Rela meninggalkan orang yang dicintai demi keluarga. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, mendapatkan suami yang penuh dengan kebencian. Itulah yang dirasakan Allesia. Allesia harus meninggalkan kekasihnya, ia dipaksa menikah dengan tunangan kakaknya, namanya Alfano. Alfano adalah pria yang sangat kejam. Kejamnya Alfano bukan tanpa alasan. Ia memiliki alasan kenapa ia bisa sejahat itu.
Apa yang membuat Alfano kejam dan kehidupan seperti apa yang akan Allesia jalani? Mari simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Sebulan Alfano mencari Allesia bahkan di seluruh penjuru Kota New York. Namun hasilnya nihil. Alfano menyerah, ia pun kembali ke Italia. Tiga bulan Alfano berada di italia namun bayang-bayang Allesia selalu menghantuinya.
Venika, wanita itu terus mencoba menghibur Alfano namun Alfano selalu menolaknya. Entah mengapa, Alfano merasa tak sudi lagi menyentuh wanita simpanannya. Hal itu membuat Venika marah, rencananya untuk memiliki Alfano seutuhnya diambang kegagalan. Ya, Venika berpura-pura sakit agar Alfano perduli padanya. Kelembutannya pada Alfano di siang hari yang meminta Alfano untuk membuka hati pada Allesia hanyala bagian dari rencananya.
Untuk mengobati kerinduannya, Alfano memilih pindah kerja. Ia melilih kembali ke New York dan bekerja di Johns Hopkins Hospital. Dan sekarang, sudah 5 bulan Alfano bekerja di Johns Hopkins Hospital.
Apotek, Johns Hopkins Hospital
Siang hari, tepatnya di dalam Apotek Rumah Sakit. Allesia sedang mengecek stok obat. Sudah enam bulan Allesia bekerja di rumah sakit yang sama dengan suaminya. Namun, tuhan berkata lain. Allesia bekerja lebih dulu di Rumah sakit Johns Hopkins Hospital dibandingkan Alfano. Bahkan ia sempat mendengar kabar tentang seorang Dokter tampan yang baru bekerja di Rumah Sakit John. Namun Allesia menganggap biasa saja. Ia tidak tahu bahwa Dokter yang dimaksud itu adalah suaminya sendiri.
"Lesia, sudah berapa bulan usia kandunganmu?" tanya Apoteker Hena.
"8 bulan 20 hari, Hena" balas Alesia dengan senyum.
"Kenapa kamu tidak mengambil cuti?" tanya Hena, ia merasa iba melihat Allesia bekerja dengan perutnya yang membesar.
"Aku bosan di Mansion, tidak ada yang aku lakukan di sana" balas Allesia sembari merapikan obat-obatan.
Allesia melanjutkan pekerjaanya begitupun dengan Hena. Setelah selesai, Allesia melirik jam dinding, sudah waktunya dia pulang. Allesia bekerja dari pagi sampai jam 14:00, sedangkan Alfano dari jam 15:00 sampai 21:00.
"Hena, aku pulang dulu" pamit Allesia, mengambil tasnya lalu ke luar dari dalam Apotek. Di koridor rumah sakit, ia berjalan sambil memegang perutnya. Di depan rumah sakit, Alfano berjalan masuk ke arah yang sama dengan Allesia.
"Lesia..." panggil seorang Dokter, yang tak lain adalah Dokter Via. Seorang Dokter kandungan. Lesia adalah panggilan Allesia di Rumah Sakit John. Allesia membalikan badan menatap Dokter Via.
Di waktu yang bersamaan, Alfano mendengar Dokter Via menyebut nama Lesia. Namun ia tetap berjalan lurus dan tak melirik wanita hamil disampingnya. "Nama itu begitu mirip dengan Allesia" batin Alfano, ia terus melangkahkan sampai di depan lift.
Afano masuk ke dalam Lift, saat lift hendak tertutup. Sorot matanya menangkap sosok yang ia rindukan. Allesia sedang tersenyum ramah pada seorang wanita. "Allesia" gumam Alfano. Dengan segera ia meneka tombol lift. Lift terbuka, Alfano berlari ke luar namun Allesia sudah tidak ada di sana.
"Aku tidak mungkin salah lihat, aku yakin dia Allesia. Dia istriku" batin Alfano, dia terlihat begitu kacau.
"Dokter Alfano, apa yang Dokter lakukan di situ?" tanya Dokter Via, ia melihat Alfano duduk di kursi.
"Kepalaku sedikit pusing jadi aku duduk di sini" balas Alfano, memijat jidatnya yang tak sakit.
