap kepergian Sakala dengan penuh haru. Dia merasa lega, sebab Sakala saat ini sudah kembali ceria lagi. Sepertinya dia sudah mulai move on dari Seira.
"Lihat Sakala, Pa. Dia kini sudah kembali ceria. Beruntung mama sudah memberi Sakala tugas jemput adik kembarnya pulang les. Tapi, ini semua memang tidak lepas dari usaha Papa, yang sudah berjuang mengembalikan kehormatan keluarga kita atas perlakuan Seira," tutur Syafana mengenang usaha Dallas untuk mengembalikan kehormatan keluarga yang sudah dipermalukan habis oleh Seira.
"Syukurlah. Papa juga merasa senang melihat putra pertama kita kembali ceria. Mudah-mudahan setelah ini, Saka segera diberi pengganti yang lebih baik dari pada Seira."
"Amiinnn."
Setelah itu, Dallas pun berpamitan untuk ke kantor. Rumah kembali hening. Hanya ada Syafana dan Bi Dasim di rumah. Pada saat seperti ini, Syafana bisa duduk santai sembari menikmati secangkir wedang jahe sambil memantau usaha butiknya yang kini semakin sukses.
***
Sore menjelang, di kantor Sakala. Setelah apel siang, Sakala tidak segera menuju mobilnya. Ada arahan mendadak dari wakil Komandan. Sakala melihat jam tangannya. Sepertinya arahan wakil Komandan ini tidak akan makan waktu lama.
Sakala dan beberapa rekan sesama perwira menengah maupun tinggi dikumpulkan dalam sebuah ruangan untuk menerima arahan wakil Komandan.
Satu jam sudah, wakil Komandan memberi arahan. Semua anggota kembali dibubarkan dan boleh pulang ke rumahnya masing-masing.
"Ada-ada saja wadan ini. Padahal arahan seperti ini harusnya disampaikan tadi saat apel siang, kenapa terpisah seperti ini." Sakala sedikit menggerutu, masalahnya waktu semakin bergulir dan sebentar lagi menunjukkan pukul jam empat sore.
"Untung, masih ada waktu untuk menjemput si kembar," gumamnya sembari tersenyum bahagia. Sakala mendadak sangat bahagia mengingat dirinya akan bertemu Lavanya di tempat les.
Tiba di depan tempat les, Fina dan Alf belum keluar, karena waktu les masih tersisa lima menit lagi. Sakala sabar menunggu, lima menit bukan waktu yang lama bagi dia.
"Assalamualaikum. Selamat sore Bu Guru." Dari dalam mulai terdengar ucapan salam, menandakan kelas les telah selesai.
Sakala sudah berada di luar mobil sembari tubuhnya menghadap ke arah kelas dan pintu yang mulai dikerubuti anak-anak sekolah.
"Kakak," teriak Alf seperti biasa, disusul Fina di belakangnya. Namun, ada yang aneh bagi Sakala. Kenapa Lavanya tidak kelihatan, biasanya dia selalu mengantarkan murid lesnya sampai mulut pintu. Sepertinya Lavanya memang tidak keluar karena masih disambung mengajar murid yang lain yang kebagian les di jam empat sore.
Sakala masih belum beralih dari pintu kelas. Tiba-tiba ada yang muncul dan keluar dari pintu kelas. Sakala pikir Lavanya, tapi ternyata hanya rekannya Lavanya. Buru-buru Sakala menghampiri Guru les itu.
"Maaf, Bu. Apakah Bu Lava nya ada? Saya ada perlu sebentar?" ujar Sakala.
"Lavanya? Oh iya, dia sudah ambil cuti untuk seminggu ke depan. Katanya sih mau fokus untuk menghadapi sidang skripsi," ujar rekan Lavanya seraya menatap ke arah Sakala.
"Oh, begitu, ya, Bu. Baiklah, terimakasih atas infonya, Bu. Kalau begitu, saya permisi dulu. Assalamualaikum." Sakala berpamitan pada rekan Lavanya.
"Waalaikumsalam."
Sakala kembali menuju mobil, di dalam mobil si kembar sudah terlihat BT. Sepertinya kesal menunggu Sakala kelamaan.
"Ayo, kita meluncur." Sakala segera menyalakan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ada rasa hampa ketika ia meninggalkan halaman les di mana Lavanya mengajar.
"Nggak asik kalau Bu Lava tidak ngajar. Alf males les lagi kalau tidak ada Bu Lava," gerutu Alf. Begitu juga dengan Fina, dia bersikap yang sama seperti Alf.
"Memangnya Bu Guru Lava ke mana sih? Apakah kalian tahu?" tanya Sakala pura-pura belum tahu kenapa Lavanya tidak mengajar les hari ini?
Kalau tahu mantan pacar Seira yang dokter itu lagi dekat dengan adik sepupu Sakala, pasti Seira tambah stres😅
bahwa aa serius ingin menjadikan Lavanya istri.
biar seira mkin gila dia...😂😂😂
org kok gk ada kapok nya...