"Daripada ukhti dijadikan istri kedua, lebih baik ukhti menjadi istriku saja. Aku akan memberimu kebebasan."
"Tapi aku cacat. Aku tidak bisa mendengar tanpa alat bantu."
"Tenang saja, aku juga akan membuamu mendengar seluruh isi dunia ini lagi, tanpa bantuan alat itu."
Syifa tak menyangka dia bertemu dengan Sadewa saat berusaha kabur dari pernikahannya dengan Ustaz Rayyan, yang menjadikannya istri kedua. Hatinya tergerak menerima lamaran Sadewa yang tiba-tiba itu. Tanpa tahu bagaimana hidup Sadewa dan siapa dia. Apakah dia akan bahagia setelah menikah dengan Sadewa atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Syifa hanya tersenyum samar saat mendengar ucapan Arlan. Tatapannya menunduk, mencoba menenangkan gejolak hatinya yang sebenarnya mulai terasa panas karena perdebatan ini. Perlahan, dia berdiri dan membalikkan badan, membelakangi Arlan yang masih duduk santai di sofa.
"Aku tidak akan menceraikan Mas Dewa," ucapnya dengan yakin.
Arlan tertawa kecil. “Kamu tahu kan kehidupan Dewa sebelumnya? Kamu mau menanggung semua bahaya itu seumur hidup kamu?”
Syifa menatap keluar jendela. Matanya menelusuri pohon-pohon gelap yang bergoyang ditiup angin malam. “Iya, aku tahu. Tapi aku tidak hidup di masa lalunya. Aku hidup bersama dia di masa sekarang. Mas Dewa yang sekarang… dia sangat baik. Bukan hanya padaku, tapi juga pada semua orang di sekelilingnya.”
“Masih ingin menyangkal?” Arlan mendengus. “Kamu pikir perubahan itu menghapus jejak darah di tangannya? Kamu tahu berapa nyawa yang hilang karena Dewa saat dia menjadi bagian dari mafia keluarganya? Mereka semua lolos dari hukuman. Tapi aku? Aku menderita sampai sekarang. Aku kehilangan keluarga dan masa depan.”
Syifa perlahan memutar tubuhnya, kini menatap Arlan. “Arlan, aku tahu kamu terluka. Tapi bukan begitu caranya menyembuhkan luka. Ikhlaskan semuanya. Dunia mungkin tidak memberi hukuman yang setimpal. Tapi Tuhan pasti adil. Akan ada hukuman yang lebih pantas di akhirat.”
Arlan memalingkan wajahnya dan tertawa pahit. “Dan kamu percaya semua itu cukup?”
“Kalau kamu balas dendam dengan membunuh Mas Dewa,” lanjut Syifa lirih, “kamu tidak lebih baik dari mereka. Kamu sama saja—sama jahatnya. Dendam tidak akan menyembuhkan. Hanya akan membuatmu kehilangan apa yang tersisa dari kebaikan dirimu sendiri.”
Diam sesaat menggantung di antara mereka. Lalu Arlan menatap Syifa tajam. Wajahnya menegang, dan nadanya berubah dingin. “Kamu sudah dibutakan cinta… atau harta?” tuduhnya sinis.
Kalimat itu menusuk Syifa seperti belati. Matanya melebar. “Arlan… kamu sangat berubah. Kamu bukan orang yang kukenal dulu.”
“Iya, aku memang sudah berubah.” Arlan mendekat selangkah. “Tapi ada satu hal yang tidak pernah berubah. Dulu ataupun sekarang… aku masih mencintaimu. Dan aku tidak akan membiarkanmu tetap bersama Dewa.”
Tanpa menunggu balasan, Arlan berbalik dan berjalan keluar kamar itu. Suara kunci berputar terdengar jelas dari balik pintu, membuat dada Syifa terasa sesak. Dia berlari menghampiri pintu dan mencoba memutarnya, tapi sia-sia. Pintu itu sudah terkunci dari luar.
“Arlan! Buka pintunya! Arlan!!” serunya, mengetuk keras.