"Aku permisi, Dok" Dokter Via melangkah pergi ke ruangannya.
"Allesia, aku berharap itu kamu" gumam Alfano. Lalu beranjak dari duduknya. Berjalan menuju ruangnnya.
------------
Malam hari
Alfano duduk di atap rumah sakit, memandang jauh ke Kota. Bangunan yang menjulang tinggi terlihat semakin menawan saat lampu disetiap sudut bangunan memancarkan cahaya.
"Sudah lima bulan aku di Kota ini dan aku belum menemukanmu. Allesia, sebegitu bencinya kamu padaku. Apa kata maaf tidak ada untukku lagi" batin Alfano.
Mansion
Allesia mengelus perutnya, tinggal menghitung hari ia akan melahirkan. "Kamu satu satunya hidupku, kamu satu-satunya keluargaku. Berharap, di saat persalinan nanti kita berdua selamat" gumam Allesia.
"Hahahaha, kamu merespon dengan baik. Ibu hampir terjatuh" ujar Allesia saat anaknya di dalam perut menendang-nendang.
"Allesia, kenapa kamu belum tidur?" tanya Bi Neona. Berjalan masuk dalam kamar Allesia.
"Bibi, anak ku tidak mau aku tidur. Sedari tadi dia memgajakku berbicara. Hehehehe" balas Allesia, dia tersenyum manis pada Bi Neona.
"Cucu Nenek di dalam sana, sehat-sehat ya. Kasihan ibumu, dia cemas memikirkanmu di dalam sana" ujar Bi Neona sembari mengelus perut besar majikannya.
"Allesia, sekarang kamu tidur ya. Anak kamu juga butuh istrahat" ujar Bi Neona lalu menutup tubuh Allesia dengan selimut.
"Selamat tidur, Bibi" ucap Allesia, ia pun memejamkan matanya.
Pagi hari
Johns Hopkins Hospital
Allesia sudah berada di dalam Apotek, ia duduk di kursi sembari mengecek obat-obat Napsa yang ke luar dan berapa stok yang masuk. Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk melakukan pelaporan tiap bulannya. Setelah selesai, dia pun berdiri dan duduk di samping Hena.
"Kamu sudah sarapan? tanya Hena, pagi ini mereka berdua bertugas di Apotek Rawat jalan.
"Sudah, Bi Neona membuatkan makanan kesukaan aku" balas Allesia. Saat sedang berbincang-bincang, beberapa keluarga pasien serta pasien rawat jalan datang membawa resep. Mereka meletakkan resep pada tempat yang sudah disediakan.
"Kamu duduk saja, biar aku yang siapkan. Nanti kamu yang bagian penyerahan obat" ujar Hena lalu mengambil resep, menyediakan obat yang tertera dalam resep.
Hena menyerahkan obat pada Allesia, Allesia pun berdiri. "Tn Jusma..." panggil Allesia.
"Ini obatnya, Pak. Diminum 2 kali sehari sesudah makan, tiap 12 jam" ujar Allesia dengan ramah.
"Tn. Zevri..." panggil Allesia pada pasien selanjutnya. Keluarga pasien pun menghampiri tempat pengambilan obat.
"Kelurga pasien Tn. Zevri ya, Bu?" tanya Allesia.
"Iya,"
"Ini obatnya, diminum 3 kali sehari tiap 8 jam" jelas Allesia.
Setelah selesai melakukan penyerahan obat, Allesia kembali duduk di kursi. Tiba-tiba perutnya terasa sakit. "Hena, aku rasa aku akan melahirkan, perutku sakit sekali" ujar Allesia, napasnya memburu takkaruan.
Hena berlari ke luar mencari bantuan, ia panik hingga lupa untuk menggunakan ponsel. Matanya berhenti mencari saat ia melihat seorang Dokter yang hendak pulang.
"Dokter mau ke mana?" tanya Hena ngos-ngosan.
"Aku mau pulang, semalam lembur di Rumah sakit" balasnya.
"Tolong bawa Lesia ke ruang persalinan, dia akan melahirkan" pintah Hena.
Hena dan Dokter itupun berjalan menuju Apotek Rumah Sakit, tak lupa mereka menghubungi pihak rumah sakit untuk membawa brankar roda di Apotek Rawat Jalan.
"Lesia, kamu bertahan sebentar. Aku sudah panggilkan Dokter" ujar Hena.
"Hena... perutku sakit sekali Hena..." teriak Allesia. Keringat dingin mulai bercucuran.
Salam manis dari Author Asni J Kasim 😍
Jangan lupa like, share, vote juga boleh 😊