NovelToon NovelToon
Dipaksa Kawin Kontrak

Dipaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor jahat
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dini Nuraenii

Kaila tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis hanya dalam semalam. Seorang perempuan sederhana yang mendambakan kehidupan tenang, mendadak harus menghadapi kenyataan pahit ketika tanpa sengaja terlibat dalam sebuah insiden dengan Arya, seorang CEO sukses yang telah beristri. Demi menutupi skandal yang mengancam reputasi, mereka dipaksa untuk menjalin pernikahan kontrak—tanpa cinta, tanpa masa depan, hanya ikatan sementara.

Namun waktu perlahan mengubah segalanya. Di balik sikap dingin dan penuh perhitungan, Arya mulai menunjukkan perhatian yang tulus. Benih-benih perasaan tumbuh di antara keduanya, meski mereka sadar bahwa hubungan ini dibayangi oleh kenyataan pahit: Arya telah memiliki istri. Sang istri, yang tak rela posisinya digantikan, terus berusaha untuk menyingkirkan kaila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Mobil melaju cepat menembus lalu lintas malam yang mulai padat. Di dalamnya, hening menyelimuti mereka.

Kaila hanya menatap lurus ke depan, menahan gemuruh di dadanya. Ia masih merasa janggal dengan semua yang terjadi, terlebih dengan kehadiran Nayla yang tidak ia duga sebelumnya.

"Aku tidak tahu kalau kau akan datang bersama istrimu," ucap Kaila akhirnya, pelan namun tajam. "Seharusnya kau memberi tahu lebih dulu. Aku tidak nyaman."

Arya tetap memandang ke jalan, kedua tangannya mencengkeram kemudi dengan tegang. “Aku tidak perlu izin darimu untuk urusanku sendiri.”

Kaila menoleh, menahan diri agar suaranya tetap tenang. "Tapi tadi bukan hanya 'urusanmu', Arya. Itu mempermalukan kita berdua. Dan kini kita difoto oleh wartawan. Bagaimana jika fotonya tersebar?"

"Biarkan mereka menyebarkannya," balas Arya datar. "Bukankah kau sudah terlibat terlalu jauh sejak malam itu?"

Kaila terdiam. Ia menunduk sejenak, sebelum membalas, "Aku tidak pernah memilih menjadi bagian dari kekacauan ini."

Tiba-tiba, mobil berhenti di depan sebuah gedung apartemen mewah. Arya mematikan mesin dan menoleh ke arah Kaila.

“Kau akan tinggal di sini,” ucapnya tegas. “Mulai malam ini.”

“Apa maksudmu?” Kaila menatapnya tak percaya. “Aku tidak menyetujui ini. Aku hanya menandatangani kontrak pernikahan, bukan menjadi tahananmu.”

Arya menyandarkan tubuh ke jok kursi, menatap Kaila tajam. “Aku tahu wartawan akan mulai menggali siapa dirimu. Aku tidak ingin mereka mengganggu hidupmu. Tempat ini akan jauh lebih aman daripada rumah ayahmu yang sempit di gang kecil itu.”

"Apa kau meremehkan kehidupanku?"

"Bukan. Aku hanya memastikan semua berjalan sesuai perjanjian. Dan sekarang, reputasiku mulai terancam. Kita harus bertindak cepat.”

Kaila mendengus pelan, menahan amarah. “Jadi, ini semua demi reputasimu? Tidak ada sedikit pun karena… kau peduli padaku?”

Arya terdiam sejenak. Tatapannya melunak—hanya sepersekian detik lalu kembali dingin. “Turunlah. Kita bicara di atas.”

Kaila melangkah masuk ke dalam apartemen dengan ragu. Pintu tertutup pelan di belakangnya, menyisakan keheningan yang justru terasa menekan.

Ruangan itu luas, rapi, dan minimalis persis seperti kesan yang ditampilkan Arya dingin, teratur, dan jauh dari kehangatan.

"Aku tidak butuh tempat mewah seperti ini," ujar Kaila tanpa menoleh. "Aku hanya ingin menjalani kontrak ini tanpa drama tambahan."

"Aku tidak peduli kau butuh atau tidak," balas Arya sambil meletakkan kunci mobil di meja dekat pintu. "Mulai sekarang, kau tinggal di sini. Titik."

Kaila berbalik cepat, matanya membara. "Apa menurutmu semua ini pantas? Kau membawaku ke restoran, mempermalukanku di depan perempuan yang jelas-jelas memiliki hubungan denganmu, lalu menyeretku ke tempat asing seperti ini tanpa penjelasan apa pun?"

Arya menghampirinya perlahan, namun dengan sorot mata yang tetap tenang. "Nayla bukan siapa-siapa. Dan aku tidak menyeretmu. Aku melindungimu."

Kaila tertawa kecil, getir. "Melindungi? Kau bahkan tidak tahu siapa aku. Kau tidak pernah benar-benar bertanya. Yang kau tahu hanya bahwa aku perempuan yang kebetulan berada di kasurmu malam itu."

"Aku tahu lebih dari yang kau kira," balas Arya tenang. "Aku tahu kau bukan perempuan yang mudah. Itu sebabnya aku memilihmu."

Kaila menatapnya, terdiam sejenak. "Memilihku untuk menjadi istrimu selama satu tahun karena insiden semalam? Apa tidak ada pilihan lain yang lebih waras?"

Arya menatap lurus ke arah Kaila. Wajahnya tetap datar, tapi sorot matanya berubah. Ada sesuatu yang nyaris tak terucap.

"Aku tidak butuh istri. Aku butuh seseorang yang tidak akan menuntut apa-apa setelah semuanya selesai."

"Dan kau pikir aku bisa menjalani itu semua tanpa merasa hancur?"

"Kau bebas mundur sekarang, Kaila. Kontrak belum dimulai. Tapi jika kau lanjut, maka berhenti mempertanyakan caraku menjalani semuanya."

Kaila memalingkan wajah. Napasnya tersendat, dadanya sesak. "Bukan caramu yang kupersoalkan. Tapi bagaimana aku harus membiasakan diri dengan semua ini. Kau… terlalu dingin."

Arya terdiam. Ia mengambil sebuah amplop dari saku jasnya dan meletakkannya di meja.

"Itu salinan kontrak yang sudah disesuaikan dengan durasi satu tahun, seperti yang kau inginkan. Tandatangani malam ini. Aku akan menjemputmu besok untuk konferensi pers."

Kaila mengangguk pelan, tidak menatapnya. "Baik. Aku akan membaca semuanya terlebih dahulu."

Arya berjalan menuju pintu, namun sebelum memutar kenop, ia menoleh sekali lagi. “Dan satu lagi, Kaila. Mulai sekarang, jangan terlalu percaya pada siapa pun. Termasuk padaku.”

Setelah pintu tertutup, Kaila berdiri dalam keheningan, menggenggam erat amplop itu. Matanya menatap kosong ke dinding apartemen yang dingin dan sunyi, mencoba menyiapkan hatinya untuk satu tahun ke depan dengan pria yang telah mengacak-acak hidupnya sejak malam pertama mereka bertemu.

.....

Mesin mobil berdengung pelan. Di balik kemudi, Arya Satya menatap lurus ke jalanan ibu kota yang mulai ramai.

Matanya tajam namun teduh, seperti menyimpan terlalu banyak hal yang tak pernah benar-benar diucapkan.

Ia baru saja meninggalkan apartemen tempat ia menurunkan Kaila beberapa menit lalu. Wanita itu diam sepanjang perjalanan setelah kejadian di restoran tadi malam.

Tidak banyak bertanya, tidak juga membantah, hanya menerima semua yang terjadi. Dan entah kenapa, itu membuat Arya makin sulit membaca isi hatinya.

Udara menyusup masuk lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Arya menekan gas, membiarkan mobil melaju stabil di antara deretan kendaraan yang bergerak pelan.

Di dalam keheningan itu, pikirannya kembali mengembara pada masa lalu yang hingga kini masih menancap kuat di memorinya.

Pernikahannya dengan Nayla bukan karena cinta. Itu sudah jelas sejak awal. Hubungan mereka adalah hasil dari sebuah kesepakatan lama perjanjian antara ayah Nayla dan ayah Arya, dua sahabat yang dulu membangun fondasi bisnis bersama.

Ketika Arya mengambil alih perusahaan, sisa-sisa perjanjian itu pun diwariskan padanya, termasuk ‘tugas’ untuk menikahi Nayla.

“Demi stabilitas perusahaan,” begitu kata mereka.

Padahal, stabilitas itu telah mengoyak hatinya diam-diam. Nayla memang cantik, pintar, dan memiliki segala atribut sempurna untuk seorang istri CEO.

Namun tidak ada kehangatan dalam pernikahan mereka. Rumah mereka seperti panggung sandiwara. Arya tak pernah benar-benar pulang karena baginya, tidak ada rumah yang bisa disebut rumah.

Ia menghela napas, menepikan mobil sejenak di dekat persimpangan lampu merah. Bayangan wajah ibunya sekilas terlintas di pikirannya. Wanita itu meninggal ketika Arya masih belasan tahun.

Sejak saat itu, ia dibesarkan dalam dinginnya dunia bisnis dan dididik untuk tidak menunjukkan emosi.

Mungkin itulah sebabnya ia tumbuh menjadi pribadi yang nyaris beku hanya tahu bagaimana caranya memimpin, memutuskan, dan menang.

Namun tidak tahu bagaimana rasanya dicintai dengan tulus. Dan Kaila… entah bagaimana, kehadiran gadis itu perlahan mulai menggoyahkan tembok yang ia bangun selama bertahun-tahun.

Lampu berubah hijau. Arya kembali menginjak pedal gas.

Satu hal yang pasti, hidupnya tidak pernah sesederhana orang-orang pikirkan. Di balik jas rapi dan wajah dingin itu, ada luka yang belum sembuh.

Dan kini, dengan kehadiran Kaila di dalam hidupnya sekalipun hanya lewat kontrak Arya tahu bahwa ia sedang membuka pintu pada sesuatu yang jauh lebih rumit dari sekadar urusan bisnis.

1
R 💤
jangan mau kaila,
R 💤
hadir Thor 👋🏻
R 💤: siap Thor 👋🏻
Dini Nuraeni: Thanks dah mampir dan jadi yang pertama mengomentari 🥹🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!