Namun tak ada jawaban. Syifa menghela napas panjang. Dia melangkah pelan ke jendela dan membukanya. Angin malam menyapa wajahnya, dan matanya langsung menatap ke bawah.
Rumput liar dan tanah keras membentang di bawah sana. Kamar yang dia tempati cukup tinggi dan berbahaya.
Syifa menatap sekeliling, matanya mulai mencari-cari sesuatu yang bisa membantunya kabur dari tempat itu. “Aku harus keluar dari sini."
***
Siang hari itu, lampu-lampu kilat dari kamera wartawan menerangi ruangan konferensi pers di gedung utama Radema Foods. Ruang itu penuh sesak oleh wartawan, reporter, dan media dari berbagai stasiun televisi nasional. Semuanya bertanya-tanya: apa yang akan diumumkan oleh Sadewa secara mendadak dan terbuka siang itu?
Sadewa berdiri di podium dengan wajah pucat dan mata yang tampak lelah. Dasi hitamnya sedikit longgar. Bukan penampilan Sadewa yang biasa tampil rapi dan karismatik. Di belakangnya, terpampang layar besar dengan foto Syifa.
“Saya mengadakan konferensi pers hari ini… bukan sebagai pemimpin Radema Foods, tapi sebagai seorang suami yang sedang mencari istrinya,” Sadewa membuka pernyataannya dengan suara serak. Suasana langsung senyap. Beberapa reporter saling melirik, terkejut.
“Kemarin tim humas saya sempat mengunggah artikel bahwa saya telah mempunyai istri dan sekarang saya akan menjelaskan secara resmi: istri saya adalah Syifa.”
Gema gumaman keheranan langsung terdengar di seluruh ruangan. Reporter saling membisikkan fakta mengejutkan itu.
“Saya tahu… selama ini saya menyembunyikan identitas pernikahan kami. Alasannya bukan karena malu, tapi karena saya ingin melindunginya. Dia bukan bagian dari dunia saya yang penuh konflik dan bayang-bayang masa lalu. Tapi… saya salah. Menyembunyikan dia justru membuatnya lebih rentan.”
Dia berhenti sejenak, menatap lurus ke arah kamera yang menyiarkan siaran langsung itu ke seluruh negeri.
“Syifa kemarin sore di depan salah satu supermarket besar tempat kami mengadakan kegiatan sampling produk. CCTV menunjukkan dia diseret oleh pria bertopeng dan dimasukkan ke dalam mobil jeep. Nomor plat palsu. Kendaraan itu telah ditemukan, tapi Syifa belum ditemukan sampai saat ini.”
Tangannya mengepal di atas podium. “Saya mohon kepada siapa pun yang melihat atau mengetahui keberadaan Syifa, untuk segera menghubungi nomor hotline yang kami sediakan. Identitas Anda akan kami lindungi. Saya tidak akan tinggal diam sampai dia ditemukan.”
Layar di belakangnya berubah, menampilkan beberapa nomor kontak darurat dan hadiah imbalan bagi siapa pun yang memberi informasi akurat.
Seorang reporter dari stasiun televisi swasta akhirnya mengangkat tangan. “Pak Sadewa, kenapa baru sekarang Bapak mengumumkan bahwa Syifa adalah istri Anda?”
Sadewa mengangguk pelan. “Karena saya ingin melindunginya dengan cara bersembunyi. Tapi saya keliru. Dan sekarang saya rela seluruh dunia tahu, asal dia bisa kembali dengan selamat.”
Media sosial langsung meledak. Hashtag #TemukanSyifa dan #SadewaSyifa menjadi trending topic dalam hitungan menit. Rekan-rekan kerja Syifa yang menonton mereka di kantor menatap layar dengan tak percaya. Indri sampai menjatuhkan gelas airnya. “Syifa… istri Pak Sadewa?!” Semua terkejut dan tidak menyangka.
Beberapa orang yang sempat melihat Syifa menghubungi nomor yang tertera.
"Aku pernah melihatnya, dia berada di wilayah kabupaten. Di wilayah villa bukit bintang."
kan pengen doubel bab gitu😊😊😊
semoga saling percaya dan saling menjaga... pondasi yang utama